Cathleen, gadis berusia 24 tahun memiliki sahabat karib dari semenjak ia kecil, Salsabila. Mereka tumbuh dan beranjak dewasa bersama, kebersamaan mereka tidak hanya sekedar seorang sahabat namun seperti adik dan kakak yang saling menyayangi satu sama lainnya. Ketika mereka dewasa, Salsabila memilih untuk segera menikah bersama laki-laki pilihannya. Nikolas Wijaya Cathleen yang mengetahui sosok Nikolas membuat Salsabila buta akan cinta dan memilih untuk meninggalkan Cathleen sahabatnya demi cintanya terhadap Nikolas. Setelah tujuh tahun kemudian, mereka bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda. Cathleen sangat bahagia dengan pernikahannya bersama Daniel. Berbeda dengan Salsabila, perempuan itu mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya. Hingga dia melarikan diri dari rumah untuk meminta perlindungan dari siapa saja yang ia temui di jalanan. Pertemuan antara Daniel bersama Salsabila membuat laki-laki itu tersadar bahwa perempuan yang ia temui adalah sahabat karib sang istri. Namun kedatangan Salsabila di tengah-tengah kebahagian mereka justru membuat petaka bagi pernikahannya. Apa yang akan terjadi pada pernikahan Cathleen dan Daniel?
7 tahun, Kemudian
Daniel mengendarai mobilnya seorang diri, pria itu akan menuju sebuah rumah sakit tepat dimana dia bekerja sebagai dokter spesialis anak.
Dari pantulan spion samping ia melihat seorang perempuan tengah berlari tertatih, ada perasaan tidak tega untuk itu Daniel memarkirkan kendaraannya terlebih dahulu.
"Loh, kemana perempuan itu?" tanya Daniel dalam hati, ia mencoba melihat ke semua arah tidak ada tanda-tanda sosok perempuan yang ia lihat di dalam spion.
"To-tolong, aku." suara lirih perempuan terdengar, Daniel berlari mencari sumber suara.
"Mbak, mbak tidak apa-apa?" tanya Daniel, dia menemukan perempuan itu tengah terduduk lesu di dalam gang sempit juga sepi tidak ada orang di sana. Hari memang sudah gelap dan sepertinya akan turun hujan.
Daniel mencoba untuk menawarkan bantuan pada perempuan tersebut, lalu mereka menuju rumah sakit dimana Daniel bekerja.
Setelah beberapa menit berlalu, mereka sampai Daniel meminta bantuan para suster untuk segera membawa perempuan lemah itu ke dalam ruangan IGD agar secepatnya di tangani oleh dokter jaga.
Hampir semua mengenali sosok Daniel, untuk itu Citra memberi tahukan pada Daniel bahwa pasien yang ia bawa tidak ada masalah yang cukup serius hanya kelelahan saja.
"Dokter Daniel, apa anda mengenalnya?" tanya Citra, dokter jaga di bagian IGD.
Laki-laki tampan, juga memiliki bulu-bulu halus di rahang tegasnya menggelengkan kepala bahwa ia tidak mengenal, dan menceritakan pada rekan kerja bahwa ia menemukan perempuan tersebut di pinggir jalan.
"Dia tengah hamil, muda. Dok." jelas Citra kemudian, Daniel hanya bisa tersenyum juga menganggukkan kepalanya.
Citra meninggalkan Daniel, karena masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan untuk itu Daniel akan menemui perempuan tadi namun tidak dia sangka perempuan itu entah kemana pergi begitu saja tanpa mengucapkan rasa terimakasih.
"Seandainya Cathleen ingin mempunyai anak, aku pasti akan lebih bahagia." gumamnya dalam hati, pria itu melamun memikirkan keinginan dirinya yang belum bisa sang istri penuhi.
Drrrt Drrrtt
Getaran ponsel membuat Daniel tersadar dari lamunannya, secepat mungkin ia merogoh saku celana melihat siapa yang menghubungi. Bibir mungilnya melengkung lebar setelah melihat photo di layar pipih tersebut.
"Hai, sayang." sapa Daniel, berjalan menuju ruangannya akan mengambil berkas yang ia tinggalkan.
Omelan kecil itu begitu menggemaskan, membuat Daniel ingin segera menemui istrinya di rumah. Semenjak Cathleen memilih untuk berkarir terlebih dahulu perempuan itu lebih suka menghabiskan waktunya untuk bekerja.
"Iya, sayang ... Kamu mau aku bawakan apa?" tanya Daniel, pria itu sudah dalam perjalanan menuju apartemen mereka.
Setelah mendengar banyak permintaan dari istrinya, Daniel memutuskan sambungan telponnya. Laki-laki itu teringat dengan pasien yang ia tolong entah kemana perginya dan apa dia baik-baik saja.
Sepanjang perjalanan laki-laki itu memikirkannya. Entah mengapa dia seperti ingin bertemu sekali lagi memastikan jika dia baik-baik saja.
