webnovel

VoL 2 - CHAPTER 7

TOKO BUKU.

|| Next Story ||

Setelah beberapa menit berlalu. Mulai dari kami meninggalkan toko itu lalu menuju langsung ke Anime Centre, akhirnya kami telah tiba disana.

Tujuan yang menjadi awalku, alasan mengapa aku sengaja keluar dari rumah hanya untuk mengejar manga edisi spesial itu. 1 tahun berlalu sangat cepat tanpa adanya kebebasan. Selalu mengurung diri di dalam rumah, membuat perkumpulan untuk memproduksi sebuah game, dan alasan mengapa aku selalu berada di dekatnya.

Namun, semuanya telah…

"K—Kousan-kun, dimana semua orang?"

Aku terdiam membeku seperti es dengan ekspresi tercengang. Dan dengan berat mengucapkan sepatah kata.

"Kosong… " ucapku pasrah, lalu lututku terjatuh ke tanah.

… berakhir.

Anime Centre itu ternyata sudah ditutup. Lalu ada sepasang banner yang berisi tulisan di depan gerbang.

Banner itu bertuliskan. Kalau… 

[Anime centre telah ditutup! Mohon bersabar, dan tunggu untuk tahun depan!]

"Sayang sekali ya, kita diperintah untuk menunggu sampai tahun depan."

"Berakhir sudah… " kataku pasrah. Masih dalam posisi terduduk di tanah. 

Tak lama aku berpikir untuk pulang sekarang. Karena tidak ada hal lain yang kuinginkan juga. Apalagi besok hari sekolah, aku harus benar-benar fokus terhadap ujian yang akan datang nanti.

Aku pun berdiri dengan posisi membungkuk dan lemas. Seakan darah dan jiwaku terisap masuk kedalam black hole.

"Mari pulang… " aku mulai merasakan kebosanan dalam hidup ini. Melanjutkan perjalanan secara menurun dan perlahan.

Hampir tidak sadar kalau Megumi terlihat bingung dari tadi.

"Ada apa Kousan-kun? Kamu terlihat seperti orang yang ingin mati loh."

"Ah… mungkin kau benar… "

Megumi pun mengikutiku secara perlahan. Lalu pandangannya menyamping ke arahku.

"Apa ini salahku?" Megumi mengatakan itu barusan dengan sangat lembut.

Tubuhku yang lemas dan badanku yang membungkuk tadi seketika langsung bangkit. Mataku terbuka lebar lalu menatap tajam kearah Megumi.

"Bukan! Ini bukan salahmu!"

"Lalu?"

"Lupakan saja tadi itu! Untuk sekarang! Bagaimana kita mengunjungi suatu tempat lagi?"

"Terserah kamu, sesuai janjiku."

Tiba-tiba aku terkejut mendengar ucapan barusan. Aku bertanya-tanya, kapan dia membuat sebuah perjanjian padaku. Agar rasa tanda tanya itu terjawabkan, aku pun memberanikan diri untuk menanyakannya.

"Janji? Sejak kapan?"

"Apa bilang kalau mulai sekarang aku akan mengikutimu saja, apa kamu lupa?"

"Tapi, kamu tidak seharusnya terus mengikuti langkahku. Kamu harus memilih masa depanmu juga."

"Kamu ini sedang membicarakan apa? Aku sama sekali tidak mengerti. Sepertinya kamu salah paham akan sesuatu disini?"

"Eh!? Jadi maksudnya, bukan begitu?" 

"Kamu ini. Pokoknya kemanapun kamu pergi, kali ini aku memberikan kesempatan untuk mengikutimu."

Walaupun sekilas saja, Megumi saat itu tersenyum manis yang tidak mengarah padaku. 

Aku yang melihat wajah yang begitu cantik di sebelahnya, jantungku langsung berdebar-debar. Wajah yang sama mengingatkanku pada waktu pertama kali kami bertemu.

"Aku ingin mencoba pergi ke Gramed, jarang sekali aku tidak kesana."

"Baiklah, aku juga."

Kami berdua langsung menuju ke Gramed.

Gramed adalah sebuah singkatan dari Gramedia. 

Gramedia adalah toko buku yang menjual aneka buku bahkan manga yang berkualitas dan terlengkap. Toko Buku Gramedia menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis, perlengkapan kantor, alat olahraga, alat musik, dll.

Aku ingin melihat apakah edisi manga terbaru itu juga di terbitkan disini juga. Karena itulah pemikiran itu muncul.

x x x

Kami berdua pun telah tiba di ttk (tempat tujuan kami). Tidak begitu ramai, namun sangat tenang. Tidak ada suara, sangat sunyi. Sebenarnya itu adalah peraturan setiap toko buku. Bahwa tidak boleh berbicara ataupun melakukan hal-hal aneh saat berada di dalam. Orang hanya di perbolehkan berbicara dengan cara berbisik.

