webnovel

Nasihat Dariel

Sejak pagi Kenan tak keluar kamarnya dia memilih untuk tetap berdiam diri berbaring ditempat tidur. Terkadang matanya terpejam dan benar-benar tidur tapi terkadang dia hanya melamun memikirkan anaknya. Dilain tempat Ara sudah rapi akan pergi menemui Dariel.

"Kak.." Jay melihat Ara keluar dari kamarnya.

"Kenapa?"

"Kakak mau kemana?"

"Mau pergilah, hang out."

"Aku ikut."

"Ikut?apaan sih udah dirumah aja.."

"Please kak.."

"Kenapa sih harus ikut?"

"Aku pingin ikut kakak aja."

"Jay, kakak ada janji sama temen."

"Aku diem di mobil aja ga papa."

"Jay, Daddy ga akan marah lagian dirumah ada Mommy juga."

"Kak..." Jay dengan wajah polosnya memohon.

"Ampun deh, ya udah buruan siap-siap."

"Aku udah siap."

"Kalo bukan karena kamu lagi sedih ga akan kakak ajak." Ara menggerutu pelan.

"Kenapa kak?"

"Bukan apa-apa, udah kita bilang mommy dulu." Ara lalu menemui ibunya di dapur.

"Mom, aku pergi ya sama Jay."

"Mau kemana?"

"Jalan-jalan aja.."

"Tumben bareng Jay?"

"Dia masih takut sama Daddy." Bisik Ara di telinga ibunya.

"Coba kasih tahu kak ga usah gitu."

"Iya-iya, Daddy mana?daritadi aku belum liat."

"Daddy lagi ga enak badan, lagi istirahat aja."

"Sakit?"

"Engga, kemarin ga bisa tidur jadi cape aja."

"Oh..ya udah aku pergi dulu."

"Mana Jay nya?"

"Tuh dia udah di depan." Ara berjalan bersama Jesica.

"Jay mau kemana?"

"Ikut kakak mom."

"Mommy tanya kenapa ikut Kakak?"

"Ya pingin aja aku bosen dirumah, ini kan weekend."

"Biasanya juga sama Muel.."

"Dia kan pergi sama pacarnya aku engga." Jay membuat suasana tegang lagi.

"Ya udah, jangan malem-malem pulangnya Kak."

"Iya engga.." Ara memeluk ibunya sebentar lalu pergi bersama Jay. Didalam mobil Jay hanya berdiam diri melihat jalannya yang ramai.

"Engga main games?lumayan loh perjalanannya."

"Engga, aku ga mau main hp.."

"Kenapa?"

"Hm...ga papa." Jay diam lagi dan sudah beberapa hari ini tepatnya setelah dia putus dari Tiara dia sama sekali tak menyalakan ponselnya.

"Jay kakak minta kamu janji ya.."

"Janji apa?"

"Jangan kasih tahu Daddy sama mommy soal temen kakak."

"Temen kakak yang mana?"

"Yang ini, kalo kamu kasih tahu kakak ga akan pernah ajak kamu lagi, kakak ga akan bantuin kamu lagi."

"Jangan kak, iya aku janji ga akan bilang."

"Kalo sampe Daddy sama mommy tahu kamu pelakunya."

"Iya engga, lagian kenapa ga boleh?"

"Udah jangan banyak tanya nurut aja."

"Iya kak.."

"Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh disana."

"Iya kak.." Jay menurut lagi dengan semua permintaan Ara. Setelah setengah jam berlalu mereka pun akhirnya sampai di sebuah rumah berwarna putih dan ketika Ara membunyikan klakson seseorang membuka gerbangnya dengan cepat sepertinya Jay familiar dengan wajah itu. Wajah yang baru saja kemarin dia temui dan menolongnya. Lelaki itu tampak tersenyum ramah saat mereka keluar dari mobil.

"Kak Dariel..." Jay memanggilnya saat Dariel berjalan ke arah mereka.

"Aku bawa dia ga papa kan?dia masih takut sama Daddy."

"Nanti dia..."

"Engga kok, aku udah bilang sama dia jangan kasih tau Daddy sama mommy."

"Ya udah, masuk.." Dariel berjalan sambil menggenggam tangan Ara disusul oleh Jay dari belakang. Dia mengarahkan Ara dan Jay ke ruang tv nya yang berdekatan dengan halaman belakang.

"Kamu lagi ngapain?berantakan banget."

"Aku lagi tanam-tanam aja.."

"Tanam apa?"

"Pohon cabe, tomat sama pingin punya pohon mangga."

