Bayu merasa jantungnya berdegup keras. Udara di dalam kuil terasa begitu berat, seakan ada sesuatu yang menekan dadanya. Suara bisikan yang mengerikan itu semakin jelas terdengar, semakin mendekat, dan semakin menyeramkan. Mereka masih berdiri di ambang pintu kuil yang gelap, belum berani melangkah lebih jauh.
"Apa itu?" bisik Bayu, hampir tak bisa menahan ketakutannya.
Andi menatap ke dalam, mencoba menyesuaikan pandangannya dengan kegelapan yang semakin pekat. "Kita harus masuk, kita tidak bisa mundur sekarang," jawabnya dengan suara tegas, meski ada rasa ragu yang hampir tak terlihat di matanya.
Ratna mengangguk, namun wajahnya tampak cemas. Dia bisa merasakan energi yang berbeda di sekitar mereka, energi yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini. Rasanya seperti kita bukan satu-satunya yang ada di dalam tempat ini."
Andi, yang tidak pernah mundur dari tantangan, melangkah lebih dulu, diikuti oleh Ratna dan Bayu yang masih ragu-ragu. Langkah kaki mereka berderak keras di lantai batu yang sudah lapuk, menciptakan suara yang menyatu dengan gemuruh halus di dalam kuil. Cahaya senter yang mereka pegang hanya memberikan sedikit pencerahan, tetapi bayangan gelap semakin lama semakin mendalam.
Tiba-tiba, mereka merasakan perubahan yang mendalam di sekitar mereka—sebuah rasa dingin yang menusuk, seperti ada sesuatu yang mengintai dari kegelapan. Bayu, yang selalu merasa cemas di tengah kegelapan, semakin merasa terperangkap. "Kita harus cepat keluar dari sini," katanya dengan suara bergetar.
Namun, Andi tetap berjalan lebih cepat, ke depan, seolah ada sesuatu yang menariknya. "Jangan takut, Bayu. Kita di sini untuk mencari jawaban. Kita harus tahu apa yang terjadi di sini."
Ketika mereka memasuki bagian dalam kuil, pandangan mereka tertuju pada sebuah altar batu yang besar di tengah ruangan. Altar itu dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang tidak mereka pahami. Di atas altar, terdapat sebuah benda kecil yang tampak seperti sebuah kotak yang terbuat dari kayu, dihiasi dengan ukiran rumit. Namun, aura yang menyelimuti kotak itu terasa sangat gelap, seolah benda itu membawa kutukan.
Ratna mendekat dengan hati-hati. "Ini… ini bukan kotak biasa. Ukiran-ukiran ini… ini adalah simbol-simbol yang pernah aku pelajari di universitas. Ini adalah simbol-simbol kuno yang berkaitan dengan ritual pengorbanan dan roh-roh yang terperangkap."
Andi juga mendekat, tetapi kali ini, matanya tidak bisa lepas dari kotak itu. "Ritual pengorbanan?" tanyanya, suara serak, namun penuh ketertarikan. "Apakah ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi di desa ini?"
Ratna mengangguk pelan. "Aku rasa, ini memang ada hubungannya. Aku pernah mendengar tentang kisah desa ini—tentang sebuah kuil yang dibangun untuk menjaga roh-roh jahat agar tetap terperangkap. Orang-orang yang datang ke sini mungkin tidak tahu apa yang mereka hadapi."
Bayu yang masih merasa gelisah berdiri lebih jauh dari altar. "Aku tidak suka ini. Rasanya seperti kita sedang membuka pintu ke dalam kegelapan yang tak terbayangkan."
Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari arah belakang mereka, dan ketiganya menoleh. Di pintu masuk kuil, bayangan gelap yang besar bergerak maju, bergerak seperti bayangan manusia, tetapi bentuknya tidak jelas. Suara langkah kaki itu semakin mendekat, membuat jantung mereka semakin berdebar.
"Andi…" Ratna mendekati Andi, "Ada sesuatu yang datang. Ini bukan manusia."
