Zayn memencet bel kamar Felix dan Ivi. Mereka yang sedang tertidur pun merasa terganggu.
"Ihh siapa sih malam-malam? Gak tahu apa orang istirahat?" gerutu Ivi
"Sudah kalau males gak usah dibukain hon.."
"Nanti pegawai hotel takutnya.."
"Yaudah deh yuk kita buka." mereka pun berjalan membuka pintu.
"Hai.. Sorry ganggu.." ucap Zayn dengan senyum tak berdosa.
"Ngapain lo malam-malam gini ganggu kita aja?!" ketus Felix
"Sans bro.. Kali ini gue serius pengen balikin tas Livia.. Nih.." ucapnya menyodorkan tas itu. Felix mengambilnya dan menyerahkan pada Ivi. Kemudian menarik Ivi berniat untuk menutup kembali pintu tanpa berterimakasih pada Zayn.
"Nih hon.. Hpnya ntar disedekahin aja ya sekalian tasnya juga soalnya tas dan hp kamu sudah gak steril lagi tuh." ucapnya menatap sinis Zayn.
"Iya hon sans.. Aku cuma mau ambil data-data aja di hp kok. Yuk.." ucap Ivi. Zayn panas mendegar ucapan mereka.
"Gak tahu terimakasih ya lo berdua!" ketusnya
"Kayak ada suara tapi gadak orangnya. Hon, aku takut. Ayo buruan masuk..." ajak Ivi pura-pura panik dan menarik tangan Felix.
Mereka menutup pintu dan ketawa dengan kencang dibalik pintu membuat Zayn kesal.
"Sialan!! Gagal lagi gue!" kesal Zayn dan balik ke kamarnya.
Sementara Ivi dan Felix sudah cekikikan di kamar mereka.
"Hahahah..."tawa mereka
"Honey honey.. Kamu lihat kan tadi muka si Zayn sudah merah padam? Hihih... Aku tadi sudah tahan tawa banget hihih..." ucap Ivi
"Lagian kamu ada-ada aja sih Hon.. Bisa banget manasi orang hahah..." ucap Felix
"Ya siapa suruh dia ganggu tidur kita. Syukurin..." ucap Ivi
"Hahah dasar kamu ya..." ucap Felix mencubit pipi Ivi.
"Duhh perut aku sakit ngetawain dia hahah..."
"Sudah honey sudah stop.. Perut aku juga sakit hahah..."
Mereka terus tertawa hingga kembali terlelap.
.......
Keesokkannya, Calvin menghubungi Felix melalui VC.
"Woi kak... Sudah di airport belum?" ucap Calvin.
"Ni, lagi otw. Masih di taxi kita..." ucap Felix sembari menunjukkan wajah Ivi juga di layar hp.
"Wiss mantap.. Kayaknya ntar lagi gue sudah punya ponakan nih.." candanya
"Bacot lo vin... "
"Hahahh kapan lagi kak lo kasih mama sama papa cucu?"
"Meneketehe... Sabarlah gile apa.."
"Doain donk vin..." sambung Ivi
"Of course kak ipar.."
"Thanks.. Doain juga supaya kakak kamu gak gila di laut mulu.. Yakali dia lebih sayang laut daripada aku.." sindir nya menatap sinis Felix
"Honey.... Sudah donk.." ucap Felix menatap Ivi.
"Iya kak kayaknya lo sudah harus pensiun dari laut deh. Gak kasihan apa lo sama istri lo?"
"Diam lo! Lo gak bakal paham.. Sudah ah gue tutup."
Felix menutup sambungan.
Ivi sedang asyik dengan handphone nya. Ia memindahkan beberapa file dari hp lamanya ke hp yang baru tanpa mempedulikan ekspresi Felix yang kesal.
"Relivia... "
"Hmm.." tanpa menatap lawan bicaranya.
"Lihat aku donk.."
"Aku lagi pindahi file di handphone honey.."
"Nanti di rumah kan bisa ..."
"Gak bisa.. Kalau sudah di rumah, sudah males."
"Ya Allah... Istri hamba lebih sayang handphone daripada hamba."
"Ya Allah.. Suami hamba lebih sayang laut dari pada hamba.." sindir Ivi balik. Kemudian mereka saling menatap.
"Kok kamu gitu?" tanya Felix
"Kamu duluan sih..."
"Terserah deh.." putus Felix dan menyandarkan tubuhnya di jok lalu memejamkan matanya.
