webnovel

Menanti Arena Pertarungan

"Sialan, kau pasti berbohong... Arde... tidak mungkin..." Ucap Neyla dengan tegang.

"Hey, dia memang Arde! Kami awalnya juga tak percaya kalau dia Arde, namun ketika dia berbicara dengan resepsionis semuanya terungkap." Kata seorang petualang dalam guild.

Keenam orang itu terdiam, lalu masih menatapku dengan tak percaya. Tanpa perlu berpikir panjang, aku menunjukkan lisensi petualangku, mereka menjadi terkejut.

"Sial, ternyata kau memang Arde. Dan ternyata kau hanyalah petualang kelas B, bukan kelas S.

Lalu... bagaimana bisa kau berubah menjadi seperti ini?" Tanya Yuga.

"Arde... Aku masih tidak percaya, pecundang yang seharusnya terus hidup miskin sepertimu bisa menjadi sekeren ini. Tidak masuk akal hanya dalam waktu dua hari saja, kau bisa menjadi setinggi itu, setampan itu, dan memakai pakaian semahal itu. Katakan, apa trikmu! Apa kau menggunakan cara curang?"

Neyla mengoceh tak jelas. Yang lainnya tak berkata-kata. Aku menyeringai, lalu menjawab.

"Kau bertanya? Kau bertanya-tanya? Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu yang tak penting itu?

Memang kenapa kalau aku menggunakan trik cara curang? Bukankah kalian sama saja?"

Aku mengejek mereka. Kemudian mereka berenam marah. Yang paling marah adalah Yuga. Dia mengepalkan tangannya padaku, kemudian melayangkan pukulan padaku. Aku menahan pukulannya dengan satu tangan dan dia terkejut lagi.

"A-Apa?!"

Aku menyeringai, lalu menghantamkan lututku di perut Yuga. Hantaman lututku cukup keras, sehingga membuatnya terbatuk, lalu tersungkur di lantai.

"Heh, lemah sekali kau. Baru sekali serang saja sudah tumbang."

Belum berhenti sampai disitu, aku mengangkat tubuh Yuga, lalu melemparkannya ke tengah aula kantor guild.

"Uwaaaah!!"

Aku melemparnya tak terlalu kuat karena takut kalau badannya malah hancur karena betapa kuatnya fisikku. Bahkan melemparnya dengan pelan pun sudah cukup untuk membuat Yuga terdampar ke tengah aula. Sekarang adalah pembalasan.

Ada banyak petualang yang melihat Yuga terbaring di tengah aula. Yuga yang menyadari itu tak mampu menahan rasa malu dan marahnya.

"B*jingan kau!!!"

Dari belakangku, ada seseorang yang mendekat, lalu mencengkram leherku. Aku dengan sigap langsung balik mencengkram tangannya, lalu membantingnya kedepanku. Kulihat dia adalah pria botak berkulit gelap yang namanya entah siapa, aku tak ingat. Dia adalah temannya Yuga, yang mencoba untuk menyerangku.

"Benrade!!" Teriak Neyla.

"Sialan, apa yang kau lakukan padanya!" Kata pria berambut coklat dengan wajah berjanggut.

"Akan kuhajar kau!" Kata pria berambut pirang panjang.

"Dasar pecundang! Kau akan menyesali perbuatanmu!" Kata perempuan berambut panjang yang membawa anak panah dan busur.

Sial, aku ingin tahu nama mereka. Aku benar-benar lupa nama mereka, sejak pindah ke kota Belves. Setelah itu aku akan membalas perbuatan mereka seperti yang kujanjikan kemarin.

...

Pria berambut coklat dan berambut pirang panjang melesat kearahku, lalu

Mereka dengan tangan kosong mencoba memberiku pukulan beruntun yang kuat.

Aku dengan santainya menghindari setiap pukulan mereka berdua dengan mudah. Entah kenapa rasanya seperti bermain-main dengan anak kecil.

