Renata Anastasyia telah menjalin hubungan selama empat tahun dengan seorang laki-laki bertubuh athletis bernama Aditya Ikram. Ia bertemu dengannya ketika semasa kuliah, Ikram yang saat itu masih semester 6 terkesima dengan adik tingkatnya yang masih semester 4. Mereka melakukan pendekatan cukup singkat dikarenakan Renata dan Ikram sudah merasa satu frekuensi. Ikram dengan hobbinya bermain bola basket dan gym, tiada henti-hentinya dikagumi banyak wanita di lingkungan kampusnya. Namun, semua itu tidak mampu mengalahkan kepercayaan Renata padanya. Waktu berlalu sangat cepat, sampailah pada saat dimana Renata datang pada wisuda sarjana Ikram. Renata cantik dengan kesederhanaanya, dan Ikram yang gagah dengan badan kekarnya. Sebuah kesempurnaan yang lengkap. Sesaat setelah itu, sebuah notifikasi muncul dilaya handphone Renata sebuah foto-foto tak pantas terkirim dan laki-laki yang ada difoto itu adalah kekasihnya sendiri bersama beberapa wanita yang berbeda-beda. Kemudian, Renata pun mencari tahu siapa yang mengirim foto-foto itu dan apa tujuannya. Karena Renata masih yakin dengan cintanya kepada Ikram. Sosok seperti apa Ikram ini sebenarnya dan apakah Ikram selama dua ini beneran tulus mencintainya?
Siapa bilang perempuan tomboy tidak disukai para lelaki? Siapa bilang perempuan tomboy tidak mampu menaklukan hati seorang pria yang banyak dikagumi oleh kaum perempuan dikampusnya? Ya, dialah Renata Anastasyia. Mereka biasanya menyebutnya dengan panggilan Rere.
Rere, Perempuan sederhana yang memiliki hampir sedikit jiwa lelaki. Ia, merupakan seorang mahasiswi jurusan Ekonomi tingkat 2 pada salah satu universitas swasta di Kota Padang. Jiwanya yang pemberani dan tegas, membuat teman-teman sekelasnya menjadikannya sebagai ketua kelas. Bahkan ia tidak segan untuk memporak porandakan pria yang mencoba menggodanya. Meskipun begitu, Rere memiliki paras wajah asia timur. Banyak orang beranggapan ia adalah girlband dari Korea Selatan.
" Uda, kenapa uda enggak masuk kemarin?" tanyanya pada salah satu rekan satu timnya.
( uda adalah panggilan abang untuk saudara laki-laki diminang )
" aduh.. maaf dek, uda ketiduran habisnya jadwal sama ibu ini pagi. Adek tau sendiri uda pulang kerja tengah malam jadi untuk bangun pagi uda susah banget." keluhnya pada Rere.
" Ketua kelas! kedepan!" hardik ibu Mega selaku dosen matematika bisnis.
Rere dengan langkah malu ia menghadap ibu Mega yang saat ini menampilkan wajah seriusnya.
" siapa nyuruh kamu berbicara dibelakang re, hm?" tanya Ibu mega yang sedang mengguliti penggaris ditangannya.
" maaf bu.. tadi uda Sonny numpang curhat sama Rere." balasnya dengan malu.
" wah enak yaaa dijam pelajaran saya, kamu dengerin teman kamu curhat!" sindir bu Mega.
" ya, maaf bu.. enggak akan saya ulangi lagi." lantangnya.
" baiklah.. ini pelajaran untuk kalian semua jika ada yang seperti Rere ini berbicara saat saya mengajar, saya akan mengurangi point kelakuannya 10 point paham?" ancam Bu Mega.
Rere masih menunduk malu. Ia menggigit bibir berulang kali.
" paham bu!" jawab serentak dari para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di ruangan tersebut.
" dek.. maaf uda yaa hehe ." sahut Sonny dengan cengengesan.
" huss diam !" jawab Rere dengan pelan.
Mereka melanjutkan kembali mendengarkan ibu Mega yang sedang mengajari rumus tentang fungsi konsumsi.
**
Rere diminta mengumpulkan tugas teman-temannya pukul 1 siang. Di semester 4 ini Rere harus fokus bidang apa yang diambil untuk semester 5 nanti. Rere sangat tidak menyukai mata kuliah keuangan, yang pastinya ia tidak akan mengambil konsentrasi keuangan. Sisanya hanya dua pemasaran atau sumber daya manusia.
Ia terus berjalan melewati satu persatu kelas hingga sampai pada ruangan yang kata seniornya ruangan yang penuh dengan kesunyian kalau lagi pemeriksaan skripsi. Namun, itu tidak membuat Rere takut ia menjadi penasaran dan tidak sabar untuk segera mengerjakan skripsi.
" permisi bu, ruangan ibu Mega dimana ya bu?" tanyanya kepada salah satu dosen disana.
" disana nak." balasnya sambil menujuk ruangan tertulis nama dekan Fekon dan bisnis Ibu Mega Haryati.
" terima kasih ibu ." balasnya sopan lalu berjalan menuju ruangan ibu Mega.
Ia meletakkan tugas teman-temannya diatas meja. Tidak ada bu Mega diruangan itu, hanya beberapa dokumen dan lembaran skripsi yang belum diperiksa oleh dosen yang dikenal killer tersebut.
" semoga suatu hari nanti bukan ibu Mega dosen pembimbingku." monolognya sambil menatap bingkai foto bu Mega yang sedang tersenyum sambil menggendong putra kesayangannya.
" Eh re! " panggil seorang laki-laki dari ruangan sebelah.
" eh pak Tora, apa kabar pak? sehat?" tanyanya sembari menyalami pak Tora.