"Gitu aja marah.. Yaudah bodo amat!" kesal Ivi dan kembali fokus pada file di hpnya. Mereka terus diam hingga tiba di bandara. Mereka berjalan sejajar tanpa berniat membuka obrolan layaknya tidak saling kenal. Mereka pun memasuki pesawat mereka setelah selesai diperiksa. Mereka duduk bersebelahan. Felix tetap bungkam. Ia memilih untuk tidur disepanjang perjalanan.
"Ngeselin banget sih jadi suami kok jutek banget.. Posesif lagi.. Au ah.." gerutu Ivi yang masih bisa didengar oleh Felix. Felix hanya tersenyum namun Ivi tidak mengetahui itu. Ivi pun ikut tidur.
...
Tadi malam, setelah menghabisi nyawa Sasha, Alfi memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Kini ia sudah berada di rumahnya. Alfi sedang menikmati sarapan bersama kedua orangtua nya dan adik perempuannya. Saat sedang makan, Alfi sempat melamun.
'Gimana caranya gue pisahin mereka ya? Kalau gue jelek-jelekin profesi si captain itu pasti gue kena juga karena gue juga sailor meskipun belum jadi captain. Gue harus gimana donk?' Batin Alfi
Keluarga Alfi menatap heran padanya yang melamun saat sarapan. Mereka saling memandang.
"Alfi.. Apa yang sedang kamu lamunkan?" tanya Rini, Ibu Alfi.
"Hmm gapapa bu.." ucapnya.
"Kalau kamu ada masalah dengan pekerjaan kamu, ceritakan pada ayah nak.. Ayah siap mendengarnya." ucap Rudi, ayah Alfi.
"Hmm... Tidak ada ayah.. I'm well.."
"Kak, nanti temeni aku ke rumah temen aku ya di komplek Asri?" ucap Shena, adik Alfi.
"Ngapain?" tanya Alfi
"Iya jadi beberapa minggu lalu dia nikah tapi aku gak bisa datang karena aku ada tugas ngajar di pedesaan. Jadi, hari ini dia pulang dari honey moon dan aku pengen ketemu dia. Anterin ya.." ucap Shena lembut.
"Oh... Ok." ucap Alfi singkat.
.....
# Rumah Ivi
Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya keduanya tiba di kediaman Ivi.
"Assalamualaikum pak bu..." ucap Ivi sembari membuka pintu. Bapak dan Ibu Ivi menyambut keduanya. Ivi langsung berhambur memeluk orangtuanya. Sementara Felix, ia langsung duduk di sofa setelah menyalin kedua mertuanya itu.
"Yasudah, kalian istirahat di kamar sana. Kalian pasti capek banget.." ucap Veni
"Iya bu.." ucap Ivi
"Yaudah pak bu.. Saya ke kamar dulu. Permisi." pamit Felix
"Iya nak.. Nanti kalau lapar, langsung saja makan ya di meja makan sudah disiapkan ibu tadi." Ucap Ben
"Terima kasih pak.." ucap Felix
Mertuanya hanya mengangguk. Felix dan Ivi pun beristirahat di kamar.
Saat di kamar, Felix langsung menghempaskan tubuh di kasur dan tidur.
Ivi merapikan pakaian yang bersih dan merendam beberapa pakaian kotor. Ia juga menata oleh-oleh di meja kamar. Setelah selesai semua, Ivi memutuskan untuk membersihkan diri. Ia menatap kesal pada Felix yang tidur dengan nyenyak.
"Ngeselin banget sih jadi suami!" gerutunya.
Ia pun menemui ibu dan bapaknya.
"Lho vi, gak tidur?" Tanya Veni
"Gak bu.. "
"Makan sana vi.. Sudah lama kan kamu gak cicipi masakan ibumu?" ucap Ben
"Iya pak nanti aja tunggu Felix.."
Ting Nong.. Ting Nong..
Bel rumah Ivi berbunyi.
"Siapa ya yang bertamu?" tanya Ivi
"Ibu bukain ya..." ucap Veni saat akan bangkit.
"Gak usah bu.. Biar aku aja.." ucap Ivi dan langsung menuju pintu. Ia menemukan teman lamanya saat mengajar les dulu.
"Ivi.... Isshhh gue rindu.." ucap teman lama Ivi dan langsung memeluknya.
"Hey Shena... Gue juga..." balas Ivi. Mereka melerai pelukan tersebut.
"Sama siapa kesini?" tanya Ivi
"Sama abang gue... Rumah lo yang sekarang bagus ya vi.." ucap Shena
"Alhamdulillah.. Gak susah kan cari alamat gue?" ucap Ivi
"Ya lumayanlah hahah..."
