SINGKAT WAKTU TERASA BEGITU PANJANG.
|| Next Story ||
Setelah berjalan menuju pintu keluar dari toko buku. Aku mengambil ponsel dari kantong celana. Lalu membuka layar kunci untuk melihat jam.
Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 17.20 atau pukul 5 sore lewat 20 menit. Sepertinya akhir pekan hari ini akan segera berakhir.
"Bagaimana kalau kita duduk sebentar dulu di sana."
Aku menunjuk ke arah taman sebelumnya.
"Iya." Megumi mengangguk.
Aku tersenyum kecil setelah melihat wajahnya seperti biasa.
Kami berdua pun berbelok arah menuju taman. Lalu menyeberangi zebracross tanpa adanya yang berlalu lalang. Di saat sore menjelang malam, seperti biasa jalan raya akan terasa sepi.
Setelah sampainya disana, Aku dan Megumi langsung berduduk di bangku taman di dekat ayunan.
Kami langsung beristirahat disana.
Situasi kami masih seperti biasa, tanpa ada yang memulai pembicaraan. Seharusnya di situasi beginilah seorang lelaki harus mengambil inisiatif sendiri untuk berbicara.
"Bagaimana menurutmu untuk hari ini, apa kau merasa senang?"
"Ya, aku merasa senang hari ini." Megumi tersenyum manis setelah mengatakannya.
"Syukurlah kalau begitu." Aku menatap ke langit.
Di atas sana, aku melihat langit berwarna oranye kemerahan, lalu awan-awan yang gelap menyelimuti langit oranye kemerahan itu. Burung-burung terbang dengan bebasnya di atas langit. Aku tidak tahu itu burung jenis apa, yang jelas burung-burung itu terbang saling mengikuti satu sama lain. Aku merasa mereka seperti sedang bermain sebelum hari mulai gelap.
"Besok sekolah, ya?" Megumi berbicara.
"Ya… kau benar, sepertinya kita tetap akan seperti ini."
"Aku telah memutuskannya." Megumi seketika merubah nada bicaranya menjadi intens.
"Memutuskan… nya?" Aku bingung.
"Mari akhiri kebohongan ini sekarang."
"Megumi… " ekspresiku menurun dan mataku menyipit.
"Tidak lama, suatu hari nanti, kebohongan ini pasti akan terungkap." Megumi masih melanjutkan pembicaraannya.
"Sepertinya di sekolah, seseorang mengetahui hubungan kita sebenarnya."
"Uh? Siapa?"
Aku selalu memastikannya, kalau hubungan aku dan Megumi tidak ada satupun orang yang mengetahuinya. Di sekolah, hampir seluruh siswa/siswi mulai dari adik kelas, teman sekelas, seangkatan, maupun kakak kelas hubungan kami berdua sebagai sepasang kekasih telah di kenal.
Alasan hubungan kami terkenal adalah, tidak pernah sekalipun bertengkar, maupun berpisah. Di sekolah ini, pada umumnya pacaran itu akan bertahan selama 9,5 bulan. Namun hubungan kami, sudah lebih dari 1 tahun. Seakan aku dan Megumi telah mencetak rekor bersejarah di sekolah.
"Dia adalah kakak tiriku."
"Tunggu, tunggu?! Kakak? Aku tidak tahu kalau kau juga mempunyai saudara."
"Benar juga, karena pertama kalinya aku menceritakan ini padamu."
"Kurasa begitu?" Aku juga tidak yakin, karena selama ini Megumi selalu membicarakan yang berhubungan tentang game setiap pulang sekolah.
Entah kenapa, pembicaraan ini terasa sangat serius. Dari ekspresi nya itu, lalu matanya. Menunjukkan kalau ini adalah hal yang belum ku ketahui.
"Aku memiliki kakak perempuan. Dia bukanlah kakak kandungku, melainkan kakak tiriku. Ibu kami berbeda, ayah kami sama. Aku sekarang mengerti dengan posisiku saat ini. Bahwa posisi kulah yang terburuknya."
"Namun… aku tidak bisa menerimanya."
