webnovel

Problem On The Second Day

Hari baru pun tiba, masih hari kedua setelah hari pertamaku pergi ke akademi sihir, perjalanan dari rumahku cukup jauh.

"Hufft~ andai saja aku juga bisa melakukan sihir berpindah seperti yang di lakukan Marie kemarin."

Sesuai yang di katakannya, rahasia kita, kalau begitu, aku tidak akan menunjukkan kemampuan sihir yang kulakukan kemarin sore, menahan keluarnya kapasitas sihir mungkin bisa kucoba.

Sambil dalam perjalanannya tanpa di lihat oleh siapapun, dia mencoba lagi menyalakan api yang tidak berwarna hitam. Entah ada apa dengan api hitam, aku tidak pernah tahu melihatnya. Lalu, tes kedua, aku tidak boleh sampai membuatmu tetesan air menumbuhkan pohon di dalam ruangan, aku bisa mendapat hukuman. Mungkin.

Marie sudah sampai lebih dulu di kelas, dengan buku-buku sejarah sihir yang di bacanya tanpa menghiraukan orang lain.

Orang-orang juga merasa aneh dengan warna rambutnya yang begitu merah, membuatnya di pandang setiap kali dia berjalan kemana pun.

Kebanyakan orang memiliki warna rambut hitam, putih, coklat, atau bahkan blonde, rambut warna merah itu belum pernah terlihat dimana pun.

Yang orang-orang tahu hanyalah rambut merah biasanya di miliki oleh iblis tertinggi.

Namun, gadis biasa yang memakai seragam hitam merah dan tidak di ketahui asal usul keluarga nya tiba-tiba bersekolah di akademi sihir. Anak-anak keluarga bangsawan bahkan tidak tahu dia berasal dari keluarga bangsawan yang mana.

Bukan hanya dia, teman nya juga menjadi perbincangan banyak murid dengan mereka berdua di dalam satu topik.

"Gadis ini, anak dari keluarga bangsawan mana? Aku tidak pernah melihatnya."

"Tahukah kaku, gadis itu kemarin pulang berjalan bersama anak suram itu."

"Benarkah? Anak yang bahkan tidak bisa membuat sihir di hari pertama?"

"Gadis cantik ini ternyata memiliki selera yang jelek, malah memilih berjalan bersama anak suram itu, bukankah aku lebih baik?"

"Percayalah padaku, anak suram hanya memiliki khayalan jika dia ingin masuk ke kelas elit."

Ada banyak kata-kata dari murid yang di dengarkan Marie dengan inderanya yang tajam.

Dia bisa mendengar semua orang yang bercerita tentang dirinya sekarang, bahkan bisa membaca pikiran mereka semua. Sambil membaca buku dan mendengar ocehan-ocehan itu, dia diam saja sambil menahan emosi nya.

Pintu kelas yang tertutup tiba-tiba terbuka dan kedatangan seseorang. Satu langkah masuk dimana semua padangan melihat ke pintu, mengira bahwa itu adalah guru, ternyata yang masuk adalah orang yang agak aneh.

"Siapa itu?"

"Hmm, kupikir guru."

"Mungkin, anak kelas lain yang tidak masuk di hari pertama dan tidak tahu dimana kelasnya berada."

"Tidak, itu... anak suram di kursi paling belakang."

"Hah? apa yang??"

"Anak ini?"

Banyak siswa yang berbicara dengan suara berbisik-bisik di antara mereka, ketika Aiden masuk. Itu memang hanya karena penampilan wajahnya yang berubah dengan memotong rambutnya.

Aiden merasa aneh dan tidak enak ketika di sorot oleh seluruh siswa di kelas dan di perbincangkan soal dirinya yang tiba-tiba berubah dari murid suram menjadi murid tampan.

Gadis-gadis di kelas itu masih mempertimbangkan dengan dia yang menjadi satu-satunya murid payah yang tidak bisa melakukan sihir dari hari pertama, ternyata dia setampan itu.

Aiden kemudian tidak menghiraukan mereka semua dan hanya pergi untuk ke tempat duduknya.

"Buku apa itu?"

"Buku sejarah sihir."

"Apakah menarik?"

"Tentu menarik, penjelasan ku kemarin soal tanda itu adalah info dari sini, semua sejarah iblis dan sihir nya ada di dalam sini, kamu bisa meminjamnya di perpustakaan dan membaca nya di rumahmu."