"Eh tadi katanya lo sama abang lo. Mana? Suruh masuk aja.. "
"Oh iya bentar tadi dia masih parkirin mobil.." tak lama muncul seorang lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Alfi. Ivi menatap ke dalam rumahnya sebelum ia mengetahui siapa abang dari Shena.
"Vi, itu abang gue.." ucap Shena menyenggol lengan Ivi agar Ivi melihat. Ivi tersadar dan melihat ke arah orang yang berjalan ke arah keduanya. Ia terkejut melihat Alfi begitupun Alfi.
'Jadi, teman Shena adalah Ivi? Ya Lord.. Dunia begitu sempit ternyata.' Batin Alfi
"I-itu abang lo?" tanya Ivi tak percaya.
"Iya... Kenapa sih vi?" tanya Shena heran.
Alfi kini sudah berada di hadapan mereka.
"Hai vi..." sapa Alfi tanpa gugup.
Ivi hanya diam tak membalas.
"Yaudah masuk yuk na.." ajak Ivi.
"Gue gak vi?" tanya Alfi sengaja.
"Yaudah sekalian!" ketus Ivi
Shena menautkan alisnya bingung atas apa yang terjadi. Ia seolah mengatakan 'Ada Apa?' namun Alfi hanya membalas dengan mengendikkan bahu.
Mereka pun masuk ke rumah Ivi. Shena menyalin kedua orangtua Ivi.
"Hai tante, om..." sapa Shena. Dulu sewaktu masih ngajar les, Shena sering datang ke rumah lama Ivi.
"Eh Shena ternyata... Sini duduk.." ucap Veni
"Makasih tante.."
"Sama siapa tuh nak?" tanya Veni
"Ini kakaknya Shena tante.." ucap Shena dan memperkenalkan Alfi.
Alfi menyalim keduanya.
"Hai om, tan.. Saya Alfi.."
"Oh...yayaya silahkan duduk nak." ucap Veni
"Hmm aku siapin minuman dulu ya.. Permisi." pamit Ivi
Mereka berempat berbincang-bincang saat Ivi ke dapur membuatkan minuman.
"Shena sekarang kerja dimana?" tanya Veni
"Di SMA Harapan tante.. "
"Oh... Syukurlah.. Itu sekolah lumayan terkenal ya.?"
"Iya tan heheh alhamdulillah.."
"Gak lanjut S2 na?" tanya Ben
"Gak om.. Pusing kepalanya kalau lanjut S2 lagi heheh... "
"Hahah iyaya.. Kamu sudah ada calon donk?" tanya Ben
"Nah itu dia om... Belum heheh"
"Hahah sabar... Jodoh sudah diatur sama Allah kok.."
"Hm iya om.."
"Nak Alfi kerja dimana?" tanya Veni
"Saya nautika tan..." ucap Alfi
"Lho, berarti 1 alam donk sama menantu om.." ucap Ben
"Menantu om nautika juga?" tanya Alfi berbasa-basi.
"Dia sudah captain nak. Itu dia lagi istirahat di kamar soalnya tadi juga baru sampai di rumah." ucap Ben
"Oh.. Begitu yayaya om.."
"Kamu sepertinya kenal deh sama dia.." ucap Veni
"Menantu om siapa namanya?" pura-puranya.
"Namanya itu Felix Devanno.." ucap Veni
"Oh.. Felix saya kenal tan. Dia sering dipanggil Mr. Captain.." pura-pura puji Alfi
"Iya.. 1 kampus tempat Ivi ngajar sudah kenal tuh sama dia." tambah Ben
"Hmm yayaya om.."
Sementara di lain sisi, setelah selesai membuat minuman dan menambah cemilan, Ivi ke kamarnya untuk membangunkan Felix.
"Hon... Bangun.. Ada temen ngajar aku dulu di lesan datang.." ucap Ivi menggoyangkan badan Felix pelan.
"Hmm kamu aja deh yang temuin. Aku capek." ucapnya masih merem
"Tapi di luar juga ada Alfi hon... Gimana donk?" panik Ivi. Felix terkejut mendengarnya dan langsung duduk.
"Apa?! Alfi?! Ngapain dia?" ucap Felix panik
"Isshhh jadi dia itu kakaknya temen aku hon.."
"Sialan tuh orang! Dia sudah tahu rumah kamu. Itu berarti nanti saat aku gak ada, dia bakal sering kesini dengan alasan adiknya itu. Argh!!" gerutu Felix
"Sudah sudah.. Kamu tenang jangan emosi... Mending kamu cuci muka terus kita temui mereka." ucap Ivi menenangkan
"Yaudah kamu tunggu aku ya bentar.." Felix pun membersihkan wajahnya dan mengganti pakaian.