"Kenapa kau tidak mencoba menerimanya? Kau sangat beruntung, masih memiliki ayah, ibu dan saudara. Aku tidak tahu dimana permasalahannya tapi, keputusan itu hanya kaulah yang bisa menentukannya."
"Kamu benar." Megumi tersenyum pahit.
"Kousan, untuk terakhir kali ini saja,~tolong aku."
Megumi meneteskan air mata untuk kedua kalinya. Sebenarnya aku tidak dapat memahami situasinya secara mendadak. Sebelumnya, dia juga pernah mengatakan kalau 'Sebentar lagi, ini semua akan berakhir.'
Aku masih menyangkal perkataannya.
Megumi merupakan gadis yang lemah. Aku mengetahuinya sejak awal bertemu dengannya. Waktu itu, dialah yang pertama menemukan keberadaanku. Aku kehilangan ingatanku waktu usia 14 tahun. Namun, meskipun telah kehilangan ingatanku, orang-orang yang kusayangi dan orang-orang terdekatku, tidak pernah hilang dari ingatanku.
Tapi, di sisi lain, aku tidak percaya dan separuh percaya. Aku tidak tahu. Apa ini kesedihan, apa kebahagian? Setelah mendengar kabar itu, jujur aku sangat senang. Terlepas dari penderitaan dan penyesalan, dia datang begitu saja.
Senyum pahit itu seketika berubah.
"....." aku tidak dapat berucap apa-apa.
Masalah yang kami memiliki memang berbeda, namun nasib kami berujung sama.
'Menangis, tidak akan merubah segalanya.' Sekilas kata-kata itu teringat olehku. Tidak ada gunanya harus seperti ini, aku dan Megumi telah melewati semuanya, dalam waktu yang singkat terasa begitu panjang ini. Kami berdua adalah orang yang kuat.
"'Menangis tidak akan merubah segalanya', begitulah kata junior kita,'kan?"
"...." Megumi terlihat sangat murung.
"Aku sudah bilang juga bukan? Jika masalah yang kita miliki masing-masing belum terselesaikan maka, semuanya belum berakhir. Selama kau masih terikat denganku, aku akan membantumu kapan saja."
"Uh!?" Megumi membuka lebar kedua kelopak matanya.
"Aku minta maaf~, aku seringkali menyusahkan dirimu, menjahili dirimu, dan meminta bantuan dirimu. Aku ini orang seperti apa sih, sama sekali tidak di mengerti." Megumi menunduk sembari meratapinya.
"M—Megumi..." Aku menatapnya. "Aku merasa, kalau nasib kita ini sama. Tapi yah, tidak seperti diriku. Aku tidak ingin melihatmu menderita ataupun menyesalinya."
Taklama setelah itu, Megumi bergeser dari tempat duduknya mendekatiku. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi ini membuatku sangat kerepotan.
Megumi akhirnya berada dekat di sebelahku. Wajahnya yang sedih itu bisa kupandang dari sini. Selain itu, sejak kapan dia memakai shampo, aroma rambutnya begitu harum.
Perlahan Megumi menyandarkan kepalanya di bahuku. Wajahku langsung memerah.
"Megumi?"
"Biarkan tetap seperti ini untuk sementara waktu." Megumi berbisik.
Aku bisa mendengarnya.
Hidupku akankah seperti ini seterusnya. Apa yang akan menanti di masa depan sana. Aku sangat berharap akan sesuatu. Tapi, apakah sesuatu itu, nyata? Aku tidak tahu, aku hanya bisa percaya padanya.
Bagaimana masa kehidupanku dulu? Masa sd, maupun masa smp, kemana ingatan itu berada. Yang kuingat sekarang hanyalah keluargaku saja. Senyuman bahagia mereka waktu itu, semuanya. Aku selalu berfikir tentang kehidupanku sendiri. Bahwa semasa itu, ada seseorang yang ingin kutolong tapi, aku tidak melihat apa-apa.
Aku sangat penasaran, di sisi lain aku sangat kesal. Keingintahuan tidak bisa kugapai dengan mudah.
