"Medis!" teriak salah satu prajurit yang tengah membopong prajurit lainnya yang tengah terluka.
Terlihat banyak prajurit terluka yang tengah terbaring di kantor penjaga kota. Ryouichi serta Akari yang baru saja sampai pun terlihat terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Bahkan sampai melukai orang sebanyak ini, tidak dapat dimaafkan" ucap Ryouichi sembari mengepalkan tangannya.
"Letnan Dua Ryouichi…" ucap lirih Akari sembari melihat kearah Ryouichi.
Tiba-tiba terdengar teriakan dari seorang prajurit yang tengah merawat prajurit yang tengah terluka parah.
"Tolong medis! Apakah tidak ada seorang pun yang bisa menangani temanku?" teriak salah satu prajurit yang sedang menekan luka dari prajurit lainnya. Nampak darah mengucur dengan deras dari luka di perut salah satu prajurit yang terluka itu.
Ryouichi pun segera berlari dan membantu menenangkan prajurit itu.
"Tolong tenanglah, berteriak tidak akan membantu temanmu yang sedang terluka" ucap Ryouichi yang membantu untuk menekan luka prajurit yang sedang terluka itu dengan kain.
" A-apa yang harus kulakukan? Tidak ada satupun medis yang ada di kantor ini. Kalau begini terus temanku akan mati kehabisan darah" ucap prajurit itu dengan ekspresi gelisah.
Nampak ekspresi Ryouichi kebingungan dengan hal itu. Dirinya merasa tidak dapat berbuat apa-apa melihat hal itu.
Namun tiba-tiba datang sesosok prajurit yang dengan sigap memeriksa kondisi dari prajurit yang tengah terluka itu.
"Harap minggir, biar aku yang memeriksanya" ucap Natsumi yang nampak sigap dan lihai memeriksa seluruh luka dari prajurit yang tengah terluka itu.
"Natsumi?!" ucap Ryouichi yang terlihat terkejut dengan kedatangan tiba-tiba dari Natsumi.
"Biar aku yang memeriksanya, harap minggir terlebih dahulu Letnan Dua Ryouichi" ucap Natsumi dengan nada sopan dan nampak tidak terlalu memeperdulikan Ryouichi yang nampak terkejut. Ryouichi pun langsung berdiri dan menyingkir dari tempat itu.
Nampak Natsumi yang berjongkok memeriksa prajurit itu dan terlihat sudah tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya .
"Baiklah, mari kita lakukan hal ini" gumam Natsumi dengan yakin.
Natsumi pun nampak merapal mantera dan muncul lingkaran sihir kecil di luka dari prajurit yang tengah terluka itu.
"[Skill magic : Heal Wound]"
Setelah Natsumi merapal sihir itu, luka dari prajurit itu pun perlahan mulai menutup dan akhirnya sembuh tanpa bekas luka sama sekali.
"Te-terima kasih atas pertolongannya" ucap teman dari prajurit yang tengah terluka itu dengan wajah yang merasa bahagia .
" Silahkan beristirahat terlebih dahulu, efek dari skill penyembuhan tadi hanya menyembuhkan luka luar saja. Tapi tidak dapat mengembalikan darah yang telah keluar tadi" ucap Natsumi sembari berdiri dan berlari kecil mendekati Ryouichi yang sedang berdiri di kejauhan.
" Letnan Dua Ryouichi, maaf lancang. Namun apakah kau bisa menunjukkan itu padaku?" ucap Natsumi kepada Ryouichi.
Terlihat mata Ryouichi yang tengah menatap dada Natsumi yang memantul karena berlari kecil tadi.
"Letnan Dua Ryouichi?" ucap Natsumi.
Seketika Ryouichi sadar kembali dari lamunannya dan terlihat terkejut ketika melihat Natsumi yang sudah berada tepat di hadapannya.
"Ah, maaf aku tidak bermaksud seperti itu" ucap Ryouichi dengan ekspresi gugup.
"Apa maksud anda Letnan Dua Ryouichi? Lebih baik anda cepat tunjukkan luka anda dan biarkan aku menyembuhkannya. Duduklah di situ" ucap Natsumi dengan ekspresi bingung.
"Ah maaf, baiklah" ucap Ryouichi sembari duduk dan memperlihatkan luka ditubuhnya kepada Natsumi.
Natsumi pun mendekati Ryouichi dan menyembuhkan luka yang berada di dada Ryouichi.
Nampak ekspresi wajah Ryouichi yang memerah karena dirinya dapat melihat dada Natsumi dengan lebih jelas.