"Ikuti aku sini." Bisikku pada Megumi.

"Un." Megumi mengangguk.

Aku dan Megumi pun berjalan secara berhimpit satu sama lain. Saat itu kami berdua sangat terlihat seperti sepasang kekasih. Hingga pada saat itu juga, pengawas melihat kami yang saling berhimpitan.

"Hei kalian."

Aku dan Megumi terkejut sembari mencari dari mana suara itu berasal. 

Ternyata suara itu berasal dari belakang kami.

Aku dan Megumi langsung membalikkan badan ke arah pengawas.

"Di tempat ini, kalian di larang untuk berpacaran." Pengawas itu menatap tajam ke arah kami berdua.

Badan pengawas itu cukup besar dan tinggi. Seperti pengawas ini sering berolahraga fitnes.

"..." Megumi langsung berlindung di belakangku karena takut.

Seiring tatapan kami tertuju satu sama lain, sebuah ide terbenak didalam kepala ku.

"Berpacaran? Maksud paman?"

"Kalian berdua terlalu dekat. Jika seorang remaja seperti kalian berdekatan begitu, tidak salah lagi kalau kalian sedang bermesraan. Pokoknya, tempat ini di larang untuk kalian berdua."

Sepertinya rencanaku akan berhasil kali ini. 

Aku sudah mengestimasi semuanya. Bisa di lihat aku sekarang memakai kemeja sekolah sedangkan Megumi memakai seragam ngetrend. Apalagi tinggi badan Megumi sangat jauh dengan tinggi badanku. Atau tinggi Megumi hanya sampai bahu ku saja.

Artinya aku menemukan alasan yang tepat untuk melewati situasi ini. Yaitu Adik perempuan.

"Paman sepertinya salah paham, tapi adik perempuan saya sepertinya terlihat ketakutan saat melihat paman."

"Eh!? Begitukah. Saya minta maaf telah mengganggu kalian, permisi."

Seketika pengawas itu meninggalkan kami berdua. Setelah jauh dari kami, Megumi berbicara setelah menghembuskan nafas lega.

"Hampir saja."

"Yah, kita beruntung."

Aku menghembuskan nafas lega.

"Kamu memang sangat pintar, aku sama sekali tidak terpikirkan hal itu."

"Itu hanya kebetulan saja. Lagipula, aku ini bukan orang pintar."

Bicaraku sembari melirik mengarah pada sebuah deretan manga. Pandangan ku teralihkan darinya, lalu menunjuk ke arah yang dituju mata ku itu menggunakan jari telunjuk.

"Kita akan kesana."

Megumi mengikuti arah tunjukkan ku itu.

"Oh, baiklah." 

Aku bersama Megumi langsung menuju ke deretan manga tersebut.

Sesampainya disana, mata ku tiada hentinya melihat-lihat ke arah sana sini untuk mencari manga edisi spesial tahun ini.

"Kok, tidak ada." Aku bergumam.

"Kamu sedang mencari sesuatu?" 

Megumi sepertinya mendengar gumam ku barusan. 

Aku tidak ingin menyembunyikan apa-apa lagi setelah ini darinya. Aku merasa kalau hari ini adalah bukan hari keberuntunganku. Tidak masalah jika harus menunggu tahun depan.

Dengan bermodal kepercayaan diri, aku pun mulai menjelaskannya secara singkat.

"Sebenarnya, dari awal aku ingin membeli manga edisi terbaru hari ini. Namun…" 

Sejujurnya, disisi lain aku tidak ingin membuat Megumi merasa bersalah diri. 

Aku sangat bingung akan situasi begini.

"Tidak apa, lain kali aku akan membelinya nanti."

Untung saja hatiku merasa sedikit lega sekarang. Lalu mulai tersenyum kecil ke arahnya.

"..."

Namun, sedari aku menjelaskannya, Megumi tidak mendengarkan pembicaraan ku dengan baik, bahkan sama sekali tidak mendengarkan ku. Megumi berjongkok untuk melihat salah satu deretan manga juga di sana.

Aku yang melihatnya, langsung menghampirinya.

"Kamu sedang melihat apa?"

Saat sudah dekat sekali dengannya, rasa penasaran mencekat diriku. Aku mulai nekat untuk mendekatkan wajahku di samping wajah Megumi yang imut itu. Dan melihatnya.

"I—Itu dia!" Aku langsung bersemangat.

Ternyata yang sedang di lihat Megumi itu adalah deretan manga edisi terbaru. Sangat lengkap pokoknya, mengapa edisi terbaru seperti ini terletak di tempat yang sulit di lihat.

"Edisi terbaru!" 

"Kamu yang di sana, harap tenang." Orang yang tidak di ketahui menegurku dengan datar.