"Hey hey hey, kalian ini serius atau tidak? Pukulan kalian tidak mengenaiku loh!" Kataku dengan nada mengejek.

"Mati kau!"

Pria berambut pirang panjang berhasil membuat pukulannya hampir mengenaiku. Aku hanya tersenyum, kemudian memberinya tendangan kuat hingga membuatnya terbang ke langit-langit aula, lalu mendarat ke lantai dengan kasar.

"Aargh!!"

Pria itu mengerang kesakitan dan menggulingkan badannya.

Masih ada satu orang lagi, yaitu lelaki berambut cokelat. Dia terdiam melihat semua temannya tumbang, kecuali dua perempuan di belakangnya. Dia ingin melawanku, namun ragu. Karena dia diam, aku langsung memanfaatkan kesempatan ini dengan menyapu kedua kakinya, dan membuatnya terjatuh, sama seperti yang lainnya. Keempat lelaki yang menjadi lawanku telah kalah, kemudian tersisa dua orang perempuan. Yaitu si pemanah rambut pirang, dan Neyla yang dari tadi memandangiku dengan ketakutan.

"Hey! Hentikan!"

"Apa yang kau lakukan pada mereka!"

"Beraninya kau bermacam-macam dengan party permata hitam!"

"Kau tak akan selamat!"

"Dasar pecundang, beraninya kau melakukan itu!"

Ah, para petualang yang menjilat kaki keenam orang br*ngsek itu mulai menggonggong lagi. Mereka dulunya menghinaku, sekarang mereka ketakutan karena idola mereka telah kukalahkan. Bahkan mereka sampai memberi ancaman tak berguna padaku. Betapa lucunya, bahkan lebih lucu dari film komedi manapun.

Disaat aku sedang tersenyum puas, aku merasakan adanya hawa panas yang menyelimuti seluruh aula. Hawa panas itu berasal dari Yuga, yang berdiri di tengah aula dengan penuh amarah. Dia mengeluarkan semacam aura berwarna merah yang panas.

Ketiga lelaki lainnya mulai terbangun, lalu mundur ke belakangku. Kulihat mereka mulai berwajah sombong, seolah keadaan telah berbalik.

"Arde... Arde!!! Aku akan membunuhmu!!!"

Auranya semakin panas, hingga membuat petualang lainnya panik.

Aku tahu aura ini, ini adalah aura elemental. Aura elemental yang dikeluarkan Yuga ini adalah elemen api, yang bisa mengintimidasi lawan dengan memberikan sensasi panas. Panasnya bisa berupa ilusi atau bisa juga panas sungguhan. Hmm, aku ingat sesuatu. Aku juga memiliki aura elemental, yang merupakan salah satu kekuatan baruku. Kalau begitu, mari kita coba!

...

Swoosh...

Hawa dingin keluar dari tubuhku. Aula yang tadinya panas langsung berubah menjadi sangat dingin karena aura elementalku. Ini adalah aura elemental Es, yang mampu mengintimidasi lawan dengan memberi sensasi dingin, juga hawa dingin sungguhan. Karena aura elementalku kuat, aku bisa memunculkan badai salju jika aku mau. Namun sekarang aku hanya membuat sebagian aula sedikit membeku, dan menciptakan angin dingin yang berhembus cukup kencang. Semua orang dalam aula ini mulai kedinginan. Yuga menjadi tak berkutik karena aura elementalnya yang panas sirna oleh aura elementalku yang sangat dingin.

"Wah dingin!!!"

"Apa yang terjadi!!"

"Hey, apa yang kau lakukan!"

"Tempat ini akan hancur!"

Semua orang panik. Dan ditengah kepanikan, Nina bersama dengan 10 penjaga guild mendatangi kami. Kulihat wajah mereka kesal dan marah.

"Berhenti!!!"

Seketika itu, aku langsung menonaktifkan aura elementalku.

Keadaan aula kembali normal, namun kepanikan para petualang masih ada.

