"Apa yang kalian dapet tadi? Duit?" tanya Sonya seraya membereskan meja makan bersama gadis gadis lain.
Lucas mengernyit seraya menatap Sonya, "Kenapa tadi pada ngiranya kita dapet duit sih? Susah susah cari petunjuk masa isinya duit doang? Aneh sih,"
"I am a poor person who always thinks about money," jawab Sonya jujur, "Tapi kayanya duit sekarang nggak guna juga ya. So what did you get?"
"Note lagi. Besok kita cerita. Sekarang mending kita ngomongin hal hal yang bagus aja. Buat merilekskan pikiran. Lo tau kan. Di situasi kaya gini bisa aja bikin kita stress," ujar Arjun.
"But wait, have you all contacted your family?" tanya Juwita, "Bokap nyokap gue pergi semua. Yuki, Lucas, sama Arjun juga gitu kan ya. Kalo yang lainnya gimana?"
"Nggak ada satu pun yang angkat telepon gue. Gue pengen banget lihat gimana keadaan rumah," jawab Mark sedih.
Sonya dan Dino segera mengangguki ucapan pemuda itu. Keluarga mereka benar benar tidak dapat di hubungi sejak tadi.
"Mama gue udah jadi zombie. Nggak ada yang gue harapkan. Papa? Papa juga kayanya justru aman di kantor pemerintahan sih. Lagian papa juga nggak kelihatan peduli sama gue. Jadi buat apa kan?" Yuki mengedikkan bahunya acuh, walaupun sorot mata gadis itu tidak dapat berbohong. Yeri sedih sekali dengan peristiwa ini, dengan kondisi keluarganya yang berantakan, dengan semua yang sudah terjadi.
"Dont be sad. Im here for you bestie," Yuki tersenyum lalu memeluk tubuh Yeri, "Bukan lo aja yang berantakan kok. Gue juga berantakan. Cuma nggak kelihatan. Publik kan lihatnya cuma yang bahagia bahagia aja. Yang sedihnya nggak tau,"
"Yes you're right," sahut Juwita, "Lagian ya netizen juga sukanya berspekulasi yang nggak nggak. Nuduh yang nggak nggak tenang keluarga gue. Udah serasa artis aja gue tau nggak," lanjutnya.
Yeri terkekeh kecil, "I can see Juw. Susah ya hidup sebagai orang kelewat kaya. Ribet banget. Ini itu selalu di enggol sama orang orang kan ya,"
"Yup. Kurang lebih kaya gitu. Makanya gue lebih suka nutup diri dari publik," ujarnya seraya menyandarkan tubuh pada kursi yang ia duduki, "Anyway gimana kalo besok kita cek keluarga kalian? Agak bahaya tapi ya mau gimana lagi kan? Pasti nggak akan tenang juga sebelum tau gimana nanti keadaan mereka yang sebenernya,"
"Tapi harus selalu siap atas segala kemungkinan yang ada," sahut Arjun.
Mark segera mengangguk dengan mantap, benar benar tanpa keraguan dalam sorot mata pemuda itu, "Walaupun mom and dad udah jadi zombie. I haven't problem. Gue bakalan tembak mom and dad. Supaya mereka meninggal dengan lebih terhormat,"
"Kemungkinan terburuk emang harus di pikirkan paling awal sih," gumam Sonya, "Ya seenggaknya gue udah siap kalo besok lihat papa sama mama jadi zombie. Nggak papa. Mereka jadi nggak perlu lagi lari lari kaya gue saat ini. Kalau pun bisa, gue juga pengen nyusul mereka,"
"Me too. Kalo lo bakalan nyusul. Gue yang akan nemenin lo Son," Dino tersenyum simpul.
Ucapan keduanya sukses mengundang tatapan tidak senang Juwita, "Heyyy nggak boleh ngomong gitu ya Sonya sama Dino. Enak aja. Pikiran kalian kejauhan oke? Jangan mikir sampe sana. Jangan mikir kalian bakalan nyusul nyusul segala. Kita sekarang bareng jadi kita juga harus selamat bareng bareng dong,"
"Ya. I hope I'm still alive until we're safe later," jawab Sonya.
