webnovel

Wanita Misterius

Di sisi lain Geral masih menunggu Beni dan Rian untuk menemukan rekaman suara yang hilang, "Apa yang sedang mereka lakukan, kenapa belum memberi ku kabar? Kalau sampai mereka tidak menemukannya aku harus mencari cara lain, Ah ... Sial". Geral mengamuk kesal di dalam ruangan khususnya.

Selang beberapa lama, Beni dan Rian kembali dengan wajah lesu sambil menekuk wajahnya, "Geral maaf, kami tidak bisa menemukan rekamannya, kami sudah periksa di semua tempat, Tapi tetap saja kami tidak bisa menemukannya". Jelas Rian dengan lemas dan sedikit gugup ketakutan berharap Geral tidak akan murka kepada mereka berdua.

"Ah ... Sudahlah biarkan saja, aku akan menemukan cara lain untuk menyingkirkannya dan mendapatkan perhatian lebih dari Niza". Geral menggerakkan gigi dengan kesal, mendengar itu Beni dan Rian merasa lega, "Kami pasti akan selalu membantumu Geral". Kata Beni dengan semangat, "Mmm, Baiklah". Geral menjawab dengan singkat.

Sementara Niza tidak terlalu mengharapkan Geral kembali, dia justru berpikir tentang Leo "Kenapa Geral menyebutnya sampah buangan?" Pikir Niza sambil memainkan ujung rambutnya, semakin penasaran dan ingin mencari tahu lebih banyak tentang Leo.

Setelah beberapa mata pelajaran usai, bel pulang telah berbunyi, setiap lorong sudah di penuhi oleh murid-murid yang berhamburan keluar dari ruang kelas, di parkiran hingga depan gerbang sekolah sudah di penuhi oleh mobil-mobil mewah yang berjajar menunggu tuannya.

Sementara Leo terlihat dengan cepat membereskan perlengkapan belajarnya, ingin cepat keluar dari sekolah, "Aku harus cepat keluar dan memastikannya sendiri". Leo dalam hati, dengan buru-buru memasukkan semua perlengkapan belajarnya ke dalam tas.

"Leo apakah kamu benar-benar akan pulang sendiri". Tanya sandi, ingin memastikan kembali tawaran sebelumnya untuk mengajak Leo pulang bersama, "Ya aku akan pulang sendiri". Jawab Leo singkat tanpa menoleh ke arah sandi hanya fokus membereskan peralatan belajarnya, lalu beranjak keluar dengan cepat, sandi hanya mengangkat kedua alisnya, tidak berkata apapun lagi.

Sementara Karin yang mendengar percakapan mereka langsung tersenyum tipis, berharap bisa pulang bersama Leo dengan menggunakan bus seperti saat berangkat sekolah sebelumnya.

Leo dengan cepat beranjak dan bergegas keluar ruangan sambil menoleh singkat ke arah Lira, memastikan lira belum keluar dari ruang kelas.

Namun ketika membuka pintu, Leo tidak menyangka hampir setengah murid yang berada di kelas biasa dan menengah sudah berkerumun di depan kelas Leo hingga memenuhi lorong di dekat kelasnya.

"Aaaaaa ... Leo ... Leo".

"Lihatlah dia benar-benar tampan".

"Aku pikir hanya rumor belaka, dia melebihi pikiranku".

"Kita benar-benar beruntung bisa melihatnya, tidak sia-sia kita menunggu disini".

Suara  Sorakan dari para siswi yang berkerumun terkagum-kagum saat melihat Leo secara langsung. "Sungguh merepotkan". Dalam hati Leo menjadi malas dan terus berjalan melewati mereka dengan santai tanpa menghiraukan kerumunan yang terus memujinya, para murid pun memberikan jalan kepada Leo seperti seorang pangeran yang berjalan di karpet merah.

Kini Leo menjadi populer dalam satu hari, sementara Lira yang melihat kepopuleran Leo semakin bingung, "Siapa sebenarnya dia?" Dalam hati Lira penuh tanya semakin penasaran dengan Leo, sedangkan sandi terlihat semakin khawatir dan Karin hanya tersenyum tipis lalu teman-teman kelas Leo hanya bisa bengong melihat keadaan itu.

Kejadian itu dengan cepat merambah ke seluruh sekolah termasuk kelas elite dan pihak sekolah, Geral yang mendengar kabar itu semakin geram, "Tunggu saja, kamu boleh bersenang-senang sekarang". Geral menggenggam erat tangannya lalu tersenyum licik, sedang kan Niza semakin penasaran dengan Leo, ia terlihat semakin bersemangat.

"Kemana dia? Kenapa belum keluar?" Gerutu Leo terus fokus menatap kearah gerbang, berdiri menunggu di bawah pepohonan pinggir jalan yang berada di pojok ujung sekolah, dengan teliti melihat satu persatu murid yang keluar dari gerbang sekolah.

Rasa penasaran bercampur cemas bersabar menunggu di balik pohon, tanpa sengaja mata Leo mengarah ke mobil warna merah, dengan seorang wanita paruh baya memakai topi yang menutupi sebagian wajahnya di dalam mobil.

Leo terus memperhatikan wanita paruh baya itu, "Sepertinya dia tidak begitu asing". Pikir Leo semakin memperhatikan wanita paruh baya tersebut.

Beberapa saat kemudian Leo melihatnya mengangkat telepon, kemudian berhenti beberapa detik lalu menelepon lagi dan menutupnya dengan senyum tipis yang begitu anggun, setelah selesai, wanita paruh baya itu memasang kaca mata hitam lalu melesatkan mobilnya dengan cepat ia terlihat begitu terburu-buru.

Mobil merah itu melesat di depan Leo hingga membuatnya bisa melihatnya lebih jelas dan dekat, walaupun hanya sebagian yang terlihat membuat jantung Leo tiba-tiba bertetak cepat dan membuatnya sedikit merasakan sakit di kepalanya, dalam ingatannya terlintas akan sesuatu yang samar, tapi itu berakhir tidak lama, membuat Leo semakin penasaran dan kebingungan dengan wanita paruh baya yang baru saja di lihatnya.

Next chapter