"Tidak ada yang boleh bertarung didalam kantor Guild! Kalian hanya akan merusak properti disini! Kalau kalian terus melanjutkan ini, aku akan mengirim kalian ke pengadilan 44, lalu memasukkan kalian ke penjara!"

Nina mengatakannya dengan nada tinggi yang membentak.

"Maaf, aku hanya membela diri." Kataku dengan lembut.

Nina menghela nafas panjang, lalu menatap kami dengan serius.

"Arde, dan seluruh anggota party permata hitam... kalau kalian ingin bertarung, maka lakukanlah di arena pertarungan kota Dvalgirz, ibukota kerajaan sihir. Disana kalian bisa bertarung sepuasnya."

"Ide bagus." Kata Yuga.

"Terdengar menarik." Kata Neyla.

"Heh, sepertinya akan menyenangkan." Kata Pria berambut pirang panjang.

"Oh, itu ada benarnya." Kata pria berkulit putih dan berambut coklat.

"Kenapa tidak bilang dari tadi. Dengan begitu kami bisa bertarung dengan kekuatan penuh." Kata pria botak berkulit hitam yang bernama Benrade.

"Arena? Biaya masuknya cukup mahal, namun tidak masalah selama ada banyak orang yang melihat pertarungan kita. Supaya lebih seru." Kata perempuan pemanah berambut pirang.

Party permata hitam telah setuju dengan bertarung di arena. Kalau dipikir-pikir... bertarung di arena adalah ide yang bagus. Neyla, dan anggota Party Permata Hitam lain adalah beberapa orang-orang paling populer saat ini. Sudah pasti pertarungan di arena nantinya akan disaksikan banyak orang. Bahkan orang yang tidak langsung berada di arena pun bisa melihatnya melalui televisi ataupun media sosial di ponsel, dan akan disiarkan secara langsung. Jika aku bisa mengalahkan mereka maka reputasi orang-orang itu bisa hancur. Dengan kekuatan baruku, aku akan mempermalukan mereka semua didepan banyak orang.

Ini kesempatan bagus.

"Bertarung di arena? Aku setuju." Jawabku dengan singkat.

"Baiklah, sekarang bubar!"

Tanpa berkata-kata lagi, aku langsung pergi meninggalkan lokasi kejadian, dan keluar dari kantor guild petualang. Aku berbalik, melihat kebelakang sebentar. Kemudian aku kembali menghadap kedepan dan lanjut berjalan. Aku tak sabar menantikan hari dimana aku menghancurkan hidup keenam orang itu.

*****

Di siang hari...

Di sebuah hutan, yang ada di wilayah barat kerajaan sihir. Aku mendarat di tempat ini melalui teleportasi instan.

Sebelumnya, aku telah mengurus izin pindah tugas di kantor guild, supaya nantinya aku bisa mengerjakan Quest di kota Dvalgirz. Aku juga mengucapkan salam perpisahan pada Nina, karena setelah menyelesaikan pertarungan di arena, aku akan pergi lagi untuk menyelamatkan ibuku yang terjebak di istana Sang penguasa Kegelapan. Pada momen itu, kulihat Nina meneteskan air mata. Dia sedih karena berpisah padaku. Namun dia merelakan diriku pergi, dengan berharap bahwa aku akan kembali lagi.

Sekarang aku berada di hutan yang penuh kenangan. Ini adalah hutan tempat tinggalku dulu ketika aku masih bersama Pando. Suasananya tak berubah, aku senang pemerintah provinsi ini menjaga hutan ini dengan baik. Sudah empat tahun lamanya aku meninggalkan tempat indah ini. Ada banyak kenangan tersimpan di setiap titik dan objek.

...

Aku berjalan melalui jalan setapak yang masih berupa tanah kering. Suara-suara serangga menggema di setiap sisi hutan. Pepohonan hutan bergoyang-goyang tertiup angin. Aku mulai merasa nostalgia dengan suasana ini. Meski ini sama seperti hutan pada umumnya, namun bagiku ini adalah rumah. Aku ingat masa-masa ketika aku berkeliaran di hutan, dari pagi sampai malam.

