webnovel

A.28 LAST PREPARATION

Bella dengan mengendalikan rasa gugupnya menunggu Aron yang akan datang beberapa menit lagi. Ia sengaja datang lebih awal agar tidak mengecewakan Aron. Sekali lagi, Ia membuka daftar yang diminta Aron dua hari yang lalu.Sebenarnya Ia sudah mengirimkan soft file-nya kepada Aron. Tetapi menurutnya lebih efektif jika Ia juga mencetaknya.

Aron datang seperti biasa, menyapa Bella dengan ramah dan meminta maaf karena terlambat.

"Maaf, ya. Tadi macet, antre lampu merah empat kali," ucapnya.

"Iya, Kak. Tidak apa-apa," ucap Bella.

"Itu kamu cetak daftarnya?" Aron menunjuk daftar di depan Bella.

"Iya, Kak."

"File-mu malah belum kubaca. Aku lembur tiga hari. Boleh kulihat?"

Bella mengangguk dan menyodorkan beberapa lembar HVS kepada Aron. Lelaki itu mengamatinya beberapa saat sambil sesekali mengangguk-angguk.

"Dengan segini banyaknya list ketertarikanmu, sebenarnya Kau memiliki fantasi jadi apa, Bell? Littlle, school girl, bitch, maid, pet, atau rope bunny?" tanya Aron sembari mengamati daftar preferensi yang diberikan Bella.

Sungguh suasana yang aneh karena ini lebih mirip seperti sesi tes wawancara, Aron menanyainya sementara Bella menjawab. Tetapi jika tidak begini, mau bagaimana lagi Aron mengetahui apa yang gadis itu mau? Bella terkadang menjadi gadis pasif dengan orang-orang tertentu, salah satunya dengan Aron.

"Aku penasaran jadi little, tapi pingin coba rope bondage juga," jawab Bella.

"Nggak pingin nyoba pet? nggak suka?" ujar Aron mengalihkan perhatian, membuat Bella menjadi semakin berpikir apa yang Ia inginkan.

"Bukannya nggak suka, Kak. Aku mau aja, tapi lebih suka jadi little girl gitu," tanggap Bella.

"Maid?" tanya Aron lagi.

"Aku nggak bisa masak," tanggap Bella.

"Ya kalau nggak bisa udah pasti dihukum, jadi little pun juga tidak ada kemungkinan buat menghindari task memasak. Limit kamu apa di sini tadi?" ujar Aron.

"Hmm, blood, dirty stuff," Bella tampak mengingat-ingat.

"Kalau have sex?"

"Belum pernah," jawab Bella.

Aron mengangkat wajahnya dari konsentrasinya ke kertas HVS. Heran dengan gadis di depannya, Ia kira selama ini Bella hanya menutupi kebinalannya dan berlagak polos. Tapi ternyata di waktu menjelang kegiatan yang sangat sakral ini Ia kembali menegaskan bahwa Ia belum pernah melakukan apapun baik scene maupun have sex.

"Limit?" tanya Aron kembali ke tujuan utama.

"Iya," Bella mengangguk.

"Limit atau cuma takut karena belum pernah?" ulang Aron.

"Takut sih," kali ini Bella memberikan jawaban yang berbeda. Aron terkekeh kecil.

"Kalau kita melakukannya di scene pertama kita bagaimana?" tanya Aron.

"Emm, gimana ya, Kak?"

"Aku tidak akan memaksamu, Bella," ujar Aron. tetapi sorot matanya melemparkan rayuan mematikan."

"Boleh," jawab Bella pada akhirnya.

Melakukannya pertama kali dengan orang yang Ia kagumi, mengapa tidak? Ia lelaki yang sangat sesuai dengan standar hidup Bella. Sekarang waktunya Ia memberi dan mendapatkan apapun dari lelaki itu, termasuk bersenang-senang bersama.

Aron menghela napas lega, Ia kembali memeriksa daftar yang Bella susun dan sesekali mengangguk.

"Kamu takut serangga?" tanya Aron.

"Iya, Kak," jawab Bella singkat.

"Kalau aku pakai serangga buat tools hukumanmu gimana?" Aron menyeringai, mengangkat satu alisnya kepada Bella.

Bella hanya diam, Ia tidak menyukai serangga sekaligus sangat takut. Aron belum melepaskan pandangan darinya dan membuat gadis itu salah tingkah.

"Biasakan menjawabku dengan segera, Bella," ucapnya.

"Nggak mau, Kak," ucapnya kemudian.

"Kenapa nggak mau? Ini kamu nggak limit, lho," ujar Aron.

"Ya sudah, tidak apa-apa, Kak," ucapnya kemudian.

"Oke," gumam Aron. Lelaki itu terus menekan apa yang Bella tidak sukai menjadi daftar yang ingin dicoba. 

Jika Bella menolak halus apalagi tanpa alasan yang kuat, Aron dengan sangat persuasif memberinya logika bahwa itu tidak berbahaya dan justru sangat menyenangkan. Menggiring orang lain untuk mengikuti apa yang Ia mau adalah salah satu kemampuan Aron.

