"Bagaimana keadaanmu, Bella?" chat Aron di suatu sore saat Bella baru saja kembali dari kantor. Ia dan Aron sangat intens berkomunikasi, bahkan jika Bella tidak membalas chat Aron dalam waktu satu jam saja, lelaki itu langsung menelponnya.
"Baik, Kak," balas Bella.
"Do you feeling good now?"
"Hmm. nggak tahu kak. Aku baik-baik saja tapi rasa-rasanya sering cemas gitu," balas Bella.
Anehnya semakin mendekati hari yang tempo hari Ia tunggu-tunggu, Bella malah semakin cemas. Ia tidak tahu mengapa Ia merasakan itu.
"Kau takut akan scene kita nanti? Bella, aku tidak akan mencelakaimu. Aku hanya akan melakukan apa yang sudah kita sepakati," chat Aron.
Tak ada balasan dari Bella. Gadis itu merasa sedih dan ingin menangis saja tapi Ia tidak tahu apa yang menyebabkannya. Ia bukan takut akan scene yang akan Ia lakukan, Ia percaya Aron tidak akan membahayakannya. Ia sendiri juga bingung sendiri karena penyebabnya sangat tidak jelas.
Hari ini Ia melewati hari-harinya di kantor dengan sangat tidak nyaman. Satu hal yang mampu menenangkannya adalah berbalas pesan dengan Aron..
"Kita jalan-jalan, yuk. Baiknya kita ketemu di mana, nanti aku jemput," chat Aron.
"Di dekat toserba saja, Kak. Makasih udah ngajak jalan," balasnya.
Bella cepat-cepat bersih-bersih diri dan memastikan tampilannya kasual tapi tetap menarik. Ini pertama kalinya Ia jalan-jalan dengan seorang lelaki. Meskipun tidak sepenuhnya mengobati rasa tidak nyamannya tetapi setidaknya ada yang menemaninya.
Bella segera memberitahu Aron ketika Ia sudah sampai di tempat yang mereka janjikan. Ia sengaja membisukan semua notifikasi yang berhubungan dengan pekerjaan di kantornya. Sekali ini saja, Ia ingin lepas dari penatnya kehidupan kantor.
Aron membuka kaca jendela saat dilihatnya gadis itu sudah menunggu. "Naik," serunya.
Bella mengangkat wajah dari handphone-nya dan segera masuk ke mobil lalu duduk di samping lelaki yang memanggilnya.
"Sudah lama, ya? Naik apa?"
"Naik ojek, Kak," jawabnya singkat.
"Kita mau ke mana?" ujar Aron Ia sedikit melirik ke arah Bella.
"Terserah, Kak. Aku ikut saja," tanggap Bella dengan pandangan kosong ke depan.
"Lho, kok gitu?"
Aron mencium bahwa suasana hati Bella benar-benar sedang sangat buruk.
Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk menentukan sendiri ke mana Ia akan membawa Bella. Jalan-jalan sambil menikmati jajanan sudah cukup membuat Bella merasa lebih baik. Ini jajanan tidak sehat, tetapi Bella tidak peduli. Ia merasakan betapa enaknya menikmati makanan-makanan berbahan dasar gandum dan tepung tapioka yang digoreng dan ditaburi bumbu pedas.
"Kau tidak takut menjadi gemuk? Biasanya perempuan selalu sangat selektif untuk sekadar mengisi perut," tanya Aron dengan nada meledek.
"Makan makanan seperti ini sesekali tidak apa-apa, yang penting jangan sampai setiap hari," ucap Bella. Gadis itu dengan lahap menghabiskan makanan bersama Aron.
Setelah puas berada di area pedagang kaki lima yang menjual aneka jajanan, Aron menawari gadis itu untuk menonton bintang dari alam terbuka. Bella dengan sangat senang hati menerima ajakan lelaki itu.
"Karena kemungkinan besar di sana sangat dingin, jadi kita sebaiknya bawa minuman jahe dulu," ujar Aron.
"Oh gitu, Kak? Ya sudah kita beli di sini saja dulu buat jaga-jaga," tanggap Bella.
Di kedai minuman tak jauh dari area jajanan di pusat kota, Aron mengeluarkan dompetnya dan bersikeras menolak uang yang disodorkan Bella.
"Tadi sudah pakai uangmu, sekarang giliranku," ujar Aron.
"Eh tadi kita bayar sendiri-sendiri," sanggah Bella. Sudah jelas-jelas Ia dan Aron membeli jajanan berbeda di gerobak yang berbeda.
"Tapi aku makan bagianmu terlalu banyak," ujar Aron. Bella memilih untuk mengalah karena petugas kedai itu terang-terangan memandanginya.