Aku ingat masa-masa ketika aku tiduran di dahan pohon, lalu dibangunkan oleh gigitan ular berbisa. Aku ingat ketika aku iseng melempar sarang tawon sebesar rumah dengan batu, kemudian aku dikejar oleh semua tawon-tawon yang tinggal didalamnya. Hahaha, sungguh indah mengingat kenangan itu. Namun itu semua tak akan kembali lagi, hanya bisa diputar dalam memoriku.

Hey, aku telah pulang...

.....

Aku berjalan selama 6 menit. Setelah waktu tersebut berlalu, aku melihat adanya rumah kayu jauh didepanku.

Itu adalah rumah Pando. Rumah kecil yang sederhana, namun menyimpan seribu kenangan. Tanpa menunggu waktu lama, aku mendatanginya.

Rumah itu terlihat semakin jelas setelah aku berada tepat didekatnya. Kulihat rumah itu kayu-kayunya sudah lapuk. Atapnya yang terbuat dari daun-daun kering telah rusak.

Rumput-rumput liar tumbuh menjulang tinggi disekitar rumah.

Hal-hal tersebut membuat rumah ini terlihat angker.

Aku mengabaikan keangkeran rumah, lalu mendekati sebuah pohon di sebelah timur rumah itu. Pohon yang kudekati ini memiliki ukuran yang besar dan memiliki dedaunan yang lebat. Dibawahnya terdapat kuburan dari salah satu orang yang berjasa bagiku, yaitu Pando. Dulu, saat aku selesai mengubur jasadnya, aku menanamkan benih pohon di atas kuburannya. Tak kusangka, sekarang pohon itu tumbuh sebesar ini. Pando pasti senang...

Oh iya, menanam pohon di kuburan seseorang adalah hal yang dianjurkan di kerajaan/wilayah sihir. Karena kami percaya, bila pohon tersebut tumbuh menjadi pohon yang besar dan rindang, maka itu dapat membantu menenangkan jiwa orang-orang yang mati.

...

Aku didepan makam Pando, berdiri dengan tatapan kuat, hendak mengatakan sesuatu.

"Pando, sudah lama sekali aku tak mendatangi tempat ini. Kau tahu...

ada banyak hal yang telah aku alami sejak aku berpetualang. Aku juga mengalami banyak cobaan berat dan aku juga pernah berada pada titik terendah dalam hidupku. Namun aku dapat melalui semua itu. Sebelumnya aku hanyalah orang lemah yang selalu depresi dalam kesendirian, tak punya tujuan, dan tak punya alasan kuat untuk hidup. Tapi sekarang aku sudah berubah. Aku sudah punya kekuatan, tujuan, dan alasan kuat untuk hidup! Ibuku masih hidup, aku akan menyelamatkannya, Pando."

Aku mengatakannya dengan semangat yang membara di hatiku. Jika Pando benar-benar mendengarkan ini, maka kuharap dia akan bangga.

"Jadi... aku datang kesini hanya ingin mengucapkan... terima kasih. Terima kasih, kau sudah mengajariku banyak hal. Semoga kau tenang disana, Pando. Kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan menjadi orang hebat, aku berjanji."

Aku meninggalkan makam Pando. Lalu berhenti sebentar untuk menyiapkan teknik teleportasi instanku. Kubayangkan tempat yang ingin kutuju. Itu adalah ibukota kerajaan sihir, Dvalgirz.

Dengan kecepatan bagai kedipan mata, aku langsung berpindah di dekat ibukota.

Woossh...

Kulihat diriku berada di tepi kawah raksasa dari sebuah gunung besar yang telah runtuh setengahnya. Disekeliling gunung besar, terdapat banyak gunung-gunung lain yang mengelilinginya. Jumlahnya ribuan! Dari gunung kecil, hingga gunung besar lainnya. Didalam kawah, lebih tepatnya bekas kawah... terdapat sebuah danau yang juga raksasa, yang ditengahnya terdapat pulau. Dan dipulau itulah tempat dimana berdirinya kota tertua yang pernah ada, kota yang menyimpan banyak legenda puluhan ribu tahun lamanya. Itulah, Dvalgirz...

