webnovel

Dia Tidak Belajar Terlalu Banyak Hal

Editor: Wave Literature

"Apakah Tuan Su memerintahkan begitu karena suasana hati Tuan Su yang buruk? Atau karena Tuan Su tidak sanggup?" Ye Fei tiba-tiba berbicara dengan ironi yang terdengar begitu jelas dari suaranya.

Langkah kaki Su Mohan mendadak terhenti. Lalu, ia berbalik dan melayangkan tatapan dingin yang bengis dan merendahkan pada Ye Fei: "Katakan sekali lagi!"

Hati Ye Fei diam-diam mulai gemetar dan wajahnya memucat, namun ia masih berani. Sepasang tangan mungilnya mulai meraba pinggang Su Mohan dan jemarinya bergerak naik di tubuh Su Mohan inci demi inci seakan ia sedang bermain piano. "Saya bilang, apakah ada yang salah karena suasana hati Tuan Su yang sedang buruk? Atau Tuan Su yang tidak sanggup?"

Su Mohan tersenyum dingin dan berkata, "Ingin menggunakan cara yang kasar?"

"Kalau begitu... Saya tidak tahu, apakah Tuan Su sangat menginginkannya?" Bibir merah Ye Fei kian merona dan matanya bergerak dengan pesona yang tiada habisnya.

Su Mohan melepaskan tangan Ye Fei dan menghardik, "Benar-benar murahan!"

Ye Fei tidak berdiri dengan stabil sehingga ia terjatuh ke lantai. Su Mohan menatapnya sekilas dan berkata dengan agresif, "Karena kamu begitu tidak ada artinya, hari ini aku akan membuat pengecualian untuk membuatmu puas kali ini saja!"

"Saya merasa senang jika Tuan Su bersedia mengajari dan saya harap Tuan Su tidak akan mengecewakan saya, apalagi mempermalukan nama keluarga Tuan," kata Ye Fei sambil menatap pria di depannya dengan begitu riang.

Su Mohan menginjak rok Ye Fei, lalu berkata, "Bawa dia dan bersihkan badannya!"

Mata Su Mohan tampak mencemooh setelah Ye Fei dibawa pergi. Meskipun ia tahu bahwa wanita itu hanya ingin memprovokasinya, tidak ada pria di dunia ini yang terima jika kemampuannya dipertanyakan. Su Mohan pasti akan membuat Ye Fei menyesali keputusannya hari ini.

Dua pelayan Su Mohan membawa Ye Fei ke sebuah kamar, kemudian dua pelayan wanita yang mengenakan celemek membawanya ke kamar mandi. Ye Fei merasa begitu lega setelah meninggalkan Su Mohan dan kini ia merasa seperti bola karet yang kempes. Ia telah mengerahkan terlalu banyak keberanian hingga membuatnya sekarang merasa seperti ingin mati.

Ye Fei berdiri di depan cermin yang lebar, lalu menanggalkan pakaiannya satu demi persatu. Tampaklah bayangan kulitnya yang seputih salju dengan sedikit sentuhan merah merona. Pemandangan itu begitu indah dan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Bahkan, ia bisa melihat kedua pelayan yang berada di situ diam-diam memuji keindahan tubuhnya dalam hati mereka. Begitu Ye Fei masuk ke dalam bak mandi dan berendam, ia memejamkan mata dan membiarkan kedua pelayan membantunya menggosok tubuhnya dengan teliti. Mereka berdua sangat teliti sampai ia merasa malu, namun ia hanya mengepalkan tangannya dan tidak membuka matanya sama sekali.

Ye Fei! Bukankah kamu ingin balas dendam?! Bukankah kamu ingin merebut kembali warisan yang ditinggalkan oleh ibumu?! Bukankah kamu ingin orang-orang itu membayar untuk enam tahun yang kamu habiskan di penjara?! Ye Fei memaki dirinya sendiri dalam hati. Harga diri? Yang ia rasakan adalah penghinaan. Hal ini sudah banyak memakan waktu Ye Fei karena ia harus berlutut dan menyanjung. Ketakutan? Yang ia rasakan adalah kegelisahan. Ia takut jika tidak ada ketakutan dan kegelisahan yang bisa menandingi malam tak berdaya yang ia alami enam tahun lalu. Tidak peduli bagaimanapun caranya dan berapa harga yang harus dibayar, Ye Fei harus membuat mereka yang telah menyakitinya membayar perbuatan mereka. Ia akan melihat mereka menyesal hingga berlutut di hadapannya.

Ye Fei perlahan membuka matanya. Tatapan matanya yang jernih menembus kabut di kamar mandi itu seperti dua belati dingin yang tembus menusuk ke jantung. Kedua pelayan itu sontak terkejut melihatnya. Tanpa sadar, mereka mundur selangkah dan melihat lapisan kabut di kedua mata tajam Ye Fei. "Sudah selesai, Nona."

Ye Fei mulai melangkahkan kakinya yang mulus dan ramping seperti batu giok keluar dari bak mandi. Tetesan air jernih mengalir di sepanjang kulit putihnya hingga membuat siapapun yang melihatnya harus menelan air liur. Salah satu pelayan segera membungkus tubuh Ye Fei dengan handuk dan membawanya ke meja rias. Sedangkan, pelayan yang lain membantu mengeringkan rambutnya dan menata rambutnya dengan hati-hati. Ye Fei melihat bayangan dirinya di cermin dan bertatapan dengan matanya sendiri yang lembut seperti sutra dan penuh cinta.

Kepolosan yang dulu Ye Fei miliki sudah menghilang hingga tak tersisa dan sekarang ia telah berubah menjadi seorang iblis. Dalam enam tahun terakhir, ia tidak belajar terlalu