"Hu… " suara mendesah terdengar dari sampingku.
Suara apa itu?
Aku mengalihkan pandangan menuju ke arah suara itu berasal.
"Tertidur?!" Aku terkejut menatapnya.
Ternyata suara desahan itu adalah suara seseorang tertidur. Orang itu tentu Sakurasawa Megumi. Meskipun dalam kondisi tertidur, wajahnya tetap sangat cantik dan imut. Rambut pendeknya itu saling bergesekan dengan kemejaku seirama dia bernafas.
Untuk sementara waktu ini saja, aku ingin berada di dekatnya.
Secara perlahan aku juga menyandarkan kepalaku di punggung kursi taman. Setelah seharian yang kulalui dengannya terasa begitu sangat melelahkan. Sangat lelah, aku tidak bisa membayangkannya. Mataku juga terasa berat. Mungkin sebabnya aku semalam tidur larut malam.
Ah… sungguh melelahkan ini, rasanya ingin tidur, juga.
※※※
"Ah, aku ketiduran." Aku terbangun.
Setelah membuka kedua mata, ternyata hari sudah gelap.
Nyawaku masih belum terkumpul, pandanganku juga masih samar-samar.
"Sudah bangun, ya." Itu suaranya Megumi.
"Ah?!"
Aku mulai sadar, aku tadi ketiduran. Hari juga sangat gelap, artinya sudah malam.
Jika anak remaja seperti kami berada di luar malam hari, itu artinya— tidak, tidak pikiranku kemana. Masalahnya adalah berapa lama Megumi menungguku sampai terbangun.
Aku pun bertanya tentang itu padanya langsung.
"Berapa lama aku tertidur tadi?!"
"Tidak lama kok, sedari aku juga baru bangun."
"Begitu rupanya… " Aku merasa lega mendengar ucapan itu. "Pulang sekarang, yok." Lanjutku dengan tersenyum.
Aku tidak ingin hal yang tadi, teringat kembali. Itu adalah hal yang paling memalukan jika di bahas lagi.
"Iya." Megumi mengangguk pelan.
Aku baru kepikiran.
"Oh iya, apa kau ingin menginap di rumahku lagi?"
"Sepertinya tidak, besok sekolahkan? Jadi, aku harus pulang."
Aku berfikir kembali, jika besok sekolah, dia juga harus mengenakan pakaian seragam sekolahnya, tapi seragam sekolahnya itu ada dirumah ku. Karena dia tergolong orang kaya, mungkin di rumahnya mempunyai sejuta seragam sekolah sebagai cadangan. Ah itu benar.
"Oh, aku mengerti. Lalu, bagaimana dengan pakaianmu itu?"
Aku merasa tidak nyaman jika ada pakaian gadis di rumahku. Jika paman datang kerumahku untuk berkunjung, itu sangat merepotkan sekali.
"Maksudmu, pakaian sekolahku di rumah kamu itukan?"
"Benar, haruskah aku mengantarnya kerumah mu nanti?"
"Tidak perlu, biarkan saja disana. Suatu saat, aku akan menginap di rumahmu lalu, pergi ke sekolah bersama."
"Ah, benar juga ya… " aku melirik ke arahnya.
"Aku akan menemanimu untuk pulang."
"Terima kasih."
Sejak itu, Megumi tidak lepas dari senyuman manisnya. Aku merasa kalau hal yang barusan sore tadi, terlupakan begitu saja. Aku juga tidak mengerti apa yang kami bicarakan pada sore itu. Mungkin dorayaki? Bercanda. Aku tidak ingin melihatnya menangis seperti itu lagi.
Aku pun mengantarkannya untuk pulang kerumah.
Dengan begitu, hari yang melelahkan ini telah berakhir.
※※※
Megumi tinggal di sebuah rumah yang sangat besar, bentuknya sama dengan istana. Selain itu, istana bewarna putih keseluruhan tampak terlihat seperti istana presiden saja.
Kami berdua pun sampai di depan gerbang.
"Baiklah, sampai jumpa di sekolah." Aku mengucapkan kalimat perpisahan padanya.