Aku mengucapkannya dengan nada yang agak tinggi. Sehingga suaranya menggema mengelilingi ruangan ini.

"M—Maafkan saya." Dengan rasa bersalah, aku meminta maaf sembari menundukkan pandanganku kebawah.

"Jadi ini yang kamu cari sedari tadi? Hm…" nadanya memanjang sambil menyentuh buku itu.

Megumi terlihat sangat penasaran, dia mulai membuka-buka setiap lembaran buku itu.

Buku yang di maksudku itu adalah manga. Meskipun namanya adalah manga akan tetapi, itu sama saja terlihat seperti sebuah buku. Namun bedanya adalah isinya. Biasanya buku berisi tulisan yang terfokus pada kalimat dan memiliki banyak paragraf. Sedangkan manga, hanya berisi gambar dan dialog.

Namun seketika, Megumi terlihat gemetar setiap berpindah membuka lembaran buku. Matanya yang terbuka semakin lama semakin menajam, alisnya juga menurun mengikuti irama matanya. 

Sepertinya aku merasakan aura yang berbeda di sini.

Tiba-tiba Megumi beralih pandangan yang tajam menuju ke wajahku.

"K—Kamu ini, apa kamu sering membaca ini di rumahmu?"

Aku pun menjawabnya.

"Benar, kenapa kamu menanyakan itu?"

"Bukan apa-apa," wajahnya kembali normal, dan mulai tersenyum. Lalu dia membalikkan sedikit badannya membelakangi diriku.

"Karena kamu itu lelaki jadi, itu normal saja." 

"Apa kamu sedang mengatakan sesuatu barusan?"

Entah aku tidak mendengarnya, suaranya terdengar membisik. Sehingga pendengaran ku terasa samar-samar mengartikan kata-katanya.

"Boleh juga, kamu ingin membeli ini bukan? Bagaimana kali ini aku yang mentraktir mu?"

"A—Ayolah, kamu tidak perlu memaksakan diri seperti itu. Aku tidak bisa menerimanya." 

Aku terus menjelaskannya.

"Kalau kamu yang mentraktirku rasanya itu aneh, seharusnya lelakilah yang mentraktir gadis. T—Tapi, boleh juga…" nadaku merendah saat tidak melihat Megumi di depanku.

"Eh!? Aku bicara sendiri? Dimana dia!?" Aku terkejut, Megumi tiba-tiba menghilang dari hadapanku. 

Namun terlihat dari kejauhan, Megumi sedang berada di kasir.

"Terima kasih." Ucap penjaga kasir itu.

Sepertinya Megumi baru saja melakukan jual beli, tapi apa yang di belinya.

Setelah melakukan jual beli, Megumi kembali ke tempatku berada tadi.

"Ini." Megumi menyodorkan plastik yang di pegangnya di tangan kanan itu ke arahku.

"Itu apa?" Aku tidak tahu isi di dalam plastik itu, sebab itulah aku bertanya.

"Lihat saja sendiri." Aku pun meraih plastik itu dari genggamnya.

Setelah kulihat, ternyata itu adalah…

"Terima kasih, untuk ini." Wajahku tampak tersenyum.

"Sama-sama, selanjutnya kamu ingin pulang?"

Oh benar juga, setelah kupikir-pikir lagi. Aku sudah mendapatkan edisi terbaru ini. Artinya, tidak ada alasan lagi untuk lebih lama di luar. 

Aku adalah orang yang sangat menghindari aliran sosial, dengan kata lain, aku bukanlah Sosialisme.

Akan tetapi, Megumi terlihat sangat menikmati liburan akhir pekan ini. Bagaimana tega aku melihatnya meratapi kesedihan sendirian meski dia sama sekali tidak mengatakan apapun.

Namun, aku adalah Antusiasme. Aku sangat bersemangat kalau melihatnya bersenang-senang. Ini adalah keinginan murni di dalam diriku.

"Mari pulang." Aku mengatakannya.

Woi, woi. Aku merasakan sesuatu yang janggal.

Aku sadar dengan apa yang kukatakan barusan. Namun tak sadar dengan reaksi Megumi.

"Baiklah." Megumi tersenyum dan mulai berjalan pelan ke arah pintu keluar.

Aku pun mengikutinya sampai keluar toko buku.

x x x

Ingin mengenal saya lebih jauh lagi?

- Facebook : Zoel Zack

- Twitter: Zoel Zack

- Instagram: @zoelzack.z_z

Kunjungi blog:

https://separatetellsahiddenstory.blogspot.com &

https://circledesaigner.blogspot.com

Mohon kirim kritik, saran, dan motivasi lewat kontak email dibawah.

Email: hasannudinpgf@gmail.com

Bussiness: zoelxzack@gmail.com

Konsultasi kalian sangat berarti bagi penulis!

Next chapter