Yuki menghela napas berat, menyandarkan kepalanya pada bahu Lucas dengan lemah, "Gue nggak pernah kepikiran rumah Arjun bisa jadi sehoror ini tau nggak. Biasanya rumah dia asik banget apalagi kalo gue lagi nginep bareng Juwi sama Lucas,"
"Gara gara ruang tengah tuh kotor banget gara gara tadi banyak zombie masuk," jawab Arjun kesal, "Besok atau lusa kita bersihin ya biar nggak sekotor itu,"
"Mending lusa aja deh. Besok kan kita mau keluar. Jelas bakalan ribet banget kalo pulangnya masih bersihin ruang tengah rumah lo yang gedenya bikin elus dada," jawab Mark sinis.
"Hahaha bener tuh Mark. Mending lusa aja. Seenggaknya biar agak enak di pandang gitu loh. Baunya juga astaga," gumam Yeri seraya menggeleng tak habis pikir, "Gue selalu pengen muntah tau nggak,"
"Perut lo sensitif banget sih ya Yer. Jadi bakalan muntah kalo bau zombie yang busuknya bener bener," jawab Yuki, "Tapi gue penasaran deh, masih ada orang yang bertahan nggak ya,"
"Ada. Tetep masih ada beberapa yang bertahan kalo kata gue," ujar Dino, "Kita bisa bertahan karena orang dalem kan ya. Arjun udah dapet supoileran. Tapi orang lain kan nggak. Jadi mungkin cuma beberapa yang bertahan. Nggak banyak juga. Kasihan. Tapi seenggaknya semoga masih ada yang bertahan ya,"
"I hope so. Sekarang, kehidupan bener bener berarti banget ya," Sonya mengetuk ngetukkan jarinya pada meja makan rumah Arjun yang berbalut kaca, "Padahal beberapa jam yang lalu, duit masih segalanya. Tapi sekarang duit udah bukan apa apa lagi. Udah nggak ada gunanya lagi ya,"
"Toko toko udah di tinggal pemiliknya. Juga yang lainnya, mall, pom bensin, apa pun itu. Semuanya pasti udah berubah jadi lautan zombie. Pasti bahaya banget. Di luar sana jelas punya banyak resiko," jawab Lucas, "Tapi kita jelas nggak bisa selamanya ada di sini,"
"Pemerintah jelas sebentar lagi bakalan bertindak. Gue yakin pemerintah yang 'kontra' bakalan bikin keputusan yang gila. Asli deh," ujar Mark seraya mendengus keras.
"Pemerintah yang kontra? Maksud lo apa Mark?" tanya Yeri.
Arjun menghela napas berat, "Pemerintahan di kota kita sekarang terbagi menjadi dua. Bukan pemerintahan di kota kita sih. Tapi di negara ini. Pemerintah pro dan kontra. Yang kontra ini lah yang mencetuskan virus zombie bahkan sampe berniat mau melakukan kudeta. Ya intinya gitu deh,"
"Jadi ini nggak jauh jauh dari pemerintah? Tapi kenapa? Ada sesuatu yang seurgent itu sampe kaya gini?" tanya Yuki tidak habis pikir, "Jangan bilang pelonjakan jumlah penduduk tapi juga tingginya angka pengangguran di sini?"
"Ya itu. Nggak jauh jauh dari itu kan? Bakalan lebih enak juga kalo mislanya rakyatnya sedikir. But tetep bakalan ribet juga sih ngurus virusnya. Secara kan ini virus susah banget di kendalikan. Apalagi nih, zombie zombienya bakalan mati cuma dengan di tembak kepalanya. Jadi kurang lebih kesimpulannya, zombie ini bakalan terus menyebar ke mana mana kecuali kalo di bunuh satu persatu dan itu resikonya gede banget loh. Belum lagi nih, jumlah orang yang bertahan juga bakalan semakin menipis," ujar Lucas.
"Ya. Resikonya jelas berada dalam jangka panjang," jawab Arjun.