webnovel

Rahasia Seniorku (18+)

Author: fatikhaaa_
LGBT+
Ongoing · 45.8K Views
  • 11 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Semoga teman-teman suka dengan cerita ini. Cerita ini mengandung unsur dewasa. Mohon bijak dalam membaca. Ana menyukai salah satu senior di kampusnya, Gantara Mahesa. Gantara adalah definisi laki-laki yang sempurna. Pintar, jago basket, tampan, kaya dan gentleman. Tapi sebuah insiden tak terduga di rumah sakit ketika Ibunya sedang dirawat, langsung membuat dunia Ana jungkir balik. Dan ia ketakutan jika berada di dekat Gantara.

Tags
1 tags
Chapter 1Bagian Pertama

Suara tepuk tangan langsung menggema di seluruh stadion ini. Teriakan para wanita yang begitu nyaring dan paling keras juga langsung menyatu dengan tepuk tangan dan tepukan balon panjang berwarna biru.

Pemain di tengah lapangan langsung melempar senyum dan saling 'tos' dengan pemain lain dan pelatih mereka.

"Satu lagi, kita harus bisa masukin bola ke ring satu lagi, semangat guys!!!" ucap pemain dengan lengannya yang terdapat gelang bertuliskan 'captain'

"Gila, makin ganteng aja Kak Gantara," ucapku sambil memandang sang kapten basket di lapangan itu.

"Ganteng semua sih Na, apalagi Kak Rio wah, meninggoy Gue," ucap Fera temanku yang berbisik ke telingaku.

"Gantengan Kak Gantara dong," ucapku.

"Ya ya ya," tanggap Fera sambil mencibir ku.

Decitan sepatu kembali terdengar, di lapangan sana para pemain saling men-dribble bola dan mengoper ke sana ke sini.

Aku merapatkan kedua tanganku, gugup setengah mati ketika waktu akan segera habis. Walau sudah di pastikan menang tapi bisa sajakan berbalik posisi apalagi tidak terlalu jauh selisihnya. 20-24.

Kring....

Sebuah lemparan bebas yang langsung masuk ke dalam ring sebelum beberapa detik peluit dari wasit membuat teriakan menggelegar itu kembali lagi memenuhi stadion.

"Yeee!!!!" teriakku ketika Kak Gantara memasukkan bola ke dalam ring dan membuat pertandingan kali ini menang kembali.

Aku dan Fera saling berpelukan senang. "Juara satu Na kampus kita. Ya ampun Ana, Gue seneng banget." Aku mengangguk senang juga. Tak hanya kita tapi semua teman kampus pasti senang juga.

-------

Aku keluar dari stadion setelah melihat penyematan juara satu, dua dan tiga. Melihat tampannya Kak Gantara di atas podium bertuliskan angka satu.

"Na, motor Lo udah bisa keluar belum?" tanya Fera yang baru saja membeli minuman dingin.

"Belum, kayaknya harus nunggu lagi deh Fer, bener-bener kejepit posisinya. Gak bisa juga Gue ngeluarinnya," balas sambil melihat motorku yang berada di tengah-tengah motor lainnya.

"Pak parikirnya gak ahli nih," ucap Fera.

"Gak lihat, motornya aja mahal-mahal semua gitu. Lagian yang keluar juga masih sedikit Fer," balas ku.

Aku melipatkan tanganku sambil menunggu. Tiba-tiba segerombolan laki-laki datang dengan hoodie dan jaket yang melekat di badan mereka. Dan celana basket berwarna biru khas tim basket kampus ku.

Kak Gantara dan teman-temannya mengeluarkan motor mereka.

"Mulutnya Na, mingkem," ucap Fera sambil menaikkan bibirku agar mengantup. Aku menyengirkan bibirku.

"Eh Na motor Lo udah bisa keluar tuh, yuk keburu malam nih, bisa bahaya di jalan." Aku mencari kunciku di dalam tas.

