webnovel

VoL 2 - CHAPTER 5

RAMEN DAN INGATAN.

|| Next Story ||

Setengah jam berlalu begitu cepat. Sekarang kami telah berada di pemberhentian halte berikutnya. 

Aku dan Megumi pun menuruni bus bersamaan dengan beberapa orang juga disana.

Setelah berada keluar dari bus kami pun melanjutkan perjalanan entah kemana itu tidak membuat tujuan terlebih dahulu. Namun, aku memikirkan sesuatu tentang dirinya.

Apa Megumi sekarang merasa lapar ya? Dari sejak pagi tadi, sampai siang saat ini dia sama sekali tidak sarapan. Ini salahku, seharusnya aku langsung menurutinya saja pagi tadi. Apalagi sedari tadi aku dengannya hanya berjalan-jalan saja.

...sepertinya aku harus mengajaknya makan bersama denganku.

Sembari berjalan santai, aku membuka pembicaraan duluan dengannya.

"Megumi, mau cari tempat makan siang bersamaku?"

"Boleh juga, kalau begitu aku akan mengikutimu saja."

"Baguslah. Oh iya Megumi, sekarang kamu mau makan apa?"

Megumi memikirkannya, matanya menyorot keatas langit seakan sedang membayangkan sesuatu.

"Ehm... apa ya, mungkin ramen?"

...! Itu lagi?

"Oh begitu, kurasa disekitar sini ada toko ramen yang enak. Tapi, aku lupa dimana tempat itu berada. Ah, mungkin penyebabnya aku jarang sekali keluar rumah."

Megumi melihat kearahku dengan dengan sangat tajam. Namun tatapan itu sepertinya tidak tertuju padaku, melainkan tertuju yang ada di depanku.

"Itu dia! Ketemu." Megumi dengan semangat mengucapkan itu.

"Hah!? Apa itu?" Aku pun penasaran, lalu aku juga mengikuti arah matanya yang tertuju itu.

"Oh, ramenkah." 

Ternyata yang di lihat Megumi itu adalah toko ramen yang ada di seberang jalan sana. 

Sebenarnya, aku merasa tidak nyaman dengannya. Meskipun aku tidak terlalu nafsu makan sekarang apalagi makanannya itu ramen. Sebagai orang yang selalu ada di sampingnya, aku harus melakukannya.

Dan aku teringat pada toko itu. Saat lulus ujian semester pertama tahun lalu, aku langsung pergi mencari tempat makan entah kemana tujuannya itu. Pada akhirnya, aku menemukan semacam kedai atau toko yang jualan ramen disana. Aku pun langsung membelinya dan makan ditempat toko itu.

Paman toko itu menyambutku gembira, dan bersama dengan seorang gadis... kalau tidak salah gadis yang waktu itu adalah anaknya paman itu. Gadis itu juga menyambutku baik sebagai pelanggan. Mereka menawarkan berbagai macam ramen dan sesekali bertanya tentang diriku.

Paman itu menanyakan hal-hal umum saja. Seperti nama, umur, sekolah dan hobi.

Aku pun menjawab semua pertanyaan itu dengan lembut. Setelah aku selesai makan dan ingin pulang. Paman itu mengatakan satu hal lagi padaku. 

Paman berkata: "Apabila kamu sedang jalan-jalan lewat sini, jangan sungkan untuk mampir. Paman akan berikan ramen spesial untukmu secara gratis." Kata paman itu dengan senang hati.

Aku menjawabnya sekaligus langsung pulang: "Terima kasih banyak paman. Akan tapi, sepertinya saya tidak akan keluar rumah lagi." Tanpa sempat bertanya, aku langsung meninggalkan tempat itu.

Waktu itu, kenapa aku berbicara seperti itu. Apa aku ini benar-benar menolaknya? Bahkan aku tidak sempat memikirkan hal itu karena suatu alasan yang lain. 

 

Sembari berjalan aku bertanya pada diriku sendiri.

Kalau tidak salah, Apa toko ramen itu berada di dekat sini? Mungkinkah!?

