webnovel

Tere Liye ( untuk kamu )

Author: pipipimanimo
Realistic
Ongoing · 75.5K Views
  • 11 Chs
    Content
  • ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Tags
1 tags
Chapter 1BAB I

Paris, Prancis.

08.50 PM

Jam dinding bergerak beraturan namun terasa begitu sangat lambat bagi seseorang laki-laki yang berpakaian semi formalnya. Ia mengenakan kemeja panjang berwarna hitam dengan lengan kemeja yang sudah ia gulung dan celana panjang bahan berwarna merah maroon jangan lupakan sepatu panthople mengkilap senada dengan warna kemejanya. Ia duduk dengan nyaman di kursi kebesarannya, begitu fokus membaca setiap kata dan angka yang tertera di dalam dokumen yang saat ini ia sedang baca. Dan sebuah netra biru yang memperlihatkan berbagai macam grafik.

Leonardo Emerick Heaton.

Anak pertama dan satu-satunya dari Damian Heaton dan Chatrina Heaton. Hampir seluruh dunia mengenal keluarga Heaton. Karena kerajaan bisnis yang di bangun dari nol oleh Philips Heaton kakeknya, dan menjadikan perusahaannya masuk dalam jajaran teratas di dunia fersi Forbes.

Leonardo Emerick Heaton di gadang-gadang akan menjadi penerus kerajaan bisnis keluarga Heaton. Jadi tidak heran jika wajahnya banyak terpampang di majalah-majalah bisnis. Karena di usianya yang masih saat muda yaitu 18 tahun ia sudah di beri tanggung jawab, mejadi CEO di salah satu anak perusahaan keluarganya yang berada di Paris. Ia juga masih menempuh Pendidikan di salah satu sekolah terkenal dan bergengsi di Prancis, bahkan di Eropa.

Sudah dua tahun ia menjabat sebagai CEO Heaton Inc. meski awalnya ia sempat di ragukan. Akibat kecerdasan dan kerja kerasnya sedikit demi sedikit keraguan itu berubah menjadi kekaguman dan rasa segan. Tidak salah memang keputusan Damian memberikan jabatan itu kepada putra semata wayangnya, terbukti Leon memberikan keuntungan berlipat-lipat selama ia menjabat. Dan semakin bertambah pundi-pundi kekayaan keluarga itu.

Orang-orang sangat tau bagaimana eksistensi dan reputasi keluarga itu. keluarga Heaton di kenal sebagai keluarga yang bahagia. Tak jarang keluarga mereka menjadi berita atau topik pembicaraan di kalangan umum. Leon sebenarnya sangat anti dengan media ia tidak suka privasinya menjadi konsumsi publik. Meski sudah menjadi resiko untuk Leon yang terlahir dari keluarga Heaton, di tambah lagi ia memiliki paras yang hampir di katakana sempurna di turunkan dari kedua orang tuanya.

>>>

" Maaf tuan, ada titipan dari nyonya Chatrina. Dan ada beberapa dokumen yang harus anda tanda tangani." Suara dari intercom menghentikan kegiatan Leon sejenak.

" Bawa masuk." Ucapnya datar.

Seseorang pria memasuki ruang kantor Leon, setelah mengetuk pintu. Pria yang tak lain sekertaris sekaligus orang kepercayaan Leon. Felix Wade membawa sebuah box berwarna Hitam yang terdapat sebuah ukiran yang sangat Leon kenal dari mana asalnya, Dan dokumen yang harus ia periksa kembali, sebelum ia tanda tangani.

" Ini beberapa dokumen yang tadi anda minta dan ada beberapa yang harus anda tanda tangani, sebelumnya sudah saya periksa." Felix menaruh dokumen di meja di hadapan Leon. " Dan Ini titipan dari nyonya Chatrina."

" Untuk?" tanya Leon saat Felix meletakkan box ke atas meja kerjanya. Karena tidak mungkin itu untuknya, karena terdapat ukiran butik milik ibu dan sahabat ibunya C&E, yang hanya membuat pakaian untuk wanita.

" Beliau meminta untuk di berikan kepada Sir Ray pada meeting besok. Nyonya dan tuan pukul 5 sore tadi sudah terbang kembali ke Jerman." Jelas Felix.

Leon hanya kembali mengangguk dan tidak memusingkan isi di dalam paper bag itu. " Apa semua sudah siap?"

" Semua sudah siap sir, proposal kerjasama sudah saya periksa dan sempurnakan kembali. Apa anda ingin memeriksanya sir?"

" Tidak, aku percaya kepadamu." Leon yakin kinerja orang kepercayaannya tidaklah di ragukan lagi. " kau bisa keluar."

" Tuan ini sudah pukul 9 malam, apa anda tidak ingin makan malam? Atau saya perlu pesankan dari restoran favorit anda?" tanya Felix mengingat waktu sudah jam 9 malam.

Leon menyenderkan punggungnya di senderan kursi ia cukup lelah, ia melirik jam Rolex di pergelangan tangannya. Jarum pendek menunjuk angka 9 dan jarum panjang penunjuk angka 12. Ternyata sudah larut malam pantas saja perutnya terasa lapar meminta untuk diisi. " Tidak, aku akan pulang, Tolong siapkan mobil." Cukup untuk hari ini, pikirnya.

Felix mengangguk dan undur diri dari hadapan Leon. Sedangkan Leon memutar kursinya menghadap jendela besar yang berada di balik meja kerjanya. Langit malam di kota Paris, begitu indah di tambah Menara Eifel yang menjulang tinggi. Pekerjaan menguras banyak waktunya, untung saja saat ini ia sedang libur sekolah. Jadi waktunya bisa ia habiskan untuk bekerja dan melakukan hobinya.

