webnovel

Salah Kenan

Ara menepikan mobilnya lalu segera berjalan ke tempat dimana Dariel dan Jay sedang duduk sambil mengobrol.

"Kakak..." Jay kaget.

"Jay...ampun deh kamu.."

"Udah jangan diomelin.." Dariel berdiri dan menenangkan Ara.

"Kak Dariel telepon kakak?"

"Ga sengaja dari siang kakak kamu nyariin jadi daripada khawatir kakak kasih tahu."

"Kenapa nih mobil?" Ara langsung menghadapkan badannya untuk melihat apa yang terjadi.

"Ayo pulang.." Ara menarik tangan Jay.

"Ga mau!!"

"Kamu kenapa sih?orang serumah tuh nyariin kamu tahu, kalo sampe besok kamu belum ditemuin mommy mau lapor polisi."

"Ra..tenang.." Dariel lagi-lagi menegurnya.

"Aku mau ikut kak Dariel aja.."

"Katanya dia takut Daddy marah ." Dariel menjelaskan ketakutan Jay lalu melihat adiknya itu.

"Jay..." Ara dengan suara lembut mendekati adiknya lalu memeluknya.

"Please...pulang ya. Kasian mommy, dia khawatirin kamu karena ga ada kabar dari pagi."

"Daddy pasti marah sama aku Kak.."

"Daddy ga marah.."

"Kenapa kakak tahu?"

"Denger, Daddy pernah bilang dia ngasih kesempatan kita satu kali salah. Kay udah pake waktu itu, kakak juga udah kalo kamu kan belum pasti Daddy maafin." Ara melepaskan pelukannya lalu meletakkan kedua tangannya di pundak Jay.

"Aku banyak lakuin kesalahan ga cuman satu kak. Aku pukulin Kay, aku marahin Daddy terus kabur gitu aja dan sekarang aku rusakin mobilnya."

"Ya udah ga papa nanti kita jelasin."

"Aku takut.."

"Ada kakak oke, kakak bakalan bantuin kamu."

"Ga cuman Daddy kak, Kay sama mommy juga marah sama aku dan kakak juga kan?"

"Engga, kakak ga marah."

"Bohong."

"Kakak ga bohong." Ara membuat Jay diam sejenak dan belum menjawab.

"Jay, kakak tahu kamu lagi ada disituasi yang ga kamu suka, ini ga enak kan?kamu sedih terus marah disaat yang sama. Ga papa. Kakak ngerti yang lain juga pasti ngerti tapi bisakan nanti setelah kamu tenang kita omongin baik-baik?Nanti dirumah kakak yang ngomong sama Daddy deh."

"Janji.."

"Iya janji..."

"Mobil aku gimana kak?"

"Mau ga mau harus di derek nih bawa kerumah."

"Ah...aku stress mikirin ekspresi Daddy kalo tahu." Jay memandang mobilnya.

"Aku ada temen yang suka ngederek, aku telepon dulu.." Dariel menawarkan bantuan lalu menjauh dari Jay dan Ara.

"Kak, Kak Dariel baik dia nemenin aku sambil dengerin cerita aku. Aku tadi sempet takut dia jahat."

"Iya mukanya emang kaya orang jahat." Ara senyum-senyum sendiri.

"Kenapa dia kenal kakak?"

"Dia...temen kakak." Ara bingung untuk menjawabnya tidak lama Dariel balik lagi.

"Dia udah oke nanti kesini, kamu ajak Jay makan dulu aja biar aku yang tungguin mobilnya."

"Kamu belum makan?"

"Belum kak.."

"Tuh di mobil kakak ada burger makan sana.."

"Kok ada burger?"

"Banyak nanya, makan aja sana.."

"Iya Kak..." Jay berjalan menuju mobil kakaknya.

"Sama adik sendiri galak banget."

"Kenapa?ilfil?"

"Engga, udah biasa digalakin." Dariel sambil tersenyum.

"Aku telepon mommy dulu." Ara mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi orang yang ada dirumahnya.

***

Kenan beranjak naik ke kamarnya lalu melepaskan dasinya disusul kancing kemejanya. Pantulan dirinya yang lelah tampak terlihat di depan cermin ditambah ekspresi wajah yang muram.

"Mas..Jay udah pulang tuh.."

"Iya biarin aja.." Kenan dengan lesu dan terus membuka bajunya.

"Mobilnya Mas?"

"Udah Mas suruh Pak Kahar yang urusin."

"Mas..jangan gitu dong." Jesica menghampiri Kenan dan berdiri di depannya.

"Mas cape sayang, Mas mandi dulu ya terus tidur." Kenan mencium pipi Istrinya sebentar lalu pergi ke kamar mandi sementara Jesica pergi keluar kamar dan melihat Ara baru naik tangga.

"Mom.."

"Udah selesai diluar?"

"Udah, sama Pak Kahar.."

"Mom..bilangin dong sama Daddy jangan marahin Jay dulu."

"Siapa yang mau marahin sih?orang Daddy lagi mandi."

"Ya kali aja, Jay butuh waktu sendiri Mom. Dia takut sama Daddy, dia udah ngerasa bersalah cuman dia lagi ga bisa kontrol emosi dia mom."

"Mommy ngerti sayang, ini kejadian pertama buat dia jadi dia ga tahu caranya bersikap gimana. Makasih kakak udah ngerti."

"Daddy gimana?"

"Daddy biar mommy yang urus. Kakak istirahat aja ya udah cape daritadi keliling-keliling. Kay udah pulang?"

"Udah, ada di kamarnya."

"Ya udah, kakak masuk kamar." Perintah Jesica dituruti Ara sementara Kenan sebenarnya masih memikirkan perkataan Jay tadi pagi. Jay menyalahkannya dan tentu saja itu betul, karena dia Jay jadi seperti itu, Kenan merasa Jay berhak membencinya. Semua perkataan Jay menyadarkannya tentang kesalahan fatal yang dia lakukan akibat tidak berhati-hati. Gara-gara dia hidup Jay sejak kecil banyak mengalami kesulitan. Perasaannya seperti sakit sekarang atau bahkan dia merasa sedih dan marah pada dirinya sendiri.

"Mas belum tidur?" Jesica yang merasakan Kenan gelisah di tempat tidurnya memandang suaminya.

"Mungkin Mas tidur kepagian jadi kebangun, kamu tidur lagi aja."

"Mas mau kemana?" Jesica melihat Kenan menyingkap selimutnya dan duduk dipinggir ranjangnya.

"Mas ke bawah aja bikin minum dulu.."

"Itu ada gelas disitu, ga usah ke bawah." Jesica menunjukkan gelas di atas meja mereka namun Kenan malah diam dan menundukkan kepalanya dengan kedua tangan memegangi kepalanya sendiri.

"Mas..kenapa sih?"Jesica kini mendekati suaminya mengusap dengan sayang punggungnya.

"Engga, ga papa."

"Aku tahu Mas lagi banyak pikiran. Ga biasanya Mas kaya gini."

"Coba aja dulu Mas nurut sama kamu ga berantem di mobil mungkin ga gini.."

"Mas udahlah ga papa."

"Coba aja dulu kalo Mas ga marah mungkin Jay baik-baik aja."

"Mas...Jay ga sengaja ngomong gitu."

"Tapi Jay bener kok ini salah Mas.."

"Mas, dia ga maksud gitu sayang..."

"Kamu tidur lagi aja ya, Mas cuman pingin bikin kopi nanti Mas ke atas." Kenan tak mengomentari perkataan istrinya lagi dan memilih untuk tetap membuat minuman. Kenan menyiapkan minumannya dengan perlahan dengan pikiran yang entah kemana bahkan dia tak sadar dengan apa yang dia masukan ke dalam minumannya.

"Sini aku bikinin.." Jesica yang sudah ada disampingnya langsung mengambil alih gelasnya.

"Kenapa bangun?Ga papa Mas bisa kok."

"Ini yang disebut bisa?emang enak susu tambah garem tambah lada?mas mau ngeracik apa sih?" Jesica menenteng gelas itu lalu membuangnya membuat Kenan tersadar.

"Mas mau kopi susu aja."

"Ya udah Mas duduk aja, aku bikinin.." Jesica membuat Kenan menurut lalu dengan gesit membuatkan kopi susu yang diinginkan Kenan tadi. Mata Jesica sejenak melihat ke arah jam yang menujukkan pukul 2 malam.

"Nih, mau sekalian makanannya?Mas belum makan kan kemarin."

"Engga ga usah.." Kenan mulai menyeruput minumannya lalu melamun lagi.

"Mas katanya mau ke atas.."

"Oh iya ayo..." Kenan lalu mengambil cangkir kopi susunya dan kembali ke kamar.

***To be continue

Next chapter