"Iya, sampai jumpa." Megumi melambaikan tangan kanannya.
Aku langsung meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju rumah ku.
Di tengah perjalanan, aku teringat pada kata-katanya itu.
'Sebentar lagi, ini semua akan berakhir.' Entah kenapa aku masih memikirkannya. Dengan berwajah seperti itu, hal seperti yang dia katakan tak selaras dengan dia inginkan.
"Kalau dipikir-pikir lagi, untuk apa aku melakukan ini semua. Aku merasa ini akan sia-sia saja, tidak sesuai dengan harapan." Sembari berjalan aku bergumam sendiri.
"Untuk apa aku mencari-cari orang yang pada kenyataannya tidak ada lagi di dunia ini. Gadis itu juga mengalaminya."
'Menangis, tidak akan merubah segalanya.'
Gadis itu dengan kuat meneruskan tujuan hidupnya. Namun diriku, apa tujuan hidupku sebenarnya.
Tapi orang itu berkata; 'Mereka masih hidup kok.' Kata-kata itu aku mendengarnya 1 tahun sudah berlalu. Orang yang mengatakan itu adalah Sakurasawa Megumi.
Aku sama sekali tidak mengatakan apapun tentang diriku. Akan tetapi, dia langsung mengetahui isi pikiranku dan mengatakannya. Aku tidak percaya itu, kekuatan sihir atau kekuatan ghaib yang dimilikinya. Entah waktu itu juga aku merasa lega.
Kini aku telah sampai di rumah, lalu dengan tubuh yang lemas, aku menjatuhkan tubuh ke atas kasur. Dan membaringkan diri sebentar disana.
"Uh, empuk."
Aku memikirkannya kembali.
'Mari akhiri kebohongan ini sekarang.'
"Apa yang dia katakan itu, sungguhan? Jika itu iya maka, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa kami tetap seperti ini? Apa kami tidak saling berbicara lagi? Apa ini artinya… sama dengan putus?"
"Arg! Aku sangat bingung!" Karena sedikit kesal, tanganku mengepal dengan erat sendirinya.
Aku tidak menyangka hal yang paling kutakutkan akan tiba. Hubungan kami berdua adalah kebohongan. Jika semua itu di ketahui seseorang maka, tidak ada alasan lagi untuk kami melanjutkan ini semua.
Selain itu juga, kisah percintaan tentang diriku terhalangi karena adanya kebohongan itu. Namun yang kubutuhkan bukanlah tentang kisah percintaan, melainkan kisah tersembunyi ini.
"Jika ini masih berlanjut, aku akan menemukan mereka—" bicaraku terhenti ketika ada yang mengetuk pintu kamar.
"Ada apa? Masuklah." Aku bertanya dan menyuruhnya untuk masuk.
"Oh ya." Dia pun masuk ke kamarku.
Orang itu adalah Ryuunosuke Misaki. Saat ini, dia hanya mengenakan pakaian biasa berwarna ungu dan celana panjang berwarna hitam.
"Aku hanya ingin memberitahumu, mau makan bersama?"
"Eh? Itu saja?" Sedari rebahan, aku mulai membangkitkan diri untuk berduduk di tepi kasur.
"Ada hal yang ingin kubicarakan juga." Ryuunosuke berjalan lagi menuju pintu kamar.
"Kami akan menunggumu."
"Baiklah, aku segara kesana."
Ryuunosuke kembali menutup rapat pintu kamar.
Seperti biasa, jika kami bertiga makan bersama seringkali kami lakukan di ruang tamu sambil bermain game.
|| Berlanjut ||

Ingin mengenal saya lebih jauh lagi?
- Facebook : Zoel Zack
- Twitter: Zoel Zack
- Instagram: @zoelzack.z_z
Kunjungi blog:
https://separatetellsahiddenstory.blogspot.com &
https://circledesaigner.blogspot.com
Mohon kirim kritik, saran, dan motivasi lewat kontak email dibawah.
Email: hasannudinpgf@gmail.com
Bussiness: zoelxzack@gmail.com
Konsultasi kalian sangat berarti bagi penulis!