Sayangnya kini dia harus membeli sesuatu untuk sang istri di rumah, membeli makanan juga minuman kesukaan Cathleen. Setelah selesai pria itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju apartemen.
Sementara Cathleen, tengah merias diri menyambut kedatangan sang suami tercinta.
"Cath," panggil sang ibu mertua. Perempuan itu menoleh pada perempuan setengah paruh baya menunggu kalimat yang akan di lontarkan nya.
"Apa kamu tidak menginginkan anak dari, Daniel?" pertanyaan itu kembali sang ibu mertua layangkan pada menantu perempuannya. Sudah tujuh tahun pernikahan namun mereka masih belum memberikan ia cucu.
"Ibu, aku bukan tidak mau ... Hanya saja, karirku baru saja di mulai." Cathleen mencoba menjelaskan, ia berharap jika ibu mertua nya bisa mengerti.
Senyuman palsu, Dahna layangkan pada sang menantu dia sungguh kecewa namun dia juga tidak bisa memaksa apalagi untuk menuntut untuk segera menghadirkan cucu untuk dirinya.
Meskipun keinginan sudah sejak lama ia pendam.
Wanita itu berlalu dari kamar milik putranya, mencoba untuk menyembunyikan kesedihan Dahna membuatkan sesuatu di dapur.
"Selamat malam, ibu." suara bas milik sang putra membuat Dahna tersenyum. Sungguh ingin rasanya Dahna adukan segala kegundahan di dalam hatinya.
"Ada apa, ibu?" sepertinya mereka memiliki ikatan batin yang sangat kuat, Daniel merasakan jika sang ibu tengah memikirkan sesuatu dan memendamnya seorang diri.
Dahna menggelengkan kepala, akan tetapi Daniel sangat mengenal sosok sang ibu untuk itu dia memaksa agar perempuan yang telah melahirkannya itu bercerita.
Mengajaknya duduk di depan balkon, udara malam sangat dingin menyentuh kulit. Daniel dengan setia menunggu sang ibu bercerita apa yang tengah dia pikirkan itu.
"Sayang," panggil Cathleen, membuat Daniel bersama Dahna menoleh senyuman termanis Daniel layangkan untuk sang istri, dan pria itu memeluk bahkan menempelkan bibirnya di kening.
Dahna memilih masuk ke dalam kamarnya, berlalu meninggalkan anak juga menantu kesayangannya tersebut. Daniel ingin sekali memanggil ibu dan bersiap untuk mendengar segala beban pikiran.
Sayangnya, Cathleen tidak mau melepaskan Daniel dari pelukannya membuat kedua insan itu berlalu dari balkon dan memasuki kamar mereka.
Berburu apa saja yang Daniel bawa membuat Cathleen sangat berterimakasih memberikan beberapa kali sentuhan di pipi laki-laki tampan tersebut.
Seperti yang di lakukan setiap hari, mereka selalu bertukar cerita kegiatan apa saja yang mereka lakukan jika tidak bersama. Kali ini Daniel menceritakan pasien yang ia tolong membuat Cathleen ikut merasakan prihatin.
"Lalu, kemana perempuan itu?" Daniel menggelengkan kepalanya. Cathleen merasa iba dan ia ingin bertemu dengan perempuan tersebut. Mereka akan berusaha untuk mencari tahu.
Hingga beberapa jam kemudian pagi telah tiba, kedua nya sibuk dengan berbagai kegiatan. Cathleen yang tengah berada di dalam kamar mandi berteriak pada sang suami menyebutkan jika pakaian yang di cari sang suami berada di lemari mereka.
Daniel mencari kemeja warna kesukaan dia, tidak seperti biasanya Cathleen lupa untuk menyiapkan pakaian suaminya terlebih dahulu untuk itu dia membuka lemari dan justru menemukan sesuatu.
Pria itu memegang photo lama milik sang istri, terlihat photo dua gadis di sana dan salah satunya wanita yang ia temui semalam.
"Jadi, dia sahabat istriku?" ujar Daniel dalam hati.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Cathleen, melihat sang suami diam seribu bahasa membuat perempuan itu mengerutkan alis-alis tebalnya.
Menoleh ke arah sang istri, dan menunjukkan photo lama yang ia temui. Menunggu kalimat apa yang akan di lontarkan suaminya.
"Aku menolong dia semalam." ucap Daniel menunjukkan photo lama tersebut membuat sang istri menoleh.
Cathleeen menjatuhkan skincare setelah mendengar bahwa sang sahabat yang di tolong suaminya.
Pertanyaan demi pertanyaan Cathleen layangkan, apa daya Daniel tidak mengetahui jika perempuan itu adalah sahabat karib istrinya. Jika ia tahu sejak awal mungkin akan membawanya ke hadapan Cathleen.
Mereka berusaha mencari tahu kembali, berbagai media informasi dia lakukan hingga mereka menemukan sebuah akun media sosial milik suami dari sahabatnya.
"Saya Dokter Daniel,"
Bersambung...