"Ah, saran yang bagus."

"Tidak hanya satu buku saja, buku nya ada banyak, aku akan menemanimu meminjamnya nanti."

"Terima kasih."

Ketika Aiden duduk, dia sudah melihat tas di atas mejanya, entah tas siapa itu. Lalu ada sebuah suara datang dari arah kirinya.

"Ekhem, maaf, untuk sekarang kursi ini sekarang milikku, karena kamu datang terlambat, aku sudah mengklaim untuk duduk lebih dulu disini."

Kata laki-laki dengan seragam merah hitam, baiklah sepertinya dia ingin membanggakan dirinya sebagai murid istimewa dan mencoba menindas ku.

"Cepat berdiri, atau-"

"Atau apa?"

"Atau aku akan menghajar mu, dasar anak payah."

Aiden segera berdiri dari kursinya, mendekati sedikit kepada anak itu

Yah... kalau tidak salah, namanya adalah Cade, aku hampir menghafal seluruh nama murid di kelas ini, hanya dengan mendengar mereka sekali saja, aku sudah akan ingat.

"Kamu benar-benar berani yah, padahal kamu hanya seorang murid biasa dengan seragam putih yang begitu jelek."

Semua seragam modelnya sama saja, yang membedakan mereka hanyalah warna dan arti dari tanda warna itu untuk apa.

Kemudian sebuah genggaman tangan datang menuju ke wajah Aiden, dan mendarat tetap di pipinya hingga dia hampir terjatuh. Membungkuk sambil membenarkan posisi berdirinya kembali, mulutnya tersenyum sedikit ketika dia seperti nya akan memulai sesuatu yang kasar. Walau tidak ada yang lucu, dia segera menuju Cade dan langsung membalas dengan menarik bajunya lalu memukul wajahnya dengan pukulan lebih dari satu kali.

BUK! BUK! BUK! BUK!

Anak lelaki lainnya mencoba mendekati mereka berdua dan menghentikan Aiden yang memukul Cade.

"Bajingan!"

Cade segera mencoba berdiri dan membalas memukul lagi ke Aiden, namun itu benar-benar sulit. Hingga pada akhirnya murid lainnya memisahkan mereka dari perkelahiannya.

"Aiden, sudahlah."

Ucap Marie dengan mencoba membuatnya duduk kembali.

"Berpikir dirimu adalah iblis dari keluarga bangsawan? memangnya kamu bisa apa?"

Kemudian Cade yang di pegang tangannya oleh dua orang anak laki-laki lainnya melepaskan dirinya dari tangan mereka semua dan menyerang Aiden dengan memaksa maju untuk memukul Aiden.

Para murid itu kesulitan menahan nya, Aiden hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa ketika dia bergerak maju ke arahnya.

Dia menghindari pukulan itu dengan menarik lagi bajunya di bagian kerah dan menendangnya ke dinding.

BRUAKK!!

Dinding kelas itu tiba-tiba retak dengan Cade yang mendarat dengan keras di dinding setelah di tendang.

Murid-murid lainnya segera tidak berani mendekatinya lagi, pukulannya begitu kuat hingga membuat tembok itu retak-retak dengan cukup merusakkan.

"Aiden, kembali lah ke tempat dudukmu."

Kata Marie dengan bertindak memegang lengan Aiden dan menariknya perlahan untuk duduk kembali ke tempat duduknya.

"Ada ribut-ribut apa ini?"

Tiba-tiba guru kebetulan datang ketika kejadian ini baru saja selesai.

"Mereka bertengkar Bu."

"Bertengkar? karena apa? ini masih pagi!"

Guru mulai terkejut ketika melihat tembok kelas yang retak di sebabkan perkelahian mereka.

"Siapa yang bertengkar? ikut dengan ku!"

Bu Kana menyuruh mereka untuk pergi mengikutinya menuju ke guru bimbingan konseling.

di sanalah mereka berdua di interogasi tentang penyebab perkelahian mereka, Bu Kana akan membawa salah satu dari kelas yang menjadi saksi sejak awal permulaan pertengkaran mereka.

Namanya adalah Eiji, seorang anak laki-laki yang melihat mereka berdua sejak awal.

"Aku bersungguh-sungguh bukan aku yang memulai semua ini."

"Tolong jelaskan kronologinya."

Kata guru konseling ini.

Bu Kana yang juga sebagai perwalian kelas ini berada di sini meninggalkan pelajaran pagi ini dan tidak memberikan materi, murid nya melakukan masalah di pagi hari.

Waktu kosong untuk mereka semua yang berada di kelas dan tidak melakukan apa-apa, namun mereka mengulang kembali sihir-sihir yang sudah di pelajari kemarin.

Sementara, Eiji sedang menjelaskan semuanya mulai dari awal, Aiden hanya diam untuk mendengar penjelasannya, menunggu hal yang salah di katakannya, dia akan menyela pembicaraan.

Dari awal, Cade terus terlihat marah, hingga dia menyela pembicaraan dan membantah bahwa bukan dia yang memulainya, dia ingin mengklaim kursi yang di miliki Aiden.

"Tidak, dia memang benar memulainya bu Kana, aku sudah duduk di kursi itu sejak kemarin, itu milikku. Bagaimana bisa aku ingin bertukar dengan mudah begitu saja!"

"Kamu memang benar, kursi yang telah di ambil para murid sejak hari pertama kelas akan menjadi kewajiban mereka agar tidak berpindah, kecuali ada pertukaran yang di setujui antara dua orang."

Ucap guru konseling gendut ini.

"Tapi, bukan berarti kamu tidak bersalah."

"Lalu, apa yang kulakukan?"

"Jadi begini, aku akan menyerahkan kembali pada Eiji ke penjelasan yang terpotong, lanjutkan lah." Ucap bu Kana.

"Soal bagian dinding kelas yang rusak, ini di sebabkan pertengkaran mereka."

"Langsung ke intinya."

"Hah? Intinya?"

"Pukulan siapa atau siapakah yang membuat tembok kelas rusak?"

"Itu, adalah ketika Aiden menendang Cade ke dinding hingga merusakkan bagian temboknya, aku sudah berbicara sebisa ku."

"Bu Kana, murid perwalianmu sudah membuat masalah dari hari kedua, padahal mereka semua masih baru di akademi ini, tolong buat agar mereka menaati aturan akademi dan tidak merusak fasilitas apapun."

"Baik, pak, lalu bagaimana dengan Aiden yang merusak temboknya?"

"Tidak apa-apa, itu adalah perusakan fasilitas pertamanya, dan ini adalah peringatan pertama, peringatan kedua adalah yang terakhir sebelum terjadi ketiga kalinya akan akan dikeluarkan dari akademi ini sesuai kesepakatan semua guru dan kepala sekolah."

Tembok akademi sihir ini memang bisa rusak, namun bagian-bagian rusak nya akan memperbaiki dirinya sendiri dalam beberapa jam. Bahkan jika seluruh gedung akademi ini rubuh, itu akan membutuhkan waktu seharian untuk membuatnya kembali utuh seperti awal.

Itu di sebabkan darah pendahulu iblis yang mendirikan akademi ini dengan sihir dari darahnya dan dimana sumpah pada darah itu di teteskan ke tanah melingkari seluruh wilayah akademi dan dengan itu, walau dia mati bertahun-tahun yang lalu, sihir nya akan tetap ada dan berdiri untuk akademi ini sebagai sumpah dari sihir darah iblisnya.

Lalu, Eiji akan memulai berbicara lagi...

"Tapi jika langsung ke intinya, yang memulai semuanya adalah Cade, dia mencoba mengambil tempat duduk Aiden."

"Jadi begitu? Benarkah itu Aiden?"

Cade mulai tidak bisa berkata-kata, karena Eiji mendukung Aiden yang tidak berada dalam keadaan bersalah seharusnya namun terjerat karena perkelahian mereka yang di mulai oleh Cade.

"Sungguh, aku tidak memulai apapun, dia memukul wajahku lebih dulu, aku tidak akan membiarkan itu terjadi begitu saja."

"Murid Cade, kamu sudah membuat kesalahan di hari kedua akademi mu, aku minta agar kamu tidak berbuat masalah lagi, walau kamu termasuk kategori almamater hitam, bukan berarti kamu akan semena-mena dan tidak menaati peraturan sekolah."

Dia terus diam dengan dirinya yang kesakitan setelah menerima tendangan itu.

Next chapter