webnovel

Kembali ke Pegunungan Sakral

Perjalanan kembali ke Pegunungan Sakral yang tersembunyi dari dunia luar berjalan aman. Bubuk peri pemberian Rang Rang sangat membantu dalam menyingkat waktu perjalanan mereka.

Portal telah menutup, para Rang Rang menyambut Max dengan gembira. Rupanya mereka sudah menyediakan tempat perawatan untuk makhluk-makhluk kesayangan mereka.

Max menidurkan harimau yang dibopongnya ke atas tempat tidur yang terbuat dari anyaman rumput dan daun-daun sesuai dengan araham tim Angin Utara. Tempat tidur itu terasa empuk saat Max menyangga tubuhnya sendiri dengan lutut ketika akan menidurkan harimau besar itu. Dia melakukannya dengan hati-hati.

Setelah itu, dia menyerahkan perawatan pada para Rang Rang, sementara dirinya sendiri beristirahat. Max bersandar pada sebuah Pohon Gayam tak jauh dari lokasi perawatan. Saat dia sedang terkantuk-kantuk ayam, Xixi dan beberapa kawannya menghampiri Max. Mereka membawakan minuman dengan gelas terbuat dari bambu.

"Kalian selalu terampil membuat peralatan," Max memuji keindahan gelas dari bambu buatan kelompok Angin Selatan.

Xixi tersenyum, sementara anggota timnya tersipu.

"Kami hanya melakukan apa yang kami bisa," dengan kikuk Xixi bicara dengan sikap hormat. "Terima kasih telah menolong kesayangan kami."

Sikapnya diikuti oleh Rang Rang yang lain. Pemandangan itu membuat Max berdiri secara formal dan merasa seperti mendapatkan hadiah dari semesta.

"Aku rasa kalian tidak perlu bersikap seperti ini. Ini berlebihan menurutku. Mereka terluka dan aku hampir terlambat. Halimun dan kalianlah yang sebenarnya lebih banyak berperan menolong mereka"

"Anda tetap pantas mendapat pujian," Terice meluncur dari suatu tempat. "Karena keberanian Anda, mereka jadi bisa melihat jalan pulang. Oh ya, mereka akan lekas pulih," Terice bicara dengan riang sama riangnya dengan ketika dia menggoda Max sebelumnya.

"Bagaimana kondisi Byakki? peluru itu bisa dikeluarkan?" Max bertanya pada Merah yang muncul di belakang Terice. Wajah Merah saat itu terlihat khawatir dan ingin mengatakan sesuatu. Mendengar Byakki disebut, Merah langsung meluncur ke depan Max lebih cepat. Dia merasakan tanggung jawab yang sangat besar pada penderitaan Byakki. Byakki adalah harimau yang tadi digendong oleh Max karena kondisinya yang sangat parah.

"Kondisinya buruk meskipun benda itu sudah bisa dikeluarkan dari tubuhnya, tapi akibatnya .... banyak darah yang keluar dari tubuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana?" suara Merah terdengar parau.

Max mengunci mulutnya. Dia tidak bisa membuat Rang Rang semakin khawatir.

"Aku juga belum tahu. Aku akan mencari tahu. Apa dia masih bida hidup?" Max bicara terus terang.

"Jika dalam tiga hari ke depan dia masih bernafas, dia pasti selamat. Kami sudah memberi ramuan yang diperlukan untuk menghentikan pendarahan dan memulihkan staminanya. Kami akan bergantian menjaganya setiap malam."

"Syukurlah kalau begitu," kata Max lalu duduk kembali. Punggungnya menyandar pada Pohon Gayam.

"Ada yang ingin saya beritahu," kata Koko sambil mendekat. Sayap birunya terlihat membaur apik dengan alam sekitar.

"Apa itu?"

"Tuan Muda Gorakshana ada di sekitar sini."

Mendengar nama kakaknya disebut, Max duduk tegak. "Di mana? kapan kau melihatnya?"

"Saat menyimpan pusaka. Saya melihatnya di bibir sungai. Kelihatannya dia terluka. Jalannya tertatih."

"Kau tidak mendekatinya?"

"Saya berusaha, tapi saat saya mendekat, dia mengusir saya," Koko bicara apa adanya dengan tidak enak hati. Dia takut jika Max salah paham atas kejadian yang dialaminya.

"Baiklah. Terima kasih atas pemberitahuanmu. Aku akan mencarinya. Apa lukanya sangat parah?"

Koko tidak bisa menjawab dengan cepat. Dia harus berpikir sebentar. "Saya tidak tahu, hal aneh yang saya perhatikan justru Tuan Muda Gorakshana tidak bersama yang lain."

"Apa? maksudmu dia sendirian?"

Koko mengangguk.

Kenapa? pikiran buruk Max tumpang tindih dengan kejadian yang dialami oleh Byakki.

"Hanya itu yang saya tahu. Karena saya pikir itu aneh, jadi saya memberitahu Anda," kata Koko.

"Ingat, kamu tidak perlu bicara formal denganku."

Koko mengulum bibirnya. Dia sudah sering ditegur seperti itu, tapi dirinya sendiri merasa tetap harus bicara formal pada Max.

