webnovel

Omong Kosong

Leo melihat wanita paruh baya yang baru saja melesitkan mobil dengan cepat di depannya, masih membuatnya sangat penasaran, "Siapa sebenarnya wanita itu, kenapa aku merasa sangat mengenalnya, dan apa yang di lakukan nya disini?" Dalam hati Leo penasaran dengan wanita paruh baya yang baru saja di lihatnya.

Namun karena sedang menunggu seseorang ia memutuskan untuk diam dan memilih tidak terlalu memedulikannya, "Mungkin hanya perasaanku saja". Leo mendengus bingung, wanita paruh baya itu sudah pergi dan ia kembali fokus untuk melihat satu per satu murid yang keluar dari pintu gerbang sekolah.

Tidak lama menunggu banyak teman-teman kelas yang di kenalnya keluar dari gerbang, begitu juga dengan Karin yang keluar dari gerbang menoleh ke semua arah, "Apakah dia sudah di halte? Aku harus cepat". Karin berlari ke arah halte berharap bisa menemukan Leo di sana.

Sementara Leo terlihat mengintip di balik pohon, "Dasar gadis aneh, kau membuat ku menjadi seperti pencuri!". Dalam hati Leo sedikit lega melihat Karin berlari ke arah halte bus.

Terlihat beberapa gadis berbisik membicarakan Leo, bahkan sebagian memberi senyuman menggoda kepadanya, namun Leo seperti biasa tidak peduli sama sekali, sampai akhirnya sebuah mobil mewah berhenti di dekatnya, perlahan kaca depan mobil mulai terbuka.

"Apakah kamu mengingatku?" Suara lembut Niza terdengar begitu anggun, sambil membuka kaca mata hitam yang di kenakannya, "Aku rasa di sini bukan tempat menunggu bus, kenapa kamu tidak ikut dengan ku saja? Aku akan memberi mu kesempatan untuk meminta maaf, dengan begitu mungkin saja kita bisa berteman setelahnya".

Sambung Niza dengan senyum penuh percaya diri, "Sekarang dia tidak mungkin menolak". Dalam hati sambil tersenyum lebar seakan menggoda Leo, sebenarnya Niza mulai penasaran dengan Leo, hanya saja ia tidak bisa mengungkapkannya secara langsung.

Leo perlahan melangkah ke arah Niza, menyandarkan kedua tangannya di pintu mobil Niza lalu menatapnya dengan senyuman tipis.

"Mana mungkin aku lupa dengan gadis Populer yang baru belajar berbicara" Leo tersenyum lebar membalas senyuman Niza, Mmm aku akan mengajari mu berbicara jadi kamu harus ingat baik-baik, jika ingin meminta sesuatu harus menggunakan kata-kata yang sopan! Hal seperti itu pasti tidak di ajarkan dalam keluargamu!. Dan satu lagi kamu tidak perlu penasaran, karena aku tidak memiliki sesuatu yang spesial, kamu hanya akan membuang tenaga". Ucap Leo dengan ringan menatap Niza dengan tajam dan langsung membalikkan badan melangkah ke tempat semula, tanpa menunggu tanggapan Niza.

Mendengar perkataan dari Leo, Niza menjadi Geram, bagi Niza pelajaran tentang sopan santun dalam keluarga adalah pelajaran yang sudah sangat ia kuasai, tentu saja ia tidak menerima jika ada orang lain merendahkannya dalam hal tersebut, dengan segera ia membuka pintu mobil dan langsung keluar menghampiri Leo.

"Apakah sedikit pujian dari para murid perempuan membuatmu menjadi sombong, berani sekali kamu berkata seperti itu terhadap ku?" Dengan ekspresi kesal, Niza menatap dingin Leo yang sudah bersandar di bawah pohon.

Leo membalas tatapan Niza lalu mendekat kearahnya, kini mereka berhadapan satu sama lain dengan jarak yang cukup dekat, saling memberi tatapan yang tajam.

"Ucapan mu harusnya kau arahkan kepada dirimu sendiri, kau menjadikan kepopuleran mu sebagai tameng pelindungmu dan tanpa sadar membuatmu merasa menjadi orang paling penting, hingga tidak ada yang akan berani melawan atau pun membantah mu". Jelas Leo dengan dingin sambil sedikit menjongkokan badan membuat wajahnya semakin dekat dengan Niza.

"Lalu bagaimana denganmu, apa kamu pikir sikapmu sudah begitu baik? Apakah kamu tidak pernah berlindung di balik wajahmu?" Niza sedikit gugup karena wajahnya Leo semakin dekat dengannya, membuat pipinya sedikit memerah dan jantungnya mulai berdetak dengan cepat.

Leo melihat perubahan Niza yang tiba-tiba menjadi sedikit aneh, jadi ia kembali meregangkan tubuhnya dan mundur bersandar kembali di pepohonan.

"Aku dengar namu mu Niza, aku akan memberimu satu saran, semua pujian yang kau dapatkan bukan untukmu, tapi kepada kecantikan dan kekayaan yang kebetulan menempel pada dirimu, jika suatu saat kamu kehilangan itu maka segala pujian itu pun akan lenyap dari mu". Leo melembutkan suaranya, memberi saran tanpa menatap lansung ke arah Niza. ia melakukan itu karena ikut merasa aneh setelah melihat pipi Niza yang tiba-tiba berubah, mungkin jika murid laki-laki lain yang melihat dari jarak sedekat itu akan langsung pingsan karena kecantikan Niza.

"Apa kamu pikir a ... aku peduli dengan omong kosong mu". Niza menjadi gugup dan ikut melembutkan suaranya, terlihat sedikit malu namun tetap menyangkal perkataan Leo, ia tahu betul kenapa Leo meregangkan tubuh, mundur dan bersandar di pepohonan, terlebih Leo berbicara tanpa melihat ke arahnya, karena merasa semakin aneh Niza memilih untuk langsung pergi.

Dengan terburu-buru Niza memutar sedikit tubuhnya untuk segera masuk ke dalam mobilnya, tapi ia tidak memperhatikan sekitar, kaki kanannya terpeleset oleh lubang yang cukup rendah dan licin hingga membuat pijakannya tidak sempurna.

"Aaaa". Teriak Niza sambil memejamkan kedua matanya, merasakan tubuhnya goyah dan akan segera tumbang, Leo yang mendengar sedikit teriakan Niza dan melihatnya akan terjatuh, spontan membuatnya tergerak menangkap tubuh Niza dengan cepat.

 

 

Next chapter