Kota ini menjadi ibukota kerajaan sihir. Terletak di pulau dalam danau yang berada dalam kawah raksasa dari sebuah gunung purba besar, yang dikelilingi ribuan gunung lain.

Daerah yang menampung ribuan gunung ini terletak ditengah Kerajaan Sihir, dan disebut sebagai daerah istimewa Seribu Gunung. Kota Dvalgirz memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota ini sudah berusia sekitar 20.000 tahun lebih. Kota ini pernah menjadi pertahanan terakhir umat manusia pada saat sebelum menyatunya tujuh dunia, disaat manusia berperang melawan iblis.

Sekarang kota ini telah berubah menjadi kota terindah dan paling modern di kerajaan sihir.

Dilihat dari pinggir kawah, kota itu memiliki banyak bangunan-bangunan tinggi dengan ketinggian dari 60 sampai 400 meter. Jumlahnya mungkin seratus lebih. Ada juga beberapa kapal terbang yang beterbangan di langit kota. Di tepi kota terdapat danau besar yang mengelilinginya dengan air berwarna biru. Itu membuatnya terlihat sangat indah.

...

Aku berteleportasi lagi dan berpindah didepan gerbang kota. Kemudian aku masuk kedalam kota melalui gerbang itu. Disaat aku sudah masuk, kulihat aku berjalan di trotoar yang ada di bagian kota dengan sedikit bangunan tinggi. Bangunan disini memiliki arsitektur kuno, beberapa juga ada yang modern. Banyak kendaraan sihir dengan berbagai macam bentuk dan ukuran yang berseliweran dijalan raya. Mereka tak menggunakan roda untuk bisa melaju, namun terbang setinggi 50 cm diatas permukaan tanah dengan bantuan sihir. Di kota Belves sangat sedikit sekali kendaraan sihir. Hanya ada beberapa saja untuk angkutan umum. Sedangkan di Dvalgirz, ada banyak sekali kendaraan sihir. Mungkin disini banyak yang digunakan secara pribadi.

Kota Dvalgirz memiliki 15 juta jiwa penduduk. Sehingga kota ini termasuk sebagai salah satu kota terpadat di kerajaan sihir. Meski padat, kota ini bebas polusi. Disebabkan karena teknologinya ramah lingkungan. Selain itu, penduduk disini juga banyak yang menjaga pola hidupnya, sehingga kesehatan mereka benar-benar baik ditambah dengan keindahan kota ini membuatnya menjadi semakin sempurna.

Namun bagiku, kota ini adalah awal dari kesengsaraanku. Karena enam b*jingan itu, penduduk kota ini sudah menganggapku sebagai sampah. Mereka tak mengharapkanku untuk kembali lagi. Aku sudah dilabeli sebagai pecundang nomor satu. Kembali ke kota ini sama saja masuk ke kandang harimau. Itu sama saja aku membiarkan diriku kembali dirundung oleh penduduk kota. Namun aku tak takut, karena aku akan menjatuhkan reputasi Party Permata Hitam. Aku akan membuktikan bahwa mereka semua salah.

.....

Party permata hitam masih belum sampai di ibukota. Jadi di malam harinya aku menyewa sebuah kamar di penginapan petualang untuk semalam. Sepertinya Party permata hitam masih bersenang-senang di kota Belves, atau mungkin mereka sedang merencanakan sesuatu untuk melawanku nanti. Yah, aku tidak peduli. Lagipula sudah pasti aku yang akan menang melawan mereka.

.....