"Tahan nafsumu Ryouichi, kau sudah punya Rose" gumam Ryouichi.
"~kyuu?" nampak Reina yang bingung dengan ekspresi Ryouichi.
"Ada apa Letnan Dua Ryouichi? Apa anda tidak nyaman dengan posisi ini ? Saya harap anda dapat menahannya, sebentar lagi akan selesai" ucap Natsumi sembari menyentuh dada dari Ryouichi.
" Ah,tidak apa-apa. Terima kasih dan juga aku benar-benar minta maaf padamu" ucap Ryouichi.
"Minta maaf untuk apa?" ucap Natsumi sembari masih menyembuhkan luka Ryouichi.
"Yah, kau tahu untuk masalah kemarin dan juga karena merepotkanmu untuk menyembuhkan lukaku" ucap Ryouichi.
Nampak Natsumi yang sudah selesai menyembuhkan Ryouichi .
" Anda tidak perlu meminta maaf, bukankah itu hanya sebuah kesalahpahaman saja. Dan itu sudah menjadi kewajibanku untuk menyembuhkan prajurit yang sedang terluka" ucap Natsumi sembari meninggalkan Ryouichi.
"Jadi anda sudah berbaikan dengan Natsumi yah?" ucap Akari yang tiba-tiba mengejutkan Ryouichi.
"Bisakah kau tidak mengejutkan ku seperti itu?" ucap Ryouichi
"Hehe maaf soal itu. Tapi nampaknya Natsumi itu menyukai anda, Letnan Dua Ryouichi" ucap Akari.
" Jangan bercanda denganku, tidak mungkin Natsumi menyukai orang sepertiku" ucap Ryouichi sembari bangkit dari duduknya.
"Hmm…benar juga. Letnan Dua Ryouichi, bukankah anda sebaiknya memakai baju terlebih dahulu ? " ucap Akari sembari menatap dada dari Ryouichi.
" Bisakah kau tidak menatap dadaku seperti itu?" ucap Ryouichi sembari menutup dadanya.
" Yah, aku berbicara seperti itu untuk kebaikanmu juga" ucap Akari sembari melihat sekeliling.
Nampak prajurit wanita yang berada di sekeliling mereka menatap Ryouichi yang sedang bertelanjang dada dengan wajah memerah.
" Ah, nampaknya kau benar" ucap Ryouichi sembari melihat sekeliling.
Tiba-tiba ada seseorang yang melempar baju ke arah kepala Ryouichi.
"Baju?" ucap Ryouichi sembari memegang baju itu.
"Pakailah baju itu, jangan menyebarkan kemesuman mu disini" ucap sesosok prajurit yang berjalan mendekati Ryouichi.
" En-Enzo?!" ucap Akari terkejut.
Ryouichi dan Enzo pun berdiri saling berhadapan, tampak aura tidak menyenangkan diantara mereka.
"Terima kasih atas bajunya" ucap Ryouichi.
"Hmph, ada yang mau kutanyakan padamu" ucap Enzo
"Tentang apa?" tanya Ryouichi.
"Siapa kau sebenarnya? Aku tidak pernah melihat prajurit lain yang memiliki [insignia] sepertiku" ucap Enzo dengan ekspresi serius.
"Enzo, kau tidak seharusnya bersikap seperti itu kepadanya. Letnan Dua Ryouichi adalah orang baik dan juga dia adalah atasanmu" ucap Akari.
"Aku tidak perduli dengan pangkat, persetan dengan semua itu. Yang aku tanyakan adalah kenapa kau memiliki [insignia] itu?" ucap Enzo sembari menatap Ryouichi.
"Aku? Aku hanyalah prajurit biasa yang berasal dari desa sederhana dan memiliki keberuntungan untuk bertahan hidup" ucap Ryouichi dengan santai sembari memakai baju.
"Jangan bohong, kau adalah prajurit biasa? Tidak mungkin. Aku tidak akan mengakui orang sepertimu untuk menjadi atasanku" ucap Enzo sembari berbalik badan dan meninggalkan Ryouichi.
"Maaf tentang itu Letnan Dua Ryouichi, saya harap anda tidak menanggapi perilaku nya secara serius" ucap Akari.
"Tidak apa-apa, aku hanya berharap dapat akrab dengannya" ucap Ryouichi.
Tiba-tiba terdengar suara ricuh dan membuat Ryouichi serta Akari penasaran.
"Ada apa dengan kerumunan prajurit di depan pintu itu? " ucap Ryouichi.
Ryouichi pun bergegas menuju pintu masuk dan melihat Kolonel Ryota serta Kapten Saito yang baru saja datang dan turun dari mobil jeep.