"Yuk.." ajak Felix menggenggam tangan Ivi.
"Ke dapur dulu ya ambil minuman.. Tadi sudah aku buat kok. Tinggal ambil aja." ucap Ivi
"Yaudah.." ucap Felix dan mereka pun ke dapur.
"Yuk.." ajak Ivi setelah mengambil nampan yang berisi cemilan dan minuman. Mereka pun menemui orang-orang di ruang tamu.
Ivi menyajikannya di atas meja kemudian duduk disebelah Felix.
"Diminum!" dingin Felix dengan tatapan tajamnya kearah Alfi. Ivi menyenggol lengan Felix.
"Jangan gitu donk. Ada temen aku di sebelah dia. Gak enak..." ucap Ivi berbisik
"Lix, Alfi ini ternyata nautika lho.." ucap Ben
"Iya pak saya tahu.." ucap Felix
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Ben
"Sudah.. Dia kan mantan temen kuliah saya pak.." ucap Felix menekan kata mantan temen.
'Sepertinya hubungan mereka tidak baik-baik saja...' Batin Ben
"Hmm silahkan diminum nak Alfi, nak Shena.. Itu makanannya dicicipi juga. Itu oleh-oleh dari honey moon Ivi dan Felix." ucap Ben
"Iya pak makasih..." ucap Shena
"Terima kasih pak.." ucap Alfi melirik Felix
Felix menggandeng lengan Ivi.
"Aku pengen banget ngehajar mantan kamu itu hon.." ucap Felix pelan
"Ssttt... Kamu tahan emosi donk di depan bapak dan ibu.." ucap Ivi pelan
"Iyaiya... Ngeselin tuh orang!" kesalnya
"Vi, itu suami kamu?" tanya Shena
"Hmm iya na.. Ini suami aku.." Ivi menyenggol lengan Felix kode untuk kenalan dengan Shena. Namun Felix hanya menyebutkan namanya tanpa ingin berjabat tangan.
"Felix!" ucapnya dingin
"Ah oh iya kak aku Shena.." gugup Shena karena ucapan dingin Felix.
'Ya Allah.. Suami Ivi dingin banget. Kok bisa sih Ivi nikah sama dia?' Batin Shena
"Na, maaf ya dia emang gitu orangnya." ucap Ivi segan.
"Iya gapapa..." ucap Shena.
"Hm vi, aku dengar kamu resign ya dari kampus?" tanya Alfi namun bukannya Ivi yang menjawab, Felix justru memotong ucapan Ivi.
"I-"
"Kepo lo!" jawab Felix ketus. Ivi berbisik pada Felix.
"Honey, jaga sikap ya. Jangan kelihatan banget.. Gak enak sama Shena dan orangtua aku." bisik Ivi
"Iyaiya maaf.. Bawaannya tuh mau marah aja kalau lihat muka dia!" bisik Felix
"Harus ditahan donk.."
"Iyaaa.."
"Hm yaudah kalau begitu kita mau pulang deh vi.." ucap Shena.
"Ah.. Iya na.." ucap Ivi
Shena mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya (kado).
"Ini kado pernikahan dari gue buat kalian ya.. Happy Wedding.. Sorry waktu itu gak bisa datang karena gue ada tugas di pedesaan." Shena menyerahkan kotak itu.
Ivi menerimanya.
"Thanks ya na.. Repot-repot segala.." ucap Ivi
"Heheh no problem lah... Yaudah gue pamit ya.." Shena bangkit dan menyalim orangtua Ivi yang diikuti oleh Alfi.
"Om, tan, kita pamit ya.." ucap Shena.
"Iya om tan.. kita pamit dulu." ucap Alfi
"Iya hati-hati.." ucap Veni.
"Vi, gue pamit ya.. Kak.." ucap Shena pada Ivi dan Felix.
"Iya na.." ucap Ivi dan Felix hanya diam.
"Vi, gue pamit. Lix.." ucap Alfi menatap kedua insan itu. Alfi berdiri tepat di sebelah Felix.
"Gak usah sok baik lho banci!" ucap Felix pelan. Alfi hanya tersenyum smirk.
"Sans bro.. Next time gue bakal kesini lagi saat lo berlayar." ejeknya.
"Awas kalau lo sampai berani!" ancam Felix namun Alfi hanya tersenyum smirk.
"Kak, ayuk.." ajak Shena dan menarik Alfi.
Mereka pun pulang.
.
.
.
.
.
Hai guys... Ini part terpanjang aku dari 8 part sebelumnya. Semoga ceritanya semakin seru dan menarik buat kalian baca. Happy Reading guys.. :)