webnovel

Part 10

Siang itu Calvin mengunjungi sang kakak di rumah Ivi. Saat mobilnya akan masuk ke halaman rumah, ia tak sengaja berpapasan dengan mobil seseorang yang baru saja kuar dari halaman rumah Ivi.

"Siapa ya yang bertamu?" gumam Calvin dan keluar dari mobil. Pintu rumah Ivi terbuka dan Calvin langsung masuk sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum.... " ucapnya sedikit teriak

Di waktu yang bersamaan, di perjalanan pulang, Shena bertanya-tanya dalam hatinya ada hubungan apa antara kakaknya dengan temannya. Shena pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Kak, kakak kenal sama temen aku?" tanya Shena ragu.

"Mantan." singkatnya

"Ha? Maksudnya?" tanya Shena terkejut

"Ck dasar lola! Dia mantan pacar aku Shena!"

"Oh my God.. Pantesan sikap kak Felix tuh dingin banget sama kakak. Ternyata Ivi itu mantan kakak... Duhhh.. Bisa berabe nih."  ucap Shena menepuk keningnya pelan.

"Apanya yang berabe? Kamu gak usah mikir yang enggak-enggak deh! Aku gak mungkinlah CLBK sama Ivi..,," ucapnya terjeda.

"Syukurlah" ucap Shena

"Kecuali dia masih ada rasa sama aku." ucap Alfi dengan senyum smirk

"Kak! Gak boleh gitu! Jangan ganggu pernikahan mereka! Gimanapun Ivi itu temen dekat aku.. Kakak jangan aneh-aneh deh!" ucap Shena sedikit teriak.

Mereka pun tiba di rumah. Alfi tak menggubris ucapan Shena dan langsung masuk ke kamar. Sementara Shena masuk ke rumah dengan muka yang kesal.

"Na, ada apa? Kok muka kamu kusut gitu?" tanya Rini, ibunya.

"Kak Alfi bu..." ucapnya sedikit merengek.

"Ada apa lagi sih?" tanya Rini

"Ish! Ternyata dia itu mantan pacarnya Ivi bu.."

"Ha? Tapi kenapa kamu kesel sampai segitunya? Kan mereka sudah mantan lagian."

"Masalahnya bu, kak Alfi itu mau rebut Ivi kembali dari tangan kak Felix. Aku gak mungkin biarin kakak hancuri rumah tangga Ivi. Ivi itu teman dekat aku bu.."

"Apa?! Gak mungkin Shena.. Kakak kamu bukan orang yang seperti itu. Dia pasti hanya bercanda.." ucap Rini menenangkan

"Dia gak bercanda bu.. Dia serius. Aku takut nantinya kalau terjadi sesuatu di pernikahan mereka, aku jadi terlibat juga."

"Yasudah.. Nanti Ibu akan bicara pada Alfi ya.. Kamu sholat lalu istirahat."

"Baik bu. Aku ke kamar dulu.." Rini mengangguk.

Calvin masuk ke rumah Ivi dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum..." Calvin menyalami orang tua Ivi. Disana hanya ada orangtua Ivi.

"Waalaikumsalam nak Calvin.. silahkan duduk." jawab mereka

"Iya pak bu.. Btw kak Felix sama Ivi dimana ya?" tanya Calvin.

"Oh... Mereka lagi sholat kayaknya di kamar."

"Ohyayaya bu... Yang tadi datang siapa?"

"Oh.. Temennya Ivi dulu waktu ngajar les." jawab Ben

"Hmm yayaya pak.. Saya boleh numpang sholat pak bu?"

"Oh tentu boleh. Musholla nya berada di sebelah sana ya.." tunjuk Veni

"Ah iya baik bu." Calvin pun melaksanakan sholat.

Ivi dan Felix baru selesai sholat. Ivi kemudian sedikit merapikan diri di depan cermin dan Felix duduk di tepi ranjang.

"Vi, kok aku gak tenang ya nanti ninggalin kamu?" ucap Felix. Ucapan itu sontak memberhentikan tangan Ivi yang sedang merapikan hijabnya. Ia ikut duduk di samping Felix.

"Gak usah khawatir hon.. Tapi kalau kamu emang takut, menurut aku lebih baik kamu resign deh dan kerja di perusahaan Papa kamu atau nanti kita bangun usaha." ucap Ivi tenang sembari memeluk lengan Felix.

