Dokter datang dan memeriksa rafael. Setelah itu dokter membuatkan resep obat yang harus rafael minum. Dokter bilang rafael hanya kurang cairan juga terlalu capek jadi demam.
Hany gak tega liat rafael yang masih belum sadarkan diri dengan wajah pucat.
"Nona sayang banget ya sama tuan." tanya bibik yang menghampiri hany.
"Kasian bik. Biasanya kan jalan ke kantor sana, kantor sini. Ini cuma bisa berbaring sakit."
Hany menatap bibik dengan mata berkaca-kaca. Hany memeriksa suhu tubuh rafael dengan menempelkan tangannya ke kening rafael. Tapi masih terasa panas.
"Nona, sarapan dulu." kata ningning yang masuk ke kamar hany. Rafael tadi dibawa kesana. Keatas terlalu repot.
"Gak ahh." hany menolak ajakan ningning. Hany benar-benar tak nafsu makan.
Diluar, tadi ningning dan mina juga bibin sudah memasakan sarapan. Biasanya sesedih apapun hany bisa dibujuk. Tapi sekali melihat rafael sakit, hany menolak.
"Nona, ingat bayi didalam perut nona. Kasian.. Nona gak sendirian, mungkin nona tak terlalu butuh sarapannya, tapi bayi nona bagaimana?" kata bibik yang menasehati hany..
Iya. Hany juga sangat menginginkan bisa melihat bayinya lahir ke dunia ini.
Hany pun menurut. Dia ikut ke meja makan dan sarapan juga meminum susu hamilnya yang sudah dibuatkan bibik.
Bodyguard yang tadi hany suruh membeli obat pun sudah kembali. Hany meminta obat rafael. Setelah selesai makan, sebenarnya hany tak menyelesaikan makannya, dia hanya meminum susu hamilnya lalu langsung ke kamar rafael dengan membawa sebelas air putih yang baru saja dia tuang di sebuah gelas.
"Ahh, tuan belum memakan apapun sejak pagi. Apa boleh minum obat."
Hany sudah sampai di kamar rafael. Tadinya ingin membangunkan rafael dan memintanya minum obat untung hany teringat rafael belum sarapan. Hany keluar dan menemui bibik di dapur.
"Bibik saya mau membuatkan bubur untuk tuan." kata hany pada bibik. Bibik pun membantu.
Hany dan bibik sibuk membuat bubur untuk rafael
Tadinya ahjumma melarang tapi hany terus memaksa, dia ingin membuat dengan tangannya sendiri. Setelah selesai hany membawanya ke kamar. Ternyata rafael sudah sadar. Tadi hany meminta seorang bodyguard untuk menjaga rafael di kamar.
"Tuan, sudah lebih baik?" tanya hany yang masuk dengan bibik dibelakang membawakan mangkuk bubur.
"Hmm.." rafael masih lemas, dia hanya berdehem. Dengan posisi duduk bersandar di ranjang.
"Ini kan kamar kamu, kenapa saya dibawa kesini. Bukan kah saya tidak boleh tidur disini." kata rafael teringat ucapan hany tadi malam. Rafael juga sedikit ingin mengetes hany, entah kenapa rafael ingin tau rekasi hany saja.
Rafael mencoba bangun dari duduknya. Tapi tubuhnya kembali terduduk karena rasanya bagi rafael masih lemah.
"Tuan tetap disini. Ini rumah anda, jadi anda bisa memilih mau di kamar mana saja." kata hany tak mau terlalu terlihat menguasi rumahnya, lagi pula rumah yang dia tempati milik rafael. Seisi rumah dan semua ruangannya juga sama kan.
Rafael tersenyum. Bibik pamit mengajak bodyguard bak patung yang tak tau diri masih berdiri disana. Bibik menariknya dan berbohong mau meminta tolong sesuatu padahal bibik mau memberikan waktu berdua untuk hany dan rafael.
"Tuan, makan sedikit buburnya lalu setelahnya tuan bisa meminum obatnya." kata hany ingin menyuapi rafael.
Lagi. Sikap hany benar-benar manis dan penuh perhatian pada rafael. Entah rafael kira sebagai balas budi atau apa? Tapi rafael benar-benar makin suka diperlakukan manis oleh hany.
