webnovel

29. Suasana Baru

Fahira melihat rumah yang akan ditempatinya setelah dia menikah dengan Azmi. Dia tidak tahu apakah rumah ini bisa membuatnya merasakan kasih sayang atau tidak. Namun, ada kekhawatiran terhadap keluarga ini jika suatu saat musuhnya mengetahui kabar tentang dirinya yang masih hidup.

Sebab dia mendapatkan sebuah pesan jika Zetta sudah menyebarkan berita kematian dari Flower one. Akan tetapi semua itu belum tentu membuat para musuhnya percaya begitu saja akan kematiannya. Dia pun harus waspada dengan semua hal yang dianggapnya janggal.

"Sayang, untuk sementara sebelum Azmi kembali kamu tinggal dulu di rumah Umi dan Abi ya," ucap Umi Halimah.

"Iya, Umi," jawab Fahira singkat tetapi dia memberikan senyum lembutnya pada Umi Halimah.

Fahira merasa tidak bisa menjadi menantu yang bisa dibanggakan dengan kelumpuhan kakinya itu. Dia meminta maaf pada sang umi karena sudah pasti dirinya akan menyulitkan semua orang yang ada di rumah itu, meski sebenarnya dia tidak ingin menyulitkan orang lain.

"Kamu tidak perlu meminta maaf. Semua itu bukan salahmu," Umi berkata dengan lembut.

Umi merasa jika Fahira terlalu memikirkan hal yang terlalu berlebihan, padahal dia sama sekali tidak peduli dengan keadaan kedua kakinya yang tidak bisa berjalan. Sebab dia akan meminta seseorang yang akan membantu Fahira melatih otot-otot kakinya agar bisa kembali berjalan.

"Lebih baik kamu istirahat dulu saja nanti Umi akan panggil untuk makan siang," Umi kembali berkata sembari membantu Fahira untuk merebahkan tubuh di atas tempat tidur.

"Um …,"

"Tidak perlu berkata lagi Umi ikhlas dengan semuanya dan kamu sudah Umi anggap sebagai putriku," potong umi sebelum Fahira melanjutkan kalimatnya.

"Umi bolehkah aku meminta tolong ambilkan netbook dan ponselku?" Fahira meminta tolong pada sang umi.

Sang umi pun tersenyum lalu dia berjalan mengambil apa yang diinginkan oleh menantunya itu, setelah itu dia pun berjalan ke luar kamar untuk menyiapkan makan siang. Umi merasa jika Fahira masih merasa sedih dengan keadaannya itu dan dia tidak akan membiarkan menantunya itu selalu bersedih.

Fahira yang berada di dalam kamar, dia hanya bisa diam dan memikirkan cara untuk mempercepat penyembuhan kedua kakinya. Dia membuka netbook-nya dan mulai membuka jaringan internet untuk melihat apa saja yang bisa dilakukannya.

Saat dia melihat berbagai informasi tentang kelumpuhan kaki, dia tidak sengaja melihat sebuah berita kematian yang tidak lain adalah berita kematiannya dan nama samaran yang dibuatnya untuk setiap misi yang dijalankan. Flower one benar-benar sudah mati dan mulai sekarang Five Flower Girls akan terkubur dengan semua rahasianya.

Semua itu lebih baik karena bisa melindungi nyawa seluruh anggotanya, andaikan dia tidak lumpuh maka dia bisa kembali berkumpul dengan mereka. Dan setelah itu mencari musuh yang menginginkan kematian semua anggota timnya.

"Aku harus bisa berjalan lagi. Lebih cepat lebih baik," gumam Fahira.

Fahira mulai mengumpulkan kembali tekadnya, dia berpikir jika dirinya harus bisa kembali berjalan agar bisa melindungi orang-orang yang ada di dekatnya. Dia juga tidak ingin terus merepotkan sang umi dan abinya.

Di rumah hanya ada umi dan abi, sekarang ditambah dengan Fahira. Meski masih ada satu anggota keluarga yaitu adik dari Azmi tetapi saat ini sang adik masih melanjutkan studinya di Kairo. Terkadang ada keponakan dari Azmi yang datang ke rumah hanya untuk menemani Umi Halimah dan di sore hari pulang ke rumahnya.