Bayu menatap sosok yang mulai muncul di dalam cahaya senter mereka. Wajah itu, meskipun tidak bisa dikenali sepenuhnya, tampak sangat pucat, dengan mata hitam pekat yang tak memiliki iris. Mulutnya terbuka sedikit, dan dari dalam mulut itu terdengar suara yang lebih keras, lebih menakutkan. "Bantu aku… Keluarkan aku…"
Andi menggenggam senter dengan lebih erat. "Itu bukan manusia, itu… entitas dari dunia lain."
Dengan cepat, Ratna menarik Andi dan Bayu menjauh dari altar, mencoba mencari tempat yang lebih aman di dalam kuil yang sudah sangat tua dan berbahaya itu. Namun, ketika mereka berbalik, bayangan itu bergerak lebih cepat, menyebar ke seluruh ruang, menutupi pintu keluar dengan gelap pekat.
Bayu mulai panik. "Kita terjebak! Tidak ada jalan keluar!"
Ratna, yang berusaha berpikir jernih, melihat ke arah altar. "Kita harus membuka kotak itu. Itu satu-satunya cara kita bisa mengerti apa yang terjadi."
Andi menatap kotak itu dengan cemas, tapi akhirnya ia mengangguk. "Jika itu bisa memberi kita jawaban, kita harus melakukannya."
Ratna mendekat dan mulai membuka kotak itu dengan hati-hati. Begitu kotak terbuka, sebuah cahaya biru yang sangat terang keluar dari dalamnya, membuat seluruh kuil tersorot oleh cahaya yang memancar. Seketika itu juga, suara bisikan yang tadi mereka dengar berhenti, digantikan dengan suara gemuruh yang semakin keras. Dari dalam kotak, muncul sebuah benda berkilau, sebuah batu kristal berwarna biru yang memancarkan energi yang sangat kuat.
Ketiganya terdiam, menatap benda itu dengan rasa takut dan takjub. Namun, sebelum mereka bisa mengamati lebih jauh, bayangan hitam itu bergerak lagi, kali ini lebih cepat, seperti angin yang mengerikan. "Aku tidak akan membiarkan kalian mengambilnya…" suara itu terdengar lagi, kali ini lebih dalam, penuh ancaman.
Ratna, yang masih memegang batu kristal itu, merasakan kehangatan yang aneh dari benda tersebut. "Kita harus pergi. Batu ini… itu kunci untuk mengalahkan entitas ini," katanya, meskipun suara dalam dirinya sendiri mulai gemetar.
Andi mengangguk dan berlari ke arah pintu keluar, dengan Bayu dan Ratna mengikuti di belakangnya. Ketika mereka mencapai pintu, bayangan itu bergerak untuk menahan mereka. Namun, dengan kekuatan yang baru mereka rasakan dari batu kristal itu, mereka merasakannya mulai kehilangan cengkeramannya. Batu kristal itu mulai memancarkan cahaya yang semakin kuat, menerangi ruang di sekitar mereka, hingga akhirnya bayangan itu menghilang, terhisap kembali ke dalam kegelapan.
Ketiganya berdiri di luar kuil, masih terengah-engah, dengan napas yang berat. Mereka tahu, meskipun mereka berhasil keluar, perjalanan mereka baru saja dimulai. Batu kristal yang mereka pegang bukanlah sekadar benda biasa. Itu adalah kunci untuk mengungkap misteri yang lebih besar—sesuatu yang terhubung dengan kekuatan gelap yang lebih kuat dari yang mereka bayangkan.
"Ini belum selesai," kata Andi, dengan tatapan serius.
Ratna menatap batu kristal itu, merasakan energi yang mengalir dari dalamnya. "Kita baru saja membangunkan sesuatu yang jauh lebih besar. Entitas itu bukan satu-satunya yang ada di sini. Kita harus bersiap menghadapi lebih banyak hal."
Bayu menatap langit yang mulai gelap, menelan rasa takut yang ada di dadanya. "Perjalanan ini… tidak akan mudah."
Namun, mereka semua tahu bahwa mereka tidak punya pilihan selain melanjutkan. Mereka akan menyelami lebih dalam, menghadapi misteri yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, hingga akhirnya mereka menemukan jawaban dari perjalanan yang telah dimulai bertahun-tahun lalu.