"Aku sih pengen resign hon.. Cuma aku masih ada tanggungjawab disana. Banyak hal yang belum aku selesaikan dan kalau aku resign gitu aja, nantinya aku dicap tidak profesional atau bahkan lari dari tanggungjawab." ucap Felix

"Ya terserah kamu aja..." ucap Ivi pasrah dan bangkit dari duduknya.

"Maaf ya.." ucapnya saat Ivi bangkit.

Ivi menoleh ke arahnya " gak apa-apa.." Felix bangkit dan berdiri dihadapan Ivi.

"Maaf karena aku belum bisa penuhi keinginan kamu saat ini. Masih banyak hal disana yang harus aku urus.. Maaf.. Tapi aku janji, nantinya aku pasti akan resign. Maaf karena aku belum bisa jadi suami yang selalu bisa di sisi kamu dan menjaga kamu selalu. Maaf.." ucapnya dalam. Ivi mengambil tangan Felix dan menggenggam nya.

"Aku ngerti kok.. Gak apa-apa.. Ini sudah resiko aku yang menikah dengan seorang Captain, jadi aku harus terima resiko apapun itu," Ivi menjeda ucapannya dan meletakkan tangan kanannya di dada Felix.

"Yang perlu kamu tahu, aku slalu disini untuk kamu karena aku cinta kamu tanpa tapi. Maaf juga karena aku belum bisa jadi istri yang terbaik buat kamu. Maaf.." ucapnya pilu. Felix memeluk Ivi kuat.

"Kamu gak pernah salah honey.. Kamu sudah jadi istri yang luar biasa buat aku. Aku juga cinta kamu tanpa tapi. Aku percaya bahwa kamu slalu ada di hati aku. Love you so much.." ucapnya diakhiri dengan mengecup kening Ivi.

"Love you more..."

Sedari tadi, ada seseorang yang tak sengaja mendengar obrolan mereka. Orang itu merasa kasihan pada pernikahan kedua insan itu yang slalu terhalang oleh jarak.

"Kasihan gue lihat pernikahan mereka. Gue gak yakin semuanya akan baik-baik saja kedepannya saat Felix pergi nanti. Gue akan selalu jagain Ivi supaya hubungan mereka tetap baik-baik saja." Gumam Calvin dan meninggalkan tempat itu.

"Yaudah yuk kita makan siang dulu. Kamu pasti lapar.." ajak Ivi

"Iya nih tahu aja kamu.." mereka pun berjalan ke dapur. Saat berjalan ke dapur, mereka menangkap sosok yang menghubungi mereka pagi tadi sebelum take off.

"Lho, itu si Calvin hon.." ucap Ivi

"Ngapain tuh bocah yak?" tanya Felix. Calvin melihat ke arah mereka dan langsung menyapa.

"Woi kak... What's up?" Felix dan Ivi menghampiri nya.

"Ngapain lo kesini? Wah... Numpang makan lo ya?" tanya Felix meledek.

"Sialan lo! Gue gak semisqueen itu keles. Hai kak ipar.. Gimana honey moon nya.?"

"Kepo ya vin..." ledek Ivi

"Oh.. Kak ipar sekarang sudah berani ya.."

"Bacot lo vin! "

"Vin, sudah makan siang belum?" tanya Ivi

"Ciee kak ipar gue perhatian banget.." ledek Calvin

"Ihh lebay lo! Honey lain kali kamu gak perlu tanyain gitu ke dia ntar dia baper!"

"Maksud aku tuh kalau belum, kita makan sama-sama. Kebetulan aku dan Felix juga belum makan. Eh kamunya sudah baper aja vin hahah.." ucap Ivi

"Hahah ooppsss... " ledek Felix

"Ih bomat.. Kuylah makan. Laper gue!" ucap Calvin

"Yaudah yuk.." Mereka pun makan siang.

"Kak, tadi bonyok lo titip pesan ke gue katanya ada urusan di luar. Pulangnya ntar malam." ucap Calvin

"Ohyaya.." ucap Ivi

"Lo gak ngantor vin?" tanya Felix

"Cuti lah! Emang lu aja yang bisa cuti? Gue juga keles." ucapnya songong

"Sumpah ya vin... Lo tuh alay banget!" ucap Felix. Kini mereka sudah berada di ruang tv.