"Kolonel Ryota?!" ucap Ryouichi terkejut.
Kapten Saito dan Kolonel Ryota pun berjalan masuk ke dalam kantor dan bertemu dengan Ryouichi.
"Ah, Ryouichi. Kau baik-baik saja? Aku dan Kolonel Ryota langsung bergegas menuju kesini setelah mendengar kabar kota sedang diserang" ucap Kapten Saito.
"Ah, aku baik-baik saja. Dan juga maaf tentang kemeja milikmu Kolonel, kemeja mu terbakar ketika aku sedang bertarung tadi." ucap Ryouichi.
Ekspresi Kolonel Ryota pun berubah.
"Bertarung? Siapa dengan siapa?" tanya Kolonel Ryota sembari memasang senyuman mengerikan.
"Ah sial, aku baru saja mengatakan hal yang tidak perlu" gumam Ryouichi sembari menutup mulutnya.
"Haaaah, lupakan tentang hal itu. Yang terpenting kau tidak terluka dan kota juga nampaknya tidak terlalu terkena dampak kerusakan yang besar." ucap Kolonel Ryota sembari menghela nafas.
"Ma-maaf, apakah aku bisa mendapat tanda tanganmu Kolonel?" ucap Akari yang tiba-tiba menyodorkan sebuah buku dan meminta tanda tangan dari Kolonel Ryota.
"Ah? Ten-tentu saja" ucap Kolonel Ryota terkejut dan salah tingkah.
Kolonel Ryota pun menandatangani buku itu dan memberikannya kembali kepada Akari.
"Terima kasih Kolonel! Aku akan menyimpannya dan mewariskannya kepada keturunanku" ucap Akari dengan girang dan mata berbinar.
"Ryouichi, apakah itu temanmu? Mengapa nampaknya senang sekali mendapat tanda tanganku?" tanya Kolonel Ryota berbisik kepada Ryouichi.
"Nampaknya dia adalah penggemar beratmu" ucap Ryouichi sembari tersenyum kecil.
"Be-begitukah? Ehem… Ryouichi ada yang perlu ku bicarakan denganmu" ucap Kolonel Ryota
"Ada hal serius apa yang mau kau bicarakan Kolonel?" tanya Ryouichi.
"Kita bisa membicarakan hal itu di ruangan tunggu, ikutlah denganku" ucap Kolonel Ryota sembari berjalan ke arah ruang tunggu diikuti oleh Ryouichi .
Ryouichi dan Kolonel Ryota pun akhirnya sampai di ruang tunggu.
"Lalu apa yang ingin kau bicarakan denganku Kolonel?" tanya Ryouichi penasaran.
"Hal yang ingin kubicarakan denganmu adalah tentang serangan teroris hari ini. Nampaknya para teroris itu sudah memulai pergerakan mereka, aku takut mereka tengah merencanakan sesuatu yang berbahaya" ucap Kolonel Ryota dengan ekspresi serius.
"Berbahaya? Sebenarnya siapa teroris itu? " ucap Ryouichi.
"Mereka adalah sebuah organisasi pendukung Demon. Nama dari kelompok itu adalah [Black Rope], mereka bermaksud untuk menyerang kota dan menghancurkan pemerintahan yang ada. Sudah lama pemerintah berusaha untuk membereskan para teroris itu,namun selalu saja gagal. Dan dicurigai bahwa ada orang didalam pemerintahan yang membantu pergerakan dari teroris itu,namun belum diketahui siapa orang itu" ucap Kolonel Ryota.
"Orang didalam pemerintahan membantu pergerakan teroris itu? Mengapa bisa menjadi seperti itu? " ucap Ryouichi.
"Aku juga tidak mengetahui alasan dibalik keterlibatan orang didalam pemerintahan itu. Oleh karena itu, mulai hari ini aku akan mencabut masa pembebasan tugasmu dan memberimu misi untuk memberantas kelompok teroris itu" ucap Kolonel Ryota.
" Huh? Tunggu sebentar. Apa baru saja anda memberiku misi untuk memberantas kelompok teroris itu, Kolonel Ryota?" ucap Ryouichi dengan ekspresi terkejut.
"Apakah pendengaranmu menjadi buruk setelah pertarungan mu tadi? Perlukah aku mengulangnya kembali?" ucap Kolonel Ryota.
"Kesampingkan hal tentang pencabutan pembebasan tugasku, apa kau serius mengirimku seorang diri untuk memberantas kelompok teroris ini? Apa kau sudah gila,Kolonel Ryota?" ucap Ryouichi.
