webnovel

Secret

Yuki membuka matanya perlahan, dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Lucas yang berdiri dengan berkacak pinggang menatapnya intens.

"Udah bangun ibu negara?"

"Di mana nih? Kok bukan kamar gue?"

"Di rumah Arjun Ki,"

"Oh ngapain? Kita nginep?"

"Enggak. Lo lupa sama zombie?"

"Astaga bukan mimpi ya," guman Yuki, mencoba berdiri namun ambruk pada akhirnya.

Lucas terkekeh kecil, kebiasaan Yuki saat bangun tidur sangat lucu menurutnya.

"Sini gendong,"

Yuki mendongak, rambutnya acak-acakan dan wajah bingung yang menggemaskan, "Hmm?"

"Udah sini," pemuda itu menarik Yuki masuk ke gendongannya, "Kebiasaan bangun tidur ngumpulin nyawanya lama,"

"Capek banget badan gue," rengek gadis itu.

"Hahaha gue juga,"

"Tapi kok lo kuat gendong gue?"

"Badan lo kurus. Nggak berat,"

"Masa?"

"Iya," Lucas terkekeh kecil, "Buruan sikat gigi, cuci muka,"

Yuki menggeleng kecil, "Masih ngantuk,"

"Ayu buruan," desak Lucas menurunkan tubuh Yuki dari dalam gendongannya.

Dengan malas gadis itu meraih sikat gigi yang di sodorkan Lucas. Lalu mulai menyikat giginya.

"Buruan, habis ini sarapan,"

"Owh okwe," Yuki segera menyelesaikan kegiatannya lalu merentangkan kedua lengan membei kode kepada Lucas untuk kembali menggendongnya.

Sang pemuda tersenyum kecil, segera menggendong Yuki dan membawa gadis itu menuju ruang makan.

"Ibu negara udah bangun?" tanya Juwita dengan nada mengejek.

"Berisik," balas Yuki dengan suara seraknya.

"Mau demam tuh," sahut Arjun.

"Enggak kok gue nggak papa," Yuki menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher tunangannya.

Mark menatap Lucas dan Yuki kaget, "Udah kaya pasutri kalian tau nggak,"

"Kan emang udah mau," jawab Lucas.

"Kalian mau married without love?" sinis Sonya.

"Mereka nganggep serius omongan kita semalem," bisik Yuki.

"Udah nggak papa biarin," Lucas menurunkan tubuh Yuki di atas kursi, lalu mendudukkan diri di samping gadis itu.

"Nih makan," Yeri meletakkan dua piring nasi goreng di hadapan dua sejoli itu, "Dihabisin,"

"Iya, yang lain nggak makan?" tanya Yuki.

"Udah tadi, buruan di habisin, kita ada misi nih," balas Dino.

Gadis itu berdecak, namun tetap segera menghabiskan satapannya secepat mungkin.

***

"Jun lo bawa kuncinya kan?" Mark menatap Arjun.

"Bawa kok,"

"Mau kemana sih kita?" tanya Yuki bingung.

"Ke suatu tempat," jawab Lucas yang merangkul pinggang gadis itu, "Ruangan rahasia,"

"Ohh,"

"Gila horor banget rumah lo Jun," Sonya meraba tengkuknya yang meremang, "Nggak ada lampu apa? Jam 10 gini masih gelap,"

"Gordennya belum di buka," jawab Yeri, "Pantesan gelap, eh siapa yang nutup ya? Kayaknya semalem nggak ada yang nutup, tidur di bawah semua kan kalian?"

"Eh iya, kayaknya kemaren nggak di tutup deh," ujar Arjun.

"Setan kali yang nutup," acuh Arjun, "Besok jangan lupa bersihin ruang tengahnya ya. Baunya gila,"

"Oh iya kemaren niatnya mau kita bersihin tapi gila capek banget," jawab Yeri.

"Untung aja nggak sampe kamar baunya," sahut Juwita.

"Ruangan paling timur, deket perpustakaan, ini kan?" tanya Arjun.

"Iya buka aja," jawab Juwita.

Pemuda itu mengangguk, segera membuka pintu ruangan tersebut.

Ceklek

Gelap, ruangan itu sepenuhnya gelap membuat Dino segera menyalakan senter ponselnya, mencari saklar lampu.

Lampu di dalam ruangan menyala terang dengan sekejap, pemuda itu menoleh dan mendapati Sonya yang tengah melemparkan cengiran lebarnya, "Nggak niat cari padahal, ketemu sendiri,"

Yang lain memilih tidak menanggapi, masing-masing diantara mereka sibuk meneliti seluruh penjuru ruangan.

Tidak ada banyak barang, hanya sebuah laptop, flashdisk, dan kertas diatas meja serta sebuah kotak besar yang tergeletak di lantai.