Ketika akan mengeluarkan motorku, aku kesulitan. Posisi motor disamping motorku terlalu mepet. "Gue bantuin," ucap seseorang di belakang ku.

Aku langsung menoleh, ternyata oh ternyata, Kak Gantara yang mau bantu Aku, em so sweet.

"Terimakasih Kak," ucapku sambil menahan senyuman lebarku ini.

"Hmm..."

Udah ganteng, kapten basket, baik, kaya lagi. Sangat sempurna sekali. Fera menepuk bahuku membuat ku langsung tersadar dari lamunanku.

"Senangnya hati ini ey ey," bisik Fera menggodaku. Aku mengangguk, "Sampai mau copot jantungku."

--------

"Lagi-lagi anak kelas ini yang selalu lupa dengan tugas Saya!" ucap wanita paruh baya, berprofesi sebagai dosen.

Dengan wajah bulat, kaca mata bulat, dan mata melotot yang membuat siapa saja akan takut. Jika dunia ini kartun, dua tanduk akan muncul di sisi kepalanya.

"Ana, Fera, Jordy, Gilang, sekarang juga kalian kerjain tugasnya!!! Saya gak mau tahu, siang ini juga harus selesai!!" teriak kembali wanita paruh baya itu.

Aku dan ketiga teman kelasku hanya bisa menunduk sambil menahan kaget akibat teriakan wanita itu. Kita mengangguk lalu segera keluar dari kelas.

Tiba-tiba setelah keluar dari kelas Jordy dan Gilang menghilang entah kemana membuat aku dan Fera jalan berduaan saja. Aku menghela nafasku, dasar laki-laki,mereka pasti sekarang menuju bangunan belakang kampus ini. Aku menatap Fera yang juga menatapku.

"Apes banget, gara-gara nonton basket kemarin sampai nih jadi lupakan. " ucap Fera.

"Iya, Aku juga, padahal udah Aku ingat-ingat tugas Bu Mira," ucapku dengan lesu.

"Ya udahlah, kita kerjain di taman aja, lumayan numpang wi-fi gratis," ajak Fera padaku sambil menunjuk taman yang sudah ada di dekat kita berdua.

Aku mengangguk, lagian kuota milikku sudah akan habis, karena mengerjakan tugas-tugas kuliah semalam. Aku dan Fera mengeluarkan tumpukkan folio dan alat tulis dari dalam tas lalu mulai mengerjakan.

"Eh Na, tuh tuh" tiba-tiba Fera menyenggol tanganku yang sedang menulis membuat goresan panjang di kertasku.

"Aishh.. Fer... " geramku pada Fera.

"Lihat nih, ke coret panjang lagi coretannya. Ngulangin lagi deh! nyebelin banget sih!" kesalku sambil mengambil folio baru dengan kasar.

"Tuh tuh, Kak Gantara lagi main basket," ucap Fera sambil memandang lapangan basket yang tak jauh dari kita berdua.

Aku sontak memutar kepalaku kearah lapangan basket itu. Ya ampun, nikmat Tuhan mana yang kalian dustakan. Wajah Kak Gantara yang tampan ditambah berkeringat menambah kesan seksi.

"Ngidam apa ya ibunya? bisa sebagus itu benihnya" ucap Fera sambil menatap Kak Gantara juga.

"Eh jangan natap doi Gue dong!" ucap nyolotku pada Fera.

"Dasar bucin!" balas Fera.

"Biarin ... wlee," balasku dengan sengit sambil mengejek Fera.

Aku menatap kembali Kak Gantara, betapa sempurnanya laki-laki itu. Udah ganteng, pintar, kaya, gentleman lagi. Memperbaiki keturunan banget ini mah.

"Eh itukan Kak Sindi? Masih tetap ngejar Kak Gantara aja," ucap Fera.

Aku memutar pandanganku, mencari dimana orang yang dimaksud Fera. Di ujung lapangan, dua orang gadis sedang menyemangati para pemain basket dengan botol minum di genggaman mereka. Dan gadis dengan rambut sebahu bermata sipit dia adalah seniorku, Kak Sindi.