"Apa kau sudah lupa dengan lencana yang kuberikan padamu?" ucap Kolonel Ryota sembari membakar rokok miliknya.
"Jangan-jangan…" ucap Ryouichi.
"Ya benar, kau dan pasukan milikmu lah yang akan memberantas kelompok teroris itu" ucap Kolonel Ryota.
"Tapi aku belum sama sekali menemukan orang yang cocok untuk pasukan milikku" ucap Ryouichi.
"Wah, pot bunga ini bagus sekali. Aku harus menaruhnya di ruangan milikku" ucap Kolonel Ryota sembari memperhatikan pot bunga yang berada di meja.
"Jangan mengalihkan pembicaraan seperti itu!" ucap Ryouichi.
"Yah, intinya kau sudah diberi misi langsung oleh Jendral untuk memberantas kelompok teroris itu. Sisanya aku serahkan padamu Ryouichi, aku memberimu waktu sebanyak 2 hari untuk merekrut anggota awal dari pasukanmu. Setelah itu, aku harap kau bisa melaporkannya kepadaku" ucap Kolonel Ryota sembari berdiri dan berjalan meninggalkan Ryouichi yang tengah dilanda kebingungan.
Kolonel Ryota pun berjalan keluar kantor penjaga kota dan berniat kembali ke markas provinsi Timur.
"Apa tidak apa-apa jika anda tidak memberitahunya tentang hal itu?" tanya Kapten Saito yang menunggu Kolonel Ryota di luar kantor penjaga kota.
"Anak itu tidak perlu mengetahui tentang fakta bahwa kelompok teroris itu ikut terlibat atas kehancuran desa serta kematian adiknya, dia sudah cukup menderita sejauh ini. Aku tidak ingin memberinya beban pikiran yang lebih besar lagi kepadanya" ucap Kolonel Ryota.
"Baiklah kalau anda berkata seperti itu" ucap Kapten Saito.
Kolonel Ryota dan Kapten Saito pun meninggalkan pusat kota provinsi.
"Apa yang harus ku lakukan dengan misi ini dan apa-apaan dengan batas waktu selama dua hari itu? Kolonel Ryota semakin menggila dari hari kehari" ucap Ryouichi sembari memegang kepalanya.
"~kyuu?" terlihat Reina yang terlihat bingung dengan tingkah Ryouichi.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
"Maaf Letnan Dua Ryouichi, apa saya boleh masuk?" ucap Akari dari balik pintu.
"Masuklah" ucap Ryouichi
Akari pun masuk kedalam ruang tunggu dan melihat Ryouichi yang tengah bingung dengan suatu hal.
"Ada apa denganmu Letnan Dua Ryouichi? Mengapa anda terlihat sangat depresi?" tanya Akari.
" Mulai hari ini, aku sudah bisa bertugas kembali " ucap Ryouichi.
"Bukankah itu adalah berita yang bagus? Kenapa anda malah terlihat depresi seperti itu?" tanya Akari
"Yang menjadi masalah adalah aku diberi misi untuk memberantas kelompok teroris yang menyerang kota hari ini dan aku harus membuat pasukan ku sendiri. Aku bingung untuk merekrut anggota untuk pasukan ku" ucap Ryouichi sembari menghela nafas.
"Kalau anda tidak keberatan, saya bersedia untuk menjadi anggota pasukan anda. Saya harap anda bisa kembali ceria" ucap Akari.
Ryouichi pun terkejut dan menatap Akari.
"Bisakah kau mengulangi perkataanmu yang tadi?" ucap Ryouichi
"Saya harap anda bisa kembali ceria" ucap Akari sembari memiringkan kepalanya ke kanan.
"Bukan yang itu, tapi yang sebelum itu" ucap Ryouichi.
"Kalau anda tidak keberatan, saya bersedia untuk menjadi anggota pasukan anda" ucap Akari sembari memiringkan kepalanya ke kanan.
Ryouichi pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Akari. Ryouichi pun menggenggam erat tangan Akari dengan erat.
"Aku tidak dapat memberimu apa-apa, namun kau mendapat rasa terima kasih ku sebesar-besarnya" ucap Ryouichi dengan mata berbinar-binar.
"Ah, ma-maaf Letnan Dua Ryouichi. Saya senang anda berterima kasih kepada saya, namun bisakah anda melepaskan tangan saya? Saya takut akan ada yang salah paham ketika melihat hal ini" ucap Akari dengan wajah memerah.
"Ehem… Saya tidak tahu bahwa anda adalah pria yang suka bermain perempuan, Letnan Dua Ryouichi" ucap Natsumi yang ternyata sedari tadi berdiri didepan pintu dan melihat semuanya.