 

Aku baru menyadarinya, bahwa toko ramen itu memang berada di dekat tak jauh dari sini. Akan tetapi, sejak pertama kali aku makan disana. Letak toko itu berada di dekat jalur ini, bukan di seberangnya.

"Apa sudah pindah...?" Bisikku pelan pada diri sendiri.

Megumi mengalihkan pandanganya kearahku, sepertinya dia baru saja mendengarkan dengan apa yang kubicarakan.

"Hn?"

Aku pun segera memulai pembicaraan dengannya.

"Kamu ingin makan ramen bukan? Bagaimana kalau kita langsung menuju kesana saja?"

"Iya, terima kasih."

"Bukannya sudah kubilang jang—" aku teringat akan hal itu. Dan aku segera menghentikan bicaraku.

Ketika kemarin malam, aku dengannya juga pernah mengucapkan kata-kata yang sama. Aku yakin Megumi tidak suka kalau rasa terima kasihnya tidak tersampaikan kepada orang lain. Dan itu adalah sudah menjadi karakteristiknya.

"Iya." Aku melanjutkan hanya membalasnya dengan anggukan. Dan aku tersenyum tulus memang berasal dari dalam.

"Let's go!" Megumi bersorak sambil meangkat dan mengepalkan tanganya.

Kami pun segara menyeberangi jalan lewat zebracross. Entah ini perasaaanku saja, setiap kali melewati zebracross kepalaku terasa sedikit pusing. Karena sebab itulah, mulai sekarang aku tidak akan melihat kebawah jalan setiap kali melewati zebracross. 

"Permisi..." ucap Megumi sembari berjalan masuk mendahuluiku.

Aku pun mengikutinya dari belakang. Lalu penjaga toko itu menyambut kami berdua.

"Selamat datang! Di toko ramen kami!"

Penjaga toko yang menyambut kami itu adalah... seorang gadis remaja seperti kami. Secara sekilas aku menatap gadis itu dengan rasa penasaran. Seakan aku seperti mengingat dirinya namun, aku sudah tidak mengingatnya lagi. 

"....." gadis itu juga menatapku balik lalu terdiam.

Setelah Megumi berjalan melewati gadis itu di depan meja kasir, gadis itu memanggilku.

"Hei, bukannya kakak... cowok yang itu?"

"Hah!?" Aku mendengarkannya, dan terkejut dengan ekspresi berusaha mengingatkan sesuatu.

Langkahku terhenti tepat di depan meja kasir. Namun, aku tidak dapat mengingat apapun. Tentang siapa dirinya itu yang memanggilku.

"Cowok... yang waktu itu? Mungkin kau salah orang?" Lalu aku menghadap kearah gadis itu dengan wajah terbuka.

"Tidak, tidak! Itu memang benar kakak loh."

"Aku tidak tahu apa yang kau maksudkan, tapi dari mana kau menilai diriku bahwa itu adalah orang yang kau maksud?"

"Aku tahu dari rambut hitam berpony itu, dan posisi badanmu yang lurus. Selain itu, kakak juga bersekolah di Highlight iyakan?"

Jika itu memang benar orang yang dia maksudnya adalah aku. Dan setelah mendengar kata 'juga' dan 'sekolah Highlight' Mungkin tidak salah lagi, orang yang dibicarakannya itu adalah diriku.

Tetapi, tetap saja. Aku tidak ingat siapa gadis ini dan kenapa dia memanggilku seorang kakak. Aku bertanya-tanya lagi, apa dia lebih muda dariku? Jawabannya, mungkin.

"Sepertinya kau juga bersekolah disanakah? Aku minta maaf. Kalau boleh tahu, apa kita pernah saling bertemu?"

"Sekali!" Gadis itu dengan riang menjawabnya.

"Kalau boleh tanya satu lagi, dimana ya?"

"Di tempat ini."

Seketika kepalaku termiring kesamping dengan ekspresi bingung. Gadis itu terkejut menatap tajam kearahku.

"Eh? Apa kakak benar-benar sudah lupa? Apa kakak orang pikun?"

Aku merasakan kalau wajah gadis itu sudah tidak asing lagi. Akan tetapi, siapa dia sebenarnya? Aku masih belum mengetahuinya.