"Btw kak, pas tadi gue datang, gak sengaja tuh papasan sama mobil yang baru keluar dari sini. Siapa tuh?" tanya Calvin

Felix dan Ivi saling pandang.

"Lo ingat Alfi gak?" tanya Felix

Calvin mencoba mengingat dan mengangguk.

"Iyaya ingat gue. Kenapa? Jangan-jangan dia yang datang ya?" tanya Calvin

"Yups.."ucap Ivi

"Ngapain dia?" tanya Calvin

"Dia datang sama temen aku. Jadi, dia kakaknya temen aku." ucap Ivi

"Gawat donk?"

"Ya begitulah... " ucap Ivi

"Gue takut aja ntar ninggalin Ivi. Lo tahu sendiri kan, binik gue mantannya banyak banget? Kalah gue.." sindir Felix. Ivi menyenggol lengannya.

"Apa sih? Gak banyak ya.. Kamu tuh gak usah ngarang deh.." ucap Ivi tak terima

"Iyaiya.. Sudah ya jangan ngambek..." bujuk Felix. Calvin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.

"Kak ipar lo tukang ngambek ya?"

"Ih... Gak! Enak aja.." ucap Ivi

"Eh vin, lo tahu gak? Pas honey moon kemarin tuh, kita ketemu sama 2 mantan pacarnya si Ivi. Dua-duanya ngerusuhin honey moon kita. kesel gue!"

"Hahah sedih banget nasib lo berdua. Sabar kak sabar .." ucap Calvin

"Sudah sabar banget gue. Kesel banget rasanya tuh disana kita mau seneng-seneng eh malah diganggu. Si Zayn noh yang paling menganggu..."

"Zayn siapa?"

"Namanya Zayn Alvasya Rean." ucap Ivi

"Noh, dia ingat nama lengkap nya tuh.." sindir Felix

"Yakan dia mantan aku jadi aku tahulah. Lagian, Ya ingatlah kan aku belum tua." Bela Ivi

"Aku gak suka ya kamu ingat-ingat mantan-mantan kamu itu.. Itu tandanya kamu masih sering mikirin mereka."

"Ya Allah hon.. Gak gitu.."

"Eh sudah donk kok berantem sih kalian?" Ucap Calvin

"Kakak kamu tuh." ucap Ivi

"Hmm dia dokter bukan sih?" tanya Calvin

"Iya dia dokter vin.. Sekarang dia tugas di Aussie.." terang Ivi

"Terus aja terus... Semua tentang dia kamu tahu ya.." kesal Felix

"Cemburuan banget sih.. Kan aku cuma jelasin.."

"Ya aku gak suka lah.. Kamu tuh istri aku. Jadi, jangan ingat cowok lain selain aku."

"Hmm.."

"Sudah jelas... Dia dokter di Rumah Sakit gue waktu itu. "

"What?!" ucap Ivi tak percaya

"Iya.. Tapi dia kan sudah dipindah tugas sama bokapnya kesana. Lo tenang aja kak." ucap Calvin

"Huuh.. Syukur deh."

"Sama aja masih ada si Alfi.!" kesal Felix

"Dia kan kerjanya kayak kamu juga, jadi dia gak akan bisa ganggu aku Lix.." ucap Ivi

"Tetap aja aku gak tenang. Dia tuh licik!"

"Jadi aku harus gimana?" pasrah Ivi

"Kamu gak boleh keluar rumah sendirian. Harus sama ibu atau bapak kalau gak ada aku. "

"Mereka kan punya urusan sendiri. Gak mungkinlah aku ngerepotin mereka terus."

"Ya kalau mereka lagi sibuk, kamu gak usah keluar! Simple.."

"Gak semudah itu.. Kalau aku ada urusan mendesak gimana?"

"Wakilkan aja.. Atau-"

"STOP!" Ucap Calvin menengahi.

"Jangan ribut mulu kalian! Ntar aku usahain buat bantu awasi dan antar jemput kak ipar."

"Nah itu lebih bagus..." ucap Felix

"Iya.."

"Tapi jangan macem-macem ya lo! Awas lo berani deketin binik gue! Habis lo!" ancam Felix

"Yaelah kak segitunya lo.."

"Huss sudah-sudah.." ucap Ivi sambil cengengesan melihat tingkah keduanya.

.

.

.

.

.

Yeay.. Sudah 10 part alhamdulillah.. Happy reading :)

Next chapter