***

Hari berganti hari, Fahira pun selalu melakukan terapi berjalan dan sekarang kedua kakinya sudah mulai ada perkembangan. Tidak terasa Fahira pun sudah empat bulan tinggal di rumah mertuanya dan dia merasa rumah itu adalah sebuah keluarga yang hangat. Itu adalah keinginannya selama ini.

"Sayang, umi dan juga kakakmu sudah ada sini," ucap Umi Halimah pada Fahira yang baru saja selesai melakukan terapinya.

"Sungguh, Umi?" Fahira balik bertanya pada sang umi.

Umi Halimah tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dan juga mengatakan jika mereka berdua sudah ada di ruang tamu. Fahira merasa senang mendengar uminya ada di rumah, dia tidak menyimak dengan baik jika sang kakak juga ikut datang bersama sang umi.

Fahira sudah sangat merindukan uminya, selama dia berada di rumah mertuanya sang umi belum pernah mengunjunginya karena sibuk untuk mengurus semua rencana pernikahan Almira. Namun, Fahira tidak mempermasalahkan akan hal itu, baginya yang terpenting adalah sang umu dalam keadaan sehat selalu.

"Sayang, bagaimana kabarmu?" tanya Umi Salamah pada Fahira dengan nada lembut lalu memeluk putrinya itu.

"Alhamdulillah, Fahira baik-baik saja, Um," jawab Fahira dengan perasaan bahagia.

Umi Salamah pun kembali duduk di dekat Fahira, dia pun membicarakan semua hal yang terjadi mengenai persiapan pernikahan Almira. serta membicarakan semua hal yang sudah dialami olehnya pada putrinya itu.

Dia pun menghentikan bercerita lalu melihat putrinya yang diam dan memperhatikannya, umi merasa jika Fahira terlihat bahagia berada di rumah mertuanya. Namun, umi sedikit merasa sedih karena Azmi belum saja kembali dari urusan bisnisnya.

"Ada apa, Um? Mengapa terlihat sedih?" tanya Fahira yang melihat uminya mendadak sedih saat melihat ke arahnya.

"Apa suamimu belum pulang?" tanya umi pada Fahira dengan nada pelan agar tidak terdengar oleh orang lain sebab dia tidak mau menyinggung perasaan orang lain.

Fahira tersenyum dan dia mengatakan untuk tidak perlu khawatir dengannya sebab setiap malam suaminya selalu menghubunginya. Serta sang umi dan abi pun tidak pernah menganggapnya seperti menantu, mereka menganggapnya seperti putrinya sendiri.

"Fahira, bahagia di rumah ini, Um. Jadi tidak perlu khawatir padaku ya," Fahira kembali berkata pada uminya agar sang umi tidak berpikir hal yang buruk tentang suami dan mertuanya.

Umi Halimah dari kejauhan melihat sahabat dan menantunya sedang berbicara, dia pun berjalan mendekat dan mengajak Salamah untuk ikut dengannya sejenak. Sebab dia ingin mengatakan sesuatu pada sahabatnya itu.

"Sayang, kamu bisa ajak Almira untuk berjalan-jalan di taman belakang," Umi Halimah berkata pada Fahira agar mereka berdua tidak merasa bosan berada di ruang tamu saja.

Namun, Umi Salah menatap Fahira yang akan berdua saja dengan Almira, dia merasa belum bisa tenang dengan sikap Almira. Dalam benaknya berkata untuk tidak berpikir yang buruk tentang putrinya itu.

"Iya, Umi biar Almira berjalan ke taman bersama, Fahira," Almira berkata dengan senyum dan dia beranjak lalu mendorong kursi Fahira menuju taman di belakang rumah.

Almira berhenti mendorong Fahira dan dia berdiri dengan tenangnya sembari melihat taman yang terlihat indah. Namun, dia merasa jika Fahira tidak cocok berada di keluarga Azmi sebab apa yang diharapkannya tidak berjalan dengan apa yang diinginkannya.

"Aku pikir kau akan menderita di rumah ini," ujar Almira dengan nada datar pada Fahira.

Next chapter