Memang awalnya ia yang meminta daddynya untuk mulai memberinya tanggung jawab di perusahaan. Sebenarnya kedua orang tuanya tidak menyukai gagasannya itu, mereka takut akan mengganggu studi Leon. Namun bukan Leon namanya jika ia tidak keras kepala, dan pada akhirnya kedua orang tuanya menyetujui keinginannya. Dan itu juga yang membuat kedua orang tuanya bangga dengan pencapaian yang ia raih. Ia sudah belajar bisnis dari junior high school dan kakeknya langsunglah yang menjadi mentornya.

Jadi tidak heran saat ia terjun di usia yang sangat muda ia tidak terlalu kesulitan. Leon memang tidak seperti anak pada umumnya, yang senang menghabiskan uang kedua orang tua untuk bersenang-senang di klub seperti teman-temannya. Ia akan lebih memilih membaca dokumen-dokumen dan saat ia penat ia akan memilih untuk membeli mobil dengan harga fantastis atau liburan singkat. Dan ketika ia memiliki banyak waktu luang ia akan berkutat dengan hobinya.

" Red, kita lanjutkan besok." Leon melepas dasinya dan membuka dua kancing teratas kemejanya lalu beranjak dari duduknya. Mengambil ponsel keluaran terbaru dari apple di atas meja dan mengantonginya.

" Yes sir." Red perangkat pintar yang ia ciptakan sendiri dan masih dalam tahap penyempurnaan, karena Leon akan selalu mengupgrade ciptaannya itu. Seketika netra biru itu mati bersamaan dengan hilang data-data yang tadi di tampilkan.

Leon berjalan menuju pintu, lalu meninggalkan ruang kerjanya. Lampu ruang kerja Leon yang tadinya menyala seketika mati otomatis dan sudah di pastikan Red yang melakukannya. Leon memasuki lift menuju lobi.

Di lobi sudah sangat sepi hanya tersisa para bodyguard dan satpam yang berjaga di malam hari. Jangan tanyakan dimana karyawannya, karena peraturan di perusahaannya hanya boleh lembur sampai jam 7 malam. Jadi para karyawannya sudah pasti berada di rumah masing-masing. Dan saat ia tiba di lobi hujan mulai mengguyur kota Paris, udara yang mulai dingin meningat sudah memasuki musim gugur. Pohon mulai berubah warna daun dan mulai mengugurkan daunnya sedikit demi sedikit.

Bodyguard dan satpam yang berpapasan dengannya di pintu lobi menunduk hormat, yang hanya di jawab anggukan sekilas oleh Leon. Di luar lobi mobil Lykan Hypersport keluaran terbaru. Mobil itu sudah terparkir di depan lobi dengan Felix di samping pintu kemudi. Saat Leon mendekat dengan sigap Felix membuka pintu kemudi.

" Kau bisa kembali dan beristirahat. "Perintah Leon .

" Yes Sir."

Hanya orang-orang tertentu yang Leon percayai untuk membantunya mengurus perusahaan atau masalah yang menyangkut urusan pribadinya, dan salah satunya adalah Felix Wade dan Petta Phills tangan kanan dan orang kepercayaannya. Mobil Leon melaju membelah kota Paris menuju penthousenya, sebelumnya ia singgah untuk makan malam di salah satu restoran favoritnya di kota ini.

***

20/09/30

You May Also Like

DEWASA: Cita, Cinta dan Perselingkuhan.

Sinopsis Cerita 18+ yaa.. Bocah nyingkir dulu. Masa SMAku sudah diujung tanduk. Tinggal menghitung hari saja menjelang tamat. Melihat teman-teman sepermainan kini sudah mulai terasa jauh. Teman-teman yang dulunya setara denganku, tiba-tiba sudah berada di level yang berbeda. Omongan mereka praktis tidak lepas dari kuliah, kuliah dan kuliah. Setiap kali aku menyamperi teman-teman, dimana saja di setiap sudut sekolah, pasti ada saja yang menanyakan soal dimana aku akan kuliah. Cuma bisa aku jawab, "belum tau lagi. Lihat nanti saja." Ekonomi keluargaku terlalu sulit. Tidak mungkin rasanya bisa kuliah. Adikku saja bertiga, dan masih sekolah semuanya. Mamakku bekerja serabutan saja ke ladang orang yang digaji perhari. Meski begitu, jika hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, kami tidak pernah kekurangan. Di belakang rumahku ada sawah, ada sungai kecil juga. Sawah itu selalu kami tanam sepanjang tahun. Jadi, kami tidak pernah membeli beras. Kadang kalau tidak ada uang sama sekali, berasnya bisa kami jual sedikit. Sungai kecil di belakang rumah itu juga banyak ikannya, yang aku tangkap pakai perangkap setiap hari. Sementara untuk sayur-sayuran, di belakang rumah kami itu juga banyak ditanam sama Mamakku. Cuma ya yang satu itu yang sulit bagi kami. Memperoleh uang tunai. Aku sebagai anak tertua tentu menyadari juga posisiku. Setelah tamat SMA, harusnya aku bisa membantu Mamakku mencari nafkah untuk keluarga. Hanya saja, posisiku menjadi sulit saat ini, karena aku memiliki pacar yang terus mendesakku untuk kuliah. Dia bahkan manawarkan uang tabungannya untuk aku pinjam, agar aku tetap bisa melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi. Apakah Cinta tulus ini bisa bertahan sampai akhir...???

Alan_caz13 · Realistic
Not enough ratings
5 Chs