"Emang Kak Sindi kenapa?" tanyaku pada Fera.

"Ih gimanasih Lo, katanya suka sama Kak Gantara, gosip gini aja gak tahu. Kak Sindi itu abis nembak Kak Gantara, tapi ya Lo pasti tahulah apa yang bakal di lakuin Kak Gantara," kata Fera.

"Di tolak?" tebakku yang langsung di angguki kepala Fera.

"Lagian Kak Gantara aneh deh. Dikasih kayak Kak Cia yang cantik, model gak mau. Dikasih Kak Pamela yang body goals gitu juga gak mau. Dikasih Kak Sindi yang pinter non akademik, anak oraganisasi, baik juga gak mau. Bahkan nih ya Na, Kak Gantara itu pernah di tembak sama Kania si tomboi, wajah good looking, kelas sebelah kita itu loh, Kak Gantara juga gak mau!" heran Fera sampai berapi-api.

"Mungkin Dia nunggu Aku." Aku menaik turunkan kedua alisku.

"Ck, bucin gak tahu diri tuh kayak Lo. Saingan Lo tuh good looking semua." Kata-kata Fera membuatku mengerucut bibirku.

"Dasar temen jahanam!" desisku sebal. Fera hanya mengabaikan ku.

"Dah dah kerjain tugasnya, sepuluh menit lagi!" kata Fera yang mengagetkanku dari lamunanku.

Aku melihat jam tangan yang ada di pergelangan tanganku. Benar saja sepuluh menit lagi dan Aku masih ngerjain dua soal dari dua puluh soal.

---------

Aku menghela nafasku ketika kuliah hari ini akhirnya selesai juga. Aku merentangkan tanganku, merenggangkan otot-otot yang sudah bekerja seharian ini.

"Eh Na, Lo udah dapet jawaban dari Bu Mira? Gue udah nih, tuntas coy!" ucap Fera yang duduk tak jauh dariku.

Aku buru-buru membuka ponselku dan benar saja Bu Mira mengirim pesan.

(Anda tuntas, ingat jika kamu kembali tidak mengerjakan tugas. Nilai langsung nol!)

Aku menarik tanganku 'yes' gak papa di marahin dulu, penting tuntas. Tiba-tiba sebuah panggilan telepon masuk ke ponselku dari Zenna, adikku.

"Napa nih si Zenna?" heranku. Aku menekan tombol berwarna hijau itu lalu menempelkan ponselku ke telinga.

"Halo Zen, kenapa?"

Kak, Ibu Kak. Ibu masuk rumah sakit, Kakak ke sini cepetan!

"Hah! kok bisa?! kamu kirim ke Kakak, Ibu masuk rumah sakit mana, Kakak ambil motor dulu."

Aku langsung mematikan sambungan teleponku dan langsung mengemasi semua barang-barang milikku, memasukkan ke dalam tasku.

"Kenapa Na?" tanya Fera yang ternyata masih ada di dalam kelas.

"Ibu Aku masih rumah sakit, duluan ya Fer."

Aku langsung lari menuju parkiran, perasaanku amat tak karuan. Khawatir, takut dan bingung. Perasaan tadi pagi sebelum berangkat ke kampus, Ibu baik-baik aja. Masih sempat bercanda malahan, gak kelihatan kayak orang sakit.

---------

Aku sampai di rumah sakit dan segera menanyakan nama ruangan dimana ibuku di rawat pada satpam.

Setelah tahu akan kemana aku langsung menuju ke sana, ke ruangan ibuku dirawat, tapi langkah terhenti ketika melihat siluet punggung laki-laki yang amat ku kenali.

"Kak Gantara itukan?" tanyaku. Mataku ku tajamkan, mengikuti arah kemana kaki Kak Gantara pergi.