"Buka laptopnya dulu," titah Mark.

Arjun mengangguk, segera menyalakan laptop di hadapannya, "Ada sandinya,"

"Kertasnya, siapa tau itu sandi," Sonya menunjuk kertas di samping laptop.

"Nama kecil Arjuna," Yuki membaca dengan dahi mengkerut, "Ajun kan ya?"

"Bukannya Jujun?" tanya Juwita.

"Juna yang bener tuh," sahut Lucas, "Ya nggak Jun?"

"Kalian temen kecil gue bukan sih?" Arjun menatap Yuki, Juwita, dan Lucas datar, "Yang bener A Ajun,"

"Oh iya lo dulu di panggil Aa ya," Juwita mengangguk.

"Gue paling mendekati nih," bangga Yuki.

"Sama aja salah,"

"Diem Cas,"

"Iya nyai maap,"

"Nah kan bener," puas Arjun, "Lah ini nggak ada isinya?"

"Coba di cari lagi," ujar Yeri, "Siapa tau ada yang nyelip,"

"Seriusan kosong, nggak ada apa-apanya,"

"Flashdisknya coba," Yeri menyodorkan flashdisk yang ia maksud kepada temannya.

"Bentar deh, duh lama banget sih, pake akses segala," omel Arjun.

"Sabar Jun, kaya ibu-ibu pms lo," Juwita menepuk bahu pemuda itu.

"Bisa tuh," seru Sonya, "Buruan, kepo nih gue,"

"Bentar elah, sabar,"

"Langsung buka filenya aja," ujar Yuki.

"Iya sabar," Arjun berdecak kesal.

"Ada satu video doang,"

"Yaudah puter,"

"Iya ini,"

'Selamat pagi, siang, sore, atau malam. Saya Profesor Alan, saya yakin anda bukanlah orang yang salah, saya mencoba membantu yang tersisa. Jika keadaan yang tidak memungkinkan, maksud saya, jika pandemi ini semakin parah, dan tidak memungkinkan anda untuk tinggal di rumah ini. Pergilah ke utara, tepatnya perbatasan kota. Saya menyiapkan 2 mobil di sana, tentu saja dengan beberapa pakaian dan makanan. Anda dapat pergi menuju bukit tidak jauh dari sana, saya yakin anda aman di sana,'

Rekaman selesai, Arjun menghela napas, "Kayaknya kemaren ayah ke sini waktu gue pergi ke rumah Juwita,"

"Bisa jadi," balas Mark, "Nggak ada file lain?"

"Nggak ada, cuma itu,"

"Kotaknya. Siapa tau isinya emas," ujar Sonya.

"Emas aja lo pikirin," sinis Dino, "Buka coba Cas,"

Lucas mengangguk, pemuda itu berjongkok lalu segera membuka kotak yang dimaksud oleh Dino.

"Wow, pinsol banyak banget gila. Sama kunci mobil,"

"Cukup bagus buat bantuin kita lawan zombie," balas Yuki, "Sekarang turun yuk, siap siap, habis itu mandi,"

"Eh tapi, persediaan makanan di sini tinggal dikit," ujar Yeri.

"Lah Jun katanya lo udah nyiapin ini 2 hari," Juwita menatap Arjun kesal.

"Yakan gue cuma nyiapin mental sama senjata doang," Arjun tak terima, "Besok belanja aja, pake kartu gue,"

"Mana ada toko yang buka pinter?" Sonya melotot kesal, "Penjualnya juga kayaknya udah jadi zombie,"

"Yaudah ntar siangan aja coba liat, kalo ada yang buka kan," Arjun berujar santai, "Yang cewek bersih-bersih,"

"Yaudah lebih mending dari pada keluar, liat zombie lagi," Yuki meregangkan tubuhnya, "Cas, gendong,"

"Kenapa? Pusing?"

Gadis itu mengangguk kecil.

"Nah kan apa gue bilang," Arjun menatap Yuki malas, "Ke kamar gue sana, obatnya di laci,"

"Oke," Lucas mengangguk, segera mnarik Yuki ke dalam gendongannya lalu melangkah menuju kamar sahabatnya.

"Ayo turun, ngapain diem kayak patung selamat datang?" Juwita menatap teman-temannya bingung.

"Oh iya ayo," Sonya segera mengikuti Juwita berjalan keluar ruangan.

"Oh iya, ngapain juga kita bengong," Dino memukul bahu Mark keras.

"Ya santai dong Dinosaurus," Mark melotot kesal.

"Ini kita ke rumah Mark, Sonya sama Dino kan?" tanya Lucas memastikan.

"Iya. Jangan mencar. Kita barengan. Walaupun jauh juga sih jaraknya tapi dari pada mencar kan?" jawab Arjun.

"Iya,"

Next chapter