"Rajin banget..."

"Daripada ga ada kerjaan.."

"Jay mau minum apa?"

"Apa aja.."

"Ya udah bentar..." Dariel lalu mengambilkan minum untuk kedua kakak beradik itu.

"Kak Dariel pacarnya kakak ya?

"Ssttt...ga boleh ribut."

"Aku belum masak jadi kalo mau makan mending pesen online aja.."

"Kamu udah makan belum?"

"Tadi nunggu kamu dulu jadi sekalian.."

"Ya udah aku masak aja mau?"

"Emang bisa?"

"Eh...mommy aku tuh chef terkenal dulu masa anaknya ga bis masak. Kamu ada bahan apa aja?" Ara mulai berjalan ke arah dapur.

"Ada ayam, ada sayuran, ada sosis lumayanlah kalo masih kurang kita ke supermarket aja.."

"Engga, ga usah. Ini cukup kok."

"Yakin mau masak?"

"Kamu ragu?"

"Engga kok, kalaupun ga enak aku pasti makan kan itu kamu yang buat."

"Hm...gombal doang."

"Ya udah kamu masak aku benerin tanaman dulu ya."

"Jay daripada diem mending bareng kak Dariel sana ngurus tanaman."

"Iya kak.." Jay kemudian menyusul Dariel.

"Sini Jay.." Dariel mulai mengakrabkan diri dengan adik kekasihnya itu.

"Kakak tinggal sendiri?"

"Iya. Kamu kenapa masih takut sama Daddy?"

"Aku sebenernya udah ga takut, aku ga enak dan aku ga tahu harus kaya gimana. Daddy hari ini ga keluar kamar aku denger Daddy ga enak badan pasti gara-gara aku."

"Kok mikirnya gitu sih?mungkin Daddy cape gara-gara kerjaan soalnya belakangan ini di kantor lagi sibuk-sibuknya."

"Tapi Daddy ga pernah kaya gitu kalo cape."

"Kalo boleh tahu kenapa kemarin kamu kabur dari rumah?"

"Hm..aku..aku sakit kak, aku cuman pingin sembuh, aku pingin lakuin operasi tapi Daddy ga mau, dia bilang resikonya terlalu tinggi." Jay entah kenapa merasa nyaman untuk bercerita dengan Dariel sementara Dariel sebenarnya sudah tahu penyakit Jay dari Ara.

"Daddy kan sayang sama kamu jadi dia gitu."Perkataan Dariel belum disambut lagi oleh Jay. Dia tampak sibuk menanam tanamannya sendiri.

"Jay.. kira-kira menurut Jay kenapa kakak tinggal sendiri disini?"

"Karena kakak udah dewasa."

"Bukan."

"Terus?"

"Karena kakak ga punya keluarga. Waktu kakak SMA kakak ditinggalin sama keluarga kakak karena kakak juga beda. Jay tuh beruntung disaat Jay beda keluarga Jay tetep nemenin, support Jay dan ga pernah biarin Jay susah kalo kakak dulu ga seberuntung itu." Jay diam mendengar cerita Dariel.

"Kakak beda kenapa?"

"Kakak bukan anak kandung ayah kakak. Kakak ga punya apa-apa waktu itu dan bingung harus ngapain. Menurut kakak kamu bener-bener beruntung masih bisa ngerasain dimarahin Daddy atau bahkan disayangin Daddy. Kakak ga pernah sekalipun ngerasain itu dari kecil. Kakak iri sama kamu." Dariel benar-benar membuat Jay bungkam ternyata di dunia ini ada yang lebih menyedihkan dibanding Jay.

"Waktu itu pilihannya cuman dua kakak lanjutin hidup atau engga tapi kakak pilih buat lanjutin hidup kakak walaupun susah dan siapa sangka ada keluarga yang baik nolong kakak. Ini juga sama kaya kamu Jay. Kamu pingin sembuh ada dua cara mau lewat jalan yang cepet tapi beresiko atau lambat tapi aman."

"Aman?"

"Jay, kak Ara udah cerita kok tentang kamu sama kakak jadi kakak coba cari tahu. Menurut kakak Kenapa kamu ga coba periksain diri kamu dulu kali aja penyakit yang ada di diri kamu itu udah hilang karena Kalo kakak liat kamu sehat kok. Kalaupun ada penyakit kakak yakin dokter lebih tahu pengobatan yang tepat buat kamu. Kalo dokter yang ngomong keluarga kamu mungkin lebih percaya dan nurut."

"Masa si kak?" Jay tak percaya.

***To be continue

Next chapter