"Sekali lagi, terima kasih. Kau bisa kembali merawat mereka," Max bicara dengan ekspresi datar. Keempat pemimpin Rang Rang lalu kembali ke pos masing-masing sementara Max duduk terpekur memikirkan apa yang sedang terjadi pada kakaknya.

Gorakshana sangat tangguh, bagaimana dia bisa terluka? tanya Max dalam hati. Aku tidak pernah menang jika aku kekuatan dengannya. Apa yang berhasil melumpuhkannya?

Max lalu teringat lagi pada hutan yang sudah gosong dan kondisi fisik Byakki. Jantung Max berdegup kencang. Dia membayangkan suatu kejadian yang mungkin bisa membuat Gorakshana terluka parah. Jika bukan perkelahian dalam klan, itu pasti melawan senjata perburuan manusia.

Tapi, Gorakshana tidak pernah pergi ke Hutan Terlarang, apa yang membuatnya harus ke sana? Dia selalu menjaga dan berada di Pegunungan Sakral, Max tiba-tiba terkejut dengan pemikirannya sendiri. Mereka tidak menceritakan semuanya, katanya dalam hati sambil menatapi para Rang Rang. Mereka masih merahasiakan sesuatu dariku.

"Tolong panggilkan Merah," perintah Max pada Rang Rang terdekat. Rang Rang itu terkejut sesaat karena tiba-tiba diajak bicara oleh Max, tapi dia segera menjalankan permintaan Max.

Merah segera datang ketika mendapatkan pesan itu. Max segera tahu Merah sebenarnya masih ingin membicarakan banyak hal tadi. Wajah Merah terlihat semakin gusar waktu mendekatinya.

"Aku rasa kamu tahu kenapa Gorakshana terluka. Dia yang paling tangguh sebagai Alpha di dalam klan, kupikir ini ada hubungannya dengan kejadian kebakaran di Hutan Paling Utara, iya atau tidak?" Max bicara dengan hati-hati dan berusaha agar tidak terasa mengintimidasi. Merah jadi sangat gelisah. Sikap Merah membuat Max yakin Merah mengetahui sesuatu.

"Katakan perlahan, apa Gorakshana sedang ada di sekitar sana saat kejadian?"

"Tuan Muda Gorakshana menyuruh saya untuk tidak memberitahu Anda," Merah akhirnya jujur. Kemudian dia mengumpulkan keberanian dan mengatakan, "Sebelum kejadian kebakaran ...."

Kata-kata Merah tertahan oleh aksi yang mengejutkan semuanya. Seekor serigala menyerang Max. Mereka bergumul di tanah. Max menendang tubuh serigala itu sampai terpelanting dan jatuh berdebam ke tanah.

"Gorakshana!" Max berteriak terkejut karena memukul kakaknya sendiri dan sekaligus bingung. Kenapa dia bertingkah kasar? dia memang kasar sejak dulu padaku, tapi kali ini berbeda. Dia bahkan dalam formasi sempurnanya, Max bertanya-tanya dalam hati dengan sikap waspada sebab dia tidak melihat Gorakshana mengendurkan keinginannya untuk menyerang Max. Bahkan Max merasakan hawa membunuh dari Gorakshana sangat tinggi.

"Berhenti!" Merah tiba-tiba menengahi.

"Anda melarang saya bicara dengannya! saya turuti! tapi sekarang kita butuh bantuannya!"

Gorakshana masih menggeram.

Dia dipenuhi amarah. Apa salahku? karena meninggalkan gunung? mereka toh tidak menerima dan mengakuiku sebelumnya, ada apa ini? sepertinya dia tidak marah karena hal itu, tapi ada sesuatu yang lain, Max bertanya-tanya dalam hati. Dia lalu mengendurkan kewaspadaannya untuk membela diri. Dengan ini dia berharap kakaknya jadi lebih tenang. Saat itu, tiba-tiba Gorakshana ambruk. Nafasnya tersengal-sengal.

Merah melesat dan memeriksa keadaannya. Ketiga pemimpin Rang Rang juga mendekat, mereka menyentuh tubuh Gorakshana. "Sepertinya ini infeksi," Koko berkata.

Mengetahui situasi itu tak bisa diatasinya, Max mundur. Dia memperhatikan kesigapan para Rang Rang mencoba menyelamatkan kakaknya. Max menelan ludah, kepalanya jadi pusing karena kakaknya mengalami hal yang sama dengan yang dialami oleh Byakki. Sungguh sebuah kajaiban kakaknya masih bisa bergerak dan bahkan menyerangnya.

Itukah alasannya dalam bentuk sempurna? agar dia bisa menahan rasa sakit dengan kekuatan iblis yang dimilikinya? Dia menyerangku karena mengira aku manusia, aroma manusiaku pasti membuatnya membela diri, tanpa sadar Max merasa tak nyaman dengan sebagian dari didinya. Dia duduk bersimpuh. Dia tidak melontarkan permintaan secara terang-terangan, tapi semua Rang Rang mengetahui, Max ingin kakaknya diselamatkan. Itu membuat keempat pemimpin Rang Rang melakukan yang terbaik. Masalahnya kondisinya lebih buruk daripada Byakki.

Terima kasih sudah sampai sejauh ini. Semoga kamu semakin suka dengan dunia campuran yang aneh ini.

Salam.

Mutayacreators' thoughts
Next chapter