Aku menyalakan ponselku. Kemudian aku membuka aplikasi media sosial yang bernama Metagram. Metagram adalah sebuah aplikasi media sosial yang didirikan oleh perusahaan besar di wilayah Esper. Kemudian aplikasi itu masuk masuk ke wilayah Sihir(Kerajaan Sihir) dan marak digunakan oleh penduduk disini. Dengan aplikasi ini, dunia mulai terasa sempit. Berbagai informasi dapat diakses dengan mudah. Dan orang-orang yang jaraknya berjauhan bisa saling berkomunikasi melalui aplikasi ini. Tak hanya manusia saja yang bisa memakai Metagram, bahkan ras-ras lainnya pun juga bisa.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Metagram selain mencari informasi dan berkomunikasi. Pengguna juga bisa mencari hiburan, film, game, bahkan mendapatkan uang dengan menjadi konten kreator atau seorang selebriti.

Sekarang aku sedang mencari hiburan di Metagram dengan menggesekan jari telunjukku ke atas layar ponsel. Hanya dengan beberapa gesekkan saja, aku melihat ada banyak video-video lucu yang menghibur dan postingan gambar yang menarik. Dan pada satu gesekan terakhir, aku menemukan sesuatu yang mengejutkan. Itu adalah siaran langsung dari Party Permata Hitam.

Kulihat mereka berada didalam sebuah kamar penginapan atau mungkin kamar hotel. Mereka berpakaian santai, dan hendak mengobrol.

Siaran langsung mereka dilihat oleh jutaan orang dari berbagai daerah.

Komentar dari warganet juga tampak positif semua. Itu artinya, mereka sangat disukai oleh para penggemarnya.

Beberapa detik berlalu, akhirnya, mereka mulai berbicara.

"Halo guys, selamat datang di siaran langsung Party Permata Hitam! Disini kami ingin membicarakan kejadian pagi tadi, dan juga tentang pertarungan kami dengan Arde besok di Arena Ibukota."

Lalu komentar penggemarnya...

"Uwoogh Neyla benar-benar cantik!"

"Ah Miya!! Aku mencintaimu!"

"Tuan Landlous, kau tampan sekali!"

"Yuga, kau benar-benar gagah!"

"Charles, kau menawan seperti biasanya!"

"Benrade!! Kau benar-benar terlihat perkasa!!"

Begitulah komentar para penggemar yang tak tahu kebusukan mereka.

Dengan mudahnya para penggemar ditipu dan dibodohi oleh orang-orang munafik dan keji.

Lihatlah, di siaran langsung yang kulihat sekarang, Neyla dan teman-temannya mulai membicarakan hal-hal buruk tentang diriku. Mereka bilang akulah yang menyebabkan kerusuhan di kantor guild kota Belves tadi pagi. Tak hanya itu saja, mereka menceritakannya dengan melebih-lebihkan, menambahkan kebohongan dan mengubah kebenaran yang ada. Sehingga akulah yang dianggap sebagai penjahat.

Kolom komentar di siaran langsung mereka mulai dibanjiri komentar-komentar negatif yang mengarah padaku. Disini aku dijelek-jelekkan oleh penggemar Party Permata Hitam.

Beginilah komentar mereka...

"Orang itu benar-benar biadab!"

"Pecundang itu berani menantang kalian? Itu sama saja dia mencoba bunuh diri, hahaha!!!"

"Hajar pecundang itu di arena nanti!"

"Kita bunuh saja si sampah Arde itu!"

"Buatlah pecundang itu menyesal!"

Dan lain-lain.

Rasanya aku ingin tertawa. Apa yang mereka katakan sangat berbalikan dengan fakta yang sebenarnya terjadi, dan yang akan terjadi nanti. Besok, akan aku buat semua orang terkejut di arena pertarungan. Aku juga sudah tahu nama-nama semua anggota Party Permata Hitam yang sebelumnya belum kuketahui. Dengan begitu, aku akan mengatur satu persatu caraku untuk membalas perbuatan mereka masing-masing... dengan cara berbeda.

Titik balik telah dimulai.

                       Bersambung