Hany pun menyuapi rafael beberapa kali hingga rafael tak mau, merada sudah kenyang dan bergantian meminum obatnya. Dia tak betah sakit, rafael terus mengatakan dia harus sembuh besok karena besok dia ada kerjaan banyak.
"Tuan, istirahat dulu. Jangan memikirkan kerjaan. Mana ponsel anda!" kata hany seperti mafia yang menagih hutang. Hany menengadahkan tangannya dihadapan rafael.
Beraninya!
Gila, baru kali ini dia menemukan seorang wanita seperti hany. Dia sangat khawatir, dia bahkan berani membentaknta, menggertaknya. Rafael memberikan ponselnya begitu saja pada hany. Biasanya para wanita yang ada didekat rafael akan mengirimkan vitamin, lalu ucapan lekas sembuh agar bisa cepat bekerja lagi.
"Jangan berangkat ke kantor dulu sampai benar-benar pulih." hanny menyimpan ponsel rafael. Rafael ternganga. Ada apa dengan wanita didepannya.
"Saya banyak kerjaan, hanny. Saya butuh ponselnya. Kembalikan." kata rafael mencoba meminta ponselnya lagi. Sepersekian detik tadi, rasanya rafael sangat suka dengan sikap hanny. Dia menurut saja, seperti hanny benar-benar istrinya. Tapi kemudian dia sadar. Pekerjaan selalu lebih penting baginya.
"Tuan gak kasihan sama saya. Kalau tuan sakit, siapa yang jaga saya dan bayi tuan."
Ahh.. Rasanya hati rafael, dingin, luluh. Bahkan hanny berkaca-kaca matanya.
"Ok. Kembalikan ponselnya. Saya hanya akan menelpon beberapa orang di perusahaan untuk meminta tolong mereka mengerjakan tugas-tugas saya. Atau membawanya kemari." kata rafael menengadahkan tangannya.
"Janji?" hanny ragu akan memberikan ponselnya.
"Janji. Beneran sumpah. Saya bakalan cepet sehat dan jagain kalian."
Rafael refleks menyentuh perut hanny. Hanny senang. Tapi kemudian dia dan rafael merasa kikuk sendiri. Hanny menyerahkan ponselnya.
"Maaf." lirih rafael sadar kalau dia berlebihan? Tapi dia suka. Hanny juga suka apa yang rafael lakukan padanya.
Hanny pun memberikan ponselnya. Rafael langsung menelpon beberapa oranf di perusahaan. Hanny terus mengawasi dengan tatapan tajamnya.
Ini kah cinta tulus, hany?
Rafael sendiri tak yakin.
Tapi jika iya, rafael suka.
Rafael istirahat total di kamar. Hany melakukan aktivitasnya dengan bibik. Tak lupa mengirim pesan ke kantor kalau rafael sakit dan tak masuk sampai besok. Mungkin. Yang pasti sampai dia sembuh.
***
Pilihan hany untuk memberitahu kantor salah besar. Justru itu menjadi cambuk bagi hany. Mama rafael khawatir karena rafael tak mengangkat telponnya. Lalu mama namjoon menelpon kantor, mama rafael terkejut dengan kabar kalau anak semata wayangnya sakit tapi tak tau dia dimana.
Mama rafael sangat mengkhawatirkannya. Di rumah dia tak henti mengoceh pada bisma agar bisma menelpon kakaknya. Mencaritau dimana ketika dia bahkan sakit.
Tutt...
Bisma beberapa kali mencoba menelponnya. Tapi hany sengaja mematikan ponselnya.
"Ahh.. "
Bisma teringat sesuatu. Ada satu rumah yang dia tau dulu kakaknya itu sering datang kesana. Tapi itu rumah dari sang kakak untuk masa depan yang sudah dia rancang dengan mantan kekasih yang masih dia cintai. Taehyung tak yakin disana, tapi patut dicoba.
"Hayo kesana, mama khawatir banget tau gak. Sakit ngabarin kantor tapi kok gak pulang."
Mama rafael langsung menarik tangan bisma untuk mengantarnya ke rumah itu. Setelah sampai di rumah itu, rumah yang setau bisma sepi malah ramai bodyguard. Siapa yang dijaga?
Bisma pun memarkirkan mobilnya dihalaman rumah itu. Mama dan bisma masuk ke rumah itu. Seseorang membukakan pintu.