"Eh iya bener. Tapi kok ke UGD? eh mungkin dia mau jenguk keluarganya kali ya?"

Aku berjalan ke arah UGD, rasa penasaranku begitu tinggi, pasalnya raut wajah Kak Gantara begitu terlihat khawatir dan ketakutan.

"Eh, siapa itu? Kok Kak Gantara sampai nangis gitu?" Aku melihat Kak Gantara yang memeluk seseorang di atas brankar dengan menangis meraung.

"Eh eh, baru tahu Kak Gantara bisa nangis kayak gitu, duh kelihatan kasian banget."

Dokter dan suster di sana terlihat meminta Kak Gantara untuk melepaskan pelukannya itu. Kak Gantara memberontak dan berkali-kali menggoyangkan tubuh orang di atas brankar itu.

"Badannya besar, seingat Aku Ibunya Kak Gantara itu kurus deh, apa jangan-jangan Sodaranya? Ayahnya? aduh gak kelihatan lagi mukanya. Siapasih yang sakit? kasian banget Kak Gantara sampai nangis kek gitu, jadi pingin aku kasih pelukan," kata dengan pedenya.

Padahal deket perempuan aja Kak Gantara ogah-ogahan. Bukan good looking lagi aku. Haish, kata-kata Fera buat aku down, jahanam memang.

"Bangun Sayang!!!"

Mataku langsung melotot, mulutku terbuka lebar. Teriakan Kak Gantara membuat ku kaget setengah mati. "Sayang?!"

bersambung....

You May Also Like

Menikah dengan Mantan

WARNING 21+ (ADA KALIMAT KASAR DAN ADEGAN DEWASA YANG BELUM CUKUP UMUR TAPI MASIH NAKAL, JANGAN TERLALU MENDALAMI KARENA INI HANYA CERITA.) KEHIDUPAN NYATA TIDAK SEINDAH KISAH DI NOVEL. Volume 1 Pertemuan dan Perjuangan : (Bab 1-100) Ananta Putri Sidqia gadis berparas cantik 25 tahun yang harus hidup sebatang kara akibat kecelakaan mobil yang di alaminya bersama keluarganya. Suatu hari dia melamar pekerjaan di perusahaan elit yang bergerak di bidang industri meuble yang cukup besar. Dia akhirnya di terima kerja di perusahaan itu sebagai OG. Semua berjalan manis hingga tidak sengaja dia bertemu kembali dengan sang mantan kekasih saat dia masih duduk di bangku kelas sepuluh SMA. Mantannya yang menghilang tanpa kabar setelah di nyatakan lulus. Apa yang akan terjadi pada Qia sapaan si gadis itu ketika tiba-tiba saja sang mantan berlutut di hadapannya dan mengeluarkan kotak beludru yang di dalamnya terdapat cincin berlian. Menerima atau menolak? Volume 2 After Marriage: (Bab 101 - belum di ketehaui) Kenan Melviano Pradipa sang mantan dari Ananta Putri Sidqia yang ternyata hanya memanfaatkan Qia untuk bisa kembali bersama dengan kekasihnya tanpa takut ketahuan oleh orang lain ataupun sang kakek yang menolak kekasihnya. Apa yang akan terjadi ketika Qia mengetahui jika Kenan memiliki hubungan dengan seseorang di belakangnya. Orang yang tidak pernah ada dalam benak Qia bahwa Kenan akan menajalin hubungan dengan orang itu. Orang itu adalah Raka Mahardika, seorang pria yang wajahnya tampan seperti oppa-oppa korea dan Qia sudah menganggap Raka sebagai Kakaknya sendiri. Akankah Qia bertahan dengan pernikahannya bersama Kenan supaya Kenan bisa kembali ke kodratnya mencintai seorang wanita. Ataukah Qia akan pergi dari kehidupan Kenan dan tidak pernah mau kembali lagi karena telah di kecewakan begitu dalam oleh Kenan?

Chi_Hyo_Ki95 · LGBT+
4.9
269 Chs