"Kasar sekali... Maaf saja nih, aku tidak dapat mengingatnya."

"Kalau begitu, biarkan saya yang mengingatkan kakak kembali pada waktu itu."

"Baiklah, aku akan mendengarkannya sekarang."

Gadis itu mengambil sendok kuah dan menyodorkan tajam mengarah diriku.

Seketika aku mengambil kudu-kudu siap menghindar. Dan gadis itu mulai membuka mulutnya.

"Kakak adalah pelanggan pertama kami!"

"Pelanggan pertama?" Tanyaku penasaran.

"Benar. Waktu itu, toko ramen kami baru saja buka dan hampir tidak ada pengunjung yang datang. Kami mempunyai harapan besar agar toko ramen ini menjadikan ramen terbaik seluruh dunia. Namun, setelah kami membuka toko ramen ini dan hampir tidak ada pembeli, semangat dan harapan kami itu tidak sekalipun goyah. Kami telah berusaha keras, sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk menutup toko ini."

Gadis itu mengalihkan pandangannya keseluruh sudut toko. Lalu kembali menatap diriku dan melanjutkannya.

"Beruntung sekali, setelah kami memutuskan ingin menutup toko ramen ini. Datanglah seorang pemuda laki-laki yang berlari kencang masuk kedalam toko kami. Dan pemuda laki-laki itu, sangat gembira dan terlihat sangat senang saat pertama kali datang maupun setelah pergi. Setelah kepergiannya, harapan besar kami itu kembali mekar. Pemuda laki-laki itu adalah kakak! Aku tidak sempat mengucapkan terima kasih pada kakak waktu itu. Maka dari itu, terima kasih banyak kak! Berkat kakak, toko ramen ini telah menjadi toko ramen yang kami impikan. Sekali lagi kami ingin mengucapkan terima kasih!"

Penjelasan itu membuat diriku mengingatnya. Benar, ini adalah toko ramen yang kukunjungi pertama kali. Waktu itu, karena nilai Ujian Akhir Semesterku mencapai KKM, aku sangat gembira. Aku mengira, kalau diriku tidak akan naik kelas karena ketahuan menyontek.

Sampai pulang perjalanan kerumah pun, aku masih tersenyum-senyum dalam suasana menyenangkan. Senyum itu bukan karena nilai UAS ku di atas KKM, melainkan mendapatkan pelukan hangat dari seorang gadis tercantik disekolah. 

"Begitu, aku tidak menyadarinya karena tempat ini telah banyak berubah. Aku sangat senang bisa kembali kesini lagi untuk makan ramen."

"Aku juga sangat senang, kak."

"Oh benar juga, kamu itu bukannya gadis, anak paman yang waktu itu? Dimana dia? Aku ingin sekali bicara dengannya."

Gadis itu perlahan menunduk kebawah dan terlihat murung. Matanya menyipit kebawah seakan menahan sesuatu. Ekspresinya berubah menjadi wajah yang sedih dan sedikit tersenyum kecil.

"Kamu benar, aku anak orang itu. Dia tidak ada di sini, dan kakak tidak bisa berbicara lagi dengannya," gadis itu mengangkat ekspresi murungnya itu sembari memperlihatkan wajah sedihnya di hadapanku. Gadis itu dengan berat melanjutkan kata-katanya. 

"~Ayahku... dia, sudah..."

|| Next Bro! ||

Spoiler VoL 2 - CH.6:  Meskipun adakalanya harus melupakan, kenangan tidak dapat di hapus.

Ingin mengenal saya lebih jauh lagi?

- Facebook : Zoel Zack

- Twitter: Zoel Zack

- Instagram: @zoelzack.z_z

Kunjungi blog:

https://separatetellsahiddenstory.blogspot.com &

https://circledesaigner.blogspot.com

Mohon kirim kritik, saran, dan motivasi lewat kontak email dibawah.

Email: hasannudinpgf@gmail.com

Bussiness: zoelxzack@gmail.com

Konsultasi kalian sangat berarti bagi penulis!

Next chapter