Banyak daftar yang awalnya tidak disukai Bella berubah menjadi daftar yang justru ingin dicoba. Malam ini kembali menjadi obrolan-obrolan intim nan serius. Bella seperti mendapat pengaruh dominasi pikiran dari Aron, tidak mudah baginya untuk menolak apa yang Aron mau, karena Bella rasa itu tidak akan merugikannya. Selama itu menyenangkan Aron, mengapa tidak?

Lelaki itupun telah jauh memberinya afeksi yang tidak Ia dapatkan dari orang lain. Bella tidak pernah bisa sedekat ini dengan seorang lelaki meski sebenarnya Ia juga hanya memiliki sedikit teman perempuan. Gadis itu tidak suka keramaian dan lebih tertarik untuk bergaul dengan sedikit teman. Tak mudah baginya untuk menerima orang lain di dekatnya. Tapi kini Aron justru menjadi orang yang terang-terangan Ia kejar. 

Aron telah memberinya kesempatan untuk bersama-sama mewujudkan fantasi yang Ia miliki, hari semakin dekat dengan waktu yang telah mereka tentukan. Sekarang tinggal menentukan tempat dan hal lain yang mungkin perlu.

"Kau bisa membatalkannya paling lambat dua hari sebelum kita melakukannya. Aku tidak akan memaksamu sama sekali. Aku menghargai keputusanmu apapun itu, pikirkan baik-baik, Bella." Lelaki itu sekali lagi mengingatkan Bella agar tidak terburu-buru melakukan apa yang Ia dambakan. 

Alih-alih membuat Bella gentar, ucapan Aron justru seakan menantangnya. Hari-hari Bella dipenuhi dengan semangat menunggu hari yang telah ditentukan tiba. Sedikit demi sedikit Ia menyiapkan apa saja yang perlu Ia lakukan.

Bella mencari orang yang tepat untuk Ia jadikan safety call nanti. Ini sangat penting jika nanti pada kenyataannya Aron lepas kontrol pada saat scene. Atau hal yang lebih membahayakan terjadi tanpa Ia duga.

Aron betul, Bella belum benar-benar mengenalnya, bagaimana jika nanti ternyata Aron hanya manis di mulut saja. Bagaimana jika nanti ternyata Ia adalah penjahat kelas kakap yang bersembunyi dibalik kecerdasan dan kelihaiannya berbicara, bagaimana?

Safety call sangat penting baginya, Ia harus punya orang yang dapat dipercaya dan diandalkan saat Ia hanya berdua bersama Aron di ruangan yang sama dalam kondisi yang tidak memungkinkan Ia melawan lelaki itu.

Sebesar apapun rasa percaya Bella pada Aron, lelaki itu tetaplah manusia biasa. Ia bisa saja khilaf ataupun lepas kendali. Atau mungkin malah bisa jadi seperti yang Ia takutkan, ternyata Aron adalah orang jahat. Itulah sebabnya Bella harus berhati-hati, apalagi ini pertama kalinya Ia mengambil sesi BDSM.

Chelsea? Alanis? Atau bahkan Vincent?

Bella menggeleng, tidak mungkin Ia meminta bantuan Chelsea apalagi Vincent. Dua manusia itu sama-sama membahayakan nasibnya. Chelsea hanya teman kerja yang justru Ia harus merahasiakan apapun darinya. Teman di dunia kerja sejatinya adalah kompetitor dan Bella harus hati-hati dengannya.

Vincent? Mana mungkin? Bella tertawa ketika terlintas di pikirannya untuk meminta bantuan pada lelaki bejat itu. Bisa-bisa dirinya malah akan menjadi santapan predator itu di tempat yang sama. Atau setidaknya Ia akan menjadi bulan-bulanan setiap hari karena terang-terangan menunjukkan sisi abu-abunya.

Mungkin Alanis adalah alternatif yang tepat, tetapi Ia perempuan lemah sama seperti dirinya. Alanis memiliki kekasih, itulah yang menenangkannya. Bella bisa meminta Alanis menelponnya di jam tertentu dan apabila Ia tidak mengangkatnya, maka itu berarti Alanis harus datang ke lokasi dan membawa orang lain.

"Ini pertama kalinya aku melakukannya, tolonglah, Nis," ucap Bella.

"Mengapa aku harus membawa Bebebku segala sih, Bell? Aku malah khawatir nanti dia ngajak check in," tanggap Alanis.

"Tapi Kau aman kan, sama dia?" Bella bertanya balik.

"Iya, ya okelah kalau begitu," ujar Alanis.

*** 

Hallo, kita jumpa lagi nih. Terima kasih sudah menantikan cerita ini. Bella dan Aron semakin dekat saja ya. Yuk, kita dukung cerita ini dengan memberi power stone dan bintang lima atau memasukkannya ke library.

Terima kasih dan sampai jumpa besok Selasa depan

AyaLiliput2creators' thoughts
Next chapter