"Ah, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku hanya terlalu senang karena sesuatu"ucap Ryouichi sembari melepaskan genggaman tangannya pada tangan Akari.
"Jadi hal apa yang membuat anda terlihat senang sampai bertingkah seperti itu?" tanya Natsumi sembari berjalan ke arah Ryouichi.
"Ah, benar juga. Apakah kau mau bergabung dengan pasukan baru milik Letnan Dua Ryouichi ?" tanya Akari sembari menepuk kedua tangannya.
"Pasukan baru?" tanya Natsumi penasaran.
"Ah, sebenarnya aku telah bisa bertugas kembali dan menerima misi untuk memberantas teroris. Yang jadi masalahnya adalah aku masih belum bisa mengumpulkan anggota untuk pasukan baruku. Aku berharap kau bisa bergabung kedalam pasukan milikku, namun tampaknya itu adalah hal yang mustahil bukan" ucap Ryouichi sembari menggaruk kepalanya dan tertawa kecil.
"Aku tidak keberatan untuk bergabung dengan pasukan milikmu" ucap Natsumi.
"Haha…benar juga, mana mungkin kau mau bergabung dengan pasukan milikku" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil namun dirinya menyadari ada hal yang aneh.
"Bi-bisakah kau mengulangi kata-kata mu tadi?" ucap Ryouichi.
"Aku tidak keberatan untuk bergabung dengan pasukan milikmu" ucap Natsumi.
"Apakah kau benar-benar tidak keberatan untuk bergabung? Bagaimana dengan adikmu , siapa yang akan menjaganya?" ucap Ryouichi
"Adikku sudah kenal dengan semua prajurit di kantor ini, sudah pasti akan ada yang menjaga nya jika aku tidak ada" ucap Natsumi santai.
"Ah, aku senang Natsumi mau bergabung dan menemaniku" ucap Akari sembari memeluk Natsumi.
"Kau terlalu dekat, menjauhlah" ucap Natsumi kepada Akari.
"Hee… Tapi aku masih ingin memelukmu" ucap Akari kecewa.
"Jadi, setelah ini apa yang akan anda lakukan?" ucap Natsumi.
"Masih ada seseorang yang ingin aku rekrut. Akari, Natsumi, apa kalian bisa memberitahuku informasi tentang Enzo?" ucap Ryouichi.
"Enzo? Jangan-jangan anda ingin merekrut nya?" tanya Akari.
"Ya, lagipula aku tertarik dengannya" ucap Ryouichi.
Setelah Akari dan Natsumi memberitahu segala informasi tentang Enzo dan alasan dari tingkah tidak sopan Enzo kepada atasan, Ryouichi pun menemui Enzo yang tengah bersantai di atap kantor penjaga kota.
"Apa yang kau lakukan diatas sini? Tentu kau tidak berniat untuk ikut bersantai denganku kan?" tanya Enzo.
"Bergabunglah dengan pasukan milikku" ucap Ryouichi.
"Hmm… Aku tidak tertarik untuk masuk di pasukan milik siapapun. Jika kau tidak ada keperluan lain, kau bisa pergi. Kau mengganggu waktu santai ku" ucap Enzo.
"Sepertinya benar perkataan dari Akari bahwa kau adalah orang yang pengecut. Kau bahkan tidak dapat menyelamatkan temanmu yang mati dan terus bersedih seperti anak-anak. Sungguh orang yang sangat pengecut" ucap Ryouichi.
Enzo pun yang tadinya tenang, berbalik badan dan menatap Ryouichi dengan tajam. Aura membunuh pun dirasakan oleh Ryouichi.
"Apa kau bilang tadi?" ucap Enzo dengan nada dingin.
"Aku bilang... Kau adalah orang pengecut yang bahkan tidak bisa menyelamatkan temannya" ucap Ryouichi.
"Tarik kembali ucapanmu!" teriak Enzo.
"Jika kau ingin aku menarik ucapanku, maka bertarunglah denganku. Jika kau menang aku akan bersujud dan minta maaf kepadamu. Namun jika aku yang menang, maka kau harus bergabung dengan pasukan milikku" ucap Ryouichi.
"Kau yang meminta duel ini, jangan salahkan aku jika aku membunuhmu secara tidak sengaja" ucap Enzo.
"Tentu saja" ucap Ryouichi.
Enzo dan Ryouichi pun saling mendekati satu sama lain hingga keduanya saling berhadapan dengan jarak satu meter, mereka berdua pun bersiap untuk duel penentuan nasib.