webnovel

Pria Bodoh

Leo dengan cepat menangkap tubuh Niza yang segera jatuh, sedangkan Niza masih menutup mata belum sadar berada di pelukan Leo, namun Leo terdiam sesaat melihat wajah manis Niza Yang memejamkan mata dengan kuat karena takut, dan hanya tersenyum tipis menatap wajah Niza.

"Huh, Kau ingin tidur disini, kenapa kau tidak memakai matamu dengan benar?" Ucap Leo dengan ringan kepada Niza sambil meniup ke arah mata Niza yang masih tertutup dengan kuat.

Niza mendengar suara Leo begitu dekat dengannya, ia pun membuka mata dengan perlahan dan begitu terkejut hingga sesaat membuat setengah kesadarannya hilang, matanya yang tadi tertutup kini melotot melihat wajah Leo yang begitu dekat, wajahnya memerah dengan cepat dan ketika ia tersadar sepenuhnya.

Niza memberontak sekuat tenaga agar terlepas dari pelukan Leo, "Lepaskan aku, lepaskan". Teriak Niza yang terus memberontak dengan keras.

Leo yang merasa tidak nyaman dengan sikap Niza akhirnya melepaskannya begitu saja hingga Niza terjatuh ke tanah, "Aakw" teriak Niza spontan karena jatuh dengan cepat, namun ia langsung berdiri, menatap Leo dengan kesal.

"Dasar pria bodoh" Teriaknya lagi kepada Leo dengan keras, seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar di tempat umum, Niza dengan cepat melepaskan tas sekolah kecil yang berada di punggungnya, lalu menggunakannya untuk memukul Leo sambil berteriak.

"Pria bodoh, kamu berhak mendapatkannya, ini ... ini, rasakan ini". Sesaat Niza merasa begitu gembira dengan tingkahnya tersebut namun ia kembali tersadar bahwa yang sedang ia lakukan itu benar-benar konyol dan memalukan.

"Apa yang aku lakukan?" Ucap Niza dengan suara pelan dalam hati seakan membisikkan diri sendiri, seketika ia merasa sangat malu, dan langsung berlari ke arah mobil kemudian melesitkan mobil dengan cepat.

Sedangkan Leo menjadi sedikit heran, "Apakah dia sungguh si gadis Populer nomor 1 di sekolah, sungguh luar biasa". Ucap Leo sedikit mencibir, "Huuu, semoga aku tidak bertemu lagi dengan kucing sialan itu". Sambung Leo menghela napas sambil menggelengkan kepala, kemudian fokus kembali ke tujuan awalnya.

Beberapa menit telah berlalu akhirnya murid yang di tunggu-tunggu oleh Leo keluar dari gerbang sekolah, di ikuti oleh beberapa siswa dari belakang, yang sepertinya sangat ingin menyapanya.

Beberapa siswa lain yang menggunakan mobil mewah melirik dan menyapanya, namun murid tersebut tidak menghiraukan mereka, dan murid yang di tunggu-tunggu oleh Leo ternyata adalah Lira, teman satu kelas yang sebelumnya ia peluk ketika berada di dalam kelas.

Lira keluar dari gerbang sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, kemudian sedikit menepi menuju ke ujung sekolah sebelah kiri, sedang Leo dengan sigap bersembunyi di balik pepohonan, tidak menunggu lama Taksi berhenti di depan Lira dan ia bergegas untuk naik.

Leo dengan cepat mencari Taksi untuk mengikuti Lira, "Pak ikuti Taksi yang di depan". Ucap Leo dengan cepat memberi tahu sopir Taksi yang di naikinya untuk mengikuti Lira, "Baik". Jawab sopir Taksi mengangguk dan langsung bergegas mengikuti permintaan Leo.

"Apakah itu benar-benar kamu?" Ucap Leo penuh tanya pada dirinya sendiri, memegang erat telapak tangannya dengan tidak sebaran.

Sekitar 15 menit waktu telah berlalu, akhirnya Lira masuk ke sebuah perumahan elite yang cukup terkenal di daerah tersebut dan berhenti di sebuah rumah 2 tingkat yang cukup besar dan megah.

"Aku turun disini pak" Ucap Leo dengan cepat menghentikan Taksi yang di naikinya tersebut, selesai membayar Leo pun segera bersembunyi, ia melihat rumah Lira terlihat sepi dan memutuskan untuk mengawasi Lira sedikit lebih lama.

Lebih dari setengah jam Leo mengawasi tempat tinggal Lira, Mobil merah tiba-tiba melintas di samping Leo, dan berhenti di depan gerbang rumah Lira, mobil tersebut sama persis dengan yang di lihat Leo di depan gerbang sekolah, dan benar saja wanita paruh baya dengan mengenakan topi yang sama keluar dari mobil, berdiri di depan pintu mobil bagian depan.

"Lira, cepat nak!" panggil wanita paruh baya itu dengan suara yang cukup keras, "Ia mah, tunggu". Suara Lira yang membalas panggilan wanita tersebut.

Sementara Leo semakin penasaran "Sepertinya aku sangat mengenal suara itu, apakah itu benar-benar dia?". Ucap Leo dalam hati setelah mendengar suara wanita paruh baya tersebut, dengan rasa penasaran yang begitu besar bercampur rasa sedikit gugup yang datang tiba-tiba Leo memberanikan diri untuk mendekati wanita paruh baya itu.

Leo berjalan beberapa langkah, namun angin tiba-tiba saja berembus dengan cukup deras, membuat debu dan dedaunan kering terangkat lalu membuat topi wanita paruh baya itu terlepas, Leo begitu kaget hingga membuatnya harus menutup mata.

Next chapter