Pak Tora ialah dosen terfavorit Rere. Semenjak ia semester 1 - 3 pak Tora selalu diamanahkan menjadi dosen yang mengajari ilmu ekonomi di kelasnya. Hanya saja di semester 4 ini, pak Tora tidak mengajar dikelasnya dan digantikan dengan dosen yang baru mengajar di semester ini.
" Alhamdulillah bapak sehat re... rere apa kabar? masih jadi ketua kelas?" tanya pak Tora.
" Alhamdulillah sehat pak, wah masih dong pak! anak teladan ini!" sahutnya dengan semangat.
" habis ngapain kamu ke meja bu Mega?" tanya pak Tora tampak penuh selidik padanya.
" biasa pak ngumpulin tugas." singkatnya.
"kalau gitu saya pamit dulu pak, mau shalat zuhur dulu." tambahnya.
" oke re! hati-hati ya!" sahut pak Tora.
Rere melambaikan tangannya kepada dosen favoritnya. Pak Tora sudah dia anggap sebagai orangtua kedua setelah mama dan papanya.
Jam dua nanti ia akan melanjutkan jadwal kuliahnya pada mata kuliah agribisnis. Kali ini lebih membosankan dibandingkan yang mata kuliah pagi tadi. Dosennya selalu membaca materi lewat slide yang ada di power pointnya tanpa pernah menjabarkan maksud dari istilah yang sama sekali tidak rere ketahui. Rere pernah mengadukan dosen yang hampir sama cara mengajarnya dengan dosen agribisnisnya ini, ia mengadu ke bagian kemahasiswaan namun sayangnya pas Ujian Akhir Semester nilai mata kuliah yang ia sendiri kadukan mendapatkan nilai C. Semenjak saat itu Rere lebih memilih bungkam daripada ia harus mengulang dan memperkaya tempat kuliahnya saat ini.
" Re... duduk sebelah sini ajaa.." sahut uda Sonny.
" males gue duduk disebelah loe uda.. mending gue didepan.", kesalnya.
" elehhh sok males, emang loe bakalan paham sama materi bapak Yasim? " tantangnya.
" paham dong . kan sudah duduk didepan!" ucap Rere balas menantang.
" oke gue lihat nanti seberapa besar kromosom loe memahami setiap kata yang dilontarkan pak Yasim." tantang Uda Sonny.
" oke! gue terima tantangan loe uda!" balasnya.
" permisi, disebelah loe ada yang duduk gak?" tanya seorang laki-laki berbadan kekar padanya.
" oh enggak ada. duduk saja!" ujarnya dengan dingin.
" terima kasih." balasnya.
Rere tidak membalas ucapan laki-laki tersebut, ia lebih sibuk membaca materi minggu kemarin yang dikirim pak Yasmi lewat grup chat. Baginya, ia harus menyelesaikan tantangan yang diberikan uda Sonny padanya.
" maaf kak, kenapa duduk dideretan laki-laki ya?" tanya laki-laki yang duduk disampingnya dengan heran.
Ia menghentikan hafalannya, dan melirik secara perlahan serta tajam ke arah lawan bicaranya.
" emang salah? selagi gue duduk di deretan manusia tidak ada yang salah bukan?' sanggahnya.
laki-laki itu diam dan tak berkutik lagi. Baginya melawan seorang perempuan bicara akan semakin memperpanjang masalah.
" kakak semester berapa ya?" tanya laki-laki itu lagi.
Rere semakin sulit untuk berkonsentrasi. Laki-laki itu membuyarkan hafalannya seketika.
" 4 ." balasnya dengan judes.
laki-laki itu ber-oh ria. sembari berkata, " kenalin gue Aditya Ikram, biasa dipanggil Ikram. gue semester 6."
Dengan tatapan malasnya, ia menjawab " oh! gue enggak nanya ."
" bentar-bentar nama loe keram ya? hahaa lucu banget sih namanya." sindirnya.
" iya nama gue lucu.. loe cantik kalau sedang tertawa. " balas Ikram dengan memuji.
Tiba-tiba muka Rere berubah berwarna merah jambu. Ia menutup mukanya karena baru kali ini ia dipuji dan malu. biasanya sekali ada laki-laki yang menggodanya, habislah laki-laki itu ditangannya.
" woy pak yasmi masuk! " sorak Jenner yang enggak kalah hebohnya kalau dikelas.
Mereka semua duduk dengan tertib dan tenang ketika pak Yasmi mengajar didepan layar tancap.
**
" gimana gue hebat kan?" tanyanya kepada uda Sonny.
" iyaya gue akui loe hebat re." jawabnya dengan lesu.
" tenang uda, meskipun tugas loe banyak dari pak Yasmi akan dedek bantu." kata Rere sembari merangkul uda Sonny yang tingginya tidak jauh beda dari Rere.
" makasih loh yaa re.. baik banget adek gue." ucapnya sambil mencubit pipi rere yang berisi.
" re, ini buku catatan loe udah selesai gue pinjam." ucap Ikram dengan ramah.
" oh ya! cepat amat ya. gak apa-apa deh gue pun juga bisa menghafal lagi untuk mimggu besok." balas rere mengambil buku catatannya.
" makasih ya re." kata Ikram.
" yoi bro!" balas Rere dengan santai kemudian ia berjalan beriringan dengan uda Sonny.
***
" hy re! kita ketemu lagi." sapa Ikram dengan senyum lebar dan menampakkan susunan gigi yang rapi dan putihnya.
" eh uda ikram. " balasnya dengan datar.
" uda? mashaAllah baru kali ini ada yang manggil uda." ucapnya dengan terharu.
****