Dengan kecepatan sedang karena penerangan jalan yang terbatas, Aron mengemudikan mobilnya menuju tempat yang Ia maksud. Bukit dengan lapangan terbuka. Sekilas tempat itu seperti dikelilingi oleh bintang-bintang karena kanan, kiri, depan, dan belakang penuh dengan bintang-bintang.
Langit dan bumi seakan menyatu menyajikan pemandangan yang sangat indah. Kerlap-kerlip bintang beradu dengan kerlap-kerlip lampu di hamparan sana. Lampu kendaraan malam tampak sangat dinamis dari atas.
Udara dingin terasa mulai menyerang saat air jahe yang mereka bawa berangsur kehilangan asapnya. Aron menanggalkan jaketnya dan memakaikannya ke bahu gadis yang beberapa cm di bawahnya.
"Terima kasih," ucap Bella.
"Kau senang?" ucap Aron merangkulkan lengannya ke leher Bella.
Entah ukuran tubuh Bella yang terlalu kecil atau Aron yang kebetulan lebih besar, Bella tampak mungil berada di rangkulan Aron. Lelaki itu sesekali mengecup puncak kepala Bella yang beraroma lidah buaya.
Sungguh nyaman berada di dekapan Aron, Bella sama sekali tidak merasa canggung seperti yang biasa Ia alami dengan orang lain. Aron sangat hangat dan menenangkan.
"Kau sudah tidak sedih lagi? Mengapa tadi Kau tampak sangat murung?" bisik Aron.
"Aku tidak tahu, Kak. Mungkin aku lelah," ujar Bella.
"Cari tahu yang menyebabkanmu lelah, itu menyakitkan tetapi dengan begitu Kau juga akan menemukan obatnya," ucap Aron.
Bella tidak tahu mengapa suasana hatinya turun sangat jauh beberaa hari ini. Seingatnya, Ia jarang memendam emosi. Bahkan Ia jauh lebih sering melampiaskan emosinya tanpa tanggung-tanggung. Ia akan menggebrak orang yang mengusiknya tanpa pandang bulu, Ia juga mau bicara dengan cara yang sangat menohok jika seseorang sengaja menjatuhkannya.
"Kau tidak ingin foto di sini?" ucap Aron.
"Aku lebih suka memotret pemandangannya, dan suasana di sini," tanggap Bella.
Ia pun mengeluarkan handphone-nya dan mengambil beberapa gambar dari angle yang berbeda. Muda-mudi yang berpasang-pasangan juga tak ketinggalan mendarat di galeri handphone-nya. Bella lebih suka memotret objek berupa pemandangan dan suasana dari pada memotret dirinya sendiri.
Karena Ia mengeluarkan handphonenya, maka Ia tahu bahwa ratusan notifikasi sudah memenuhi layar. Ia membuka sedikit, tampak chat Vincent yang menduduki urutan teratas.
"Bella, mengapa Kau tidak membalas pesan-pesanku? Kau baik-baik saja?"
"Kau di mana, sekarang?"
"Bella, tolong balas."
Pesan Vincent membanjiri notifikasinya, setidaknya ada dua puluh pesan masuk
"Di mana? Aku akan segera ke situ," pesan Vincent baru saja masuk.
Dengan santai Ia membagikan gambar yang baru saja Ia ambil, "Pemandangan di sini sangat bagus, Pak. Mohon maaf karena slow respon di luar jam kerja."
"Kak, sudah terlalu malam, bukan?"
"Iya, kita berangkat masih sore. Tidak terasa sampai malam begini," ujar Aron.
Mungkin Aron sedang tidak peka hingga Bella memperjelas maksudnya.
"Kita pulang dulu saja, Kak. Lagi pula kita akan masih bertemu di scene nanti," ujar Bella.
"Lho, tidak menginap saja sekalian?"
"Ini masih bisa unuk check in," ujar Aron.
"Tidak usah, Kak. Maaf ini banyak kerjaan kantor yang numpuk, bos udah nungguin karena besok banyak deadline," ujar Bella. Bagaimanapun Ia tidak mau jika menginap tanpa rencana. Aron mengikuti kemauan Bella tanpa banyak bicara lagi.
"See you on our great day," bisik Aron di tengah perjalan pulang mereka.
"See you, Sir," jawab Bella.
***
Selamat pagi, hari ini bisa update lagi dan aku masih membawakan cerita Bella - Aron.
Bella - Vincent masih lama ya.
Terima kasih sudah menunggu, tetap dukung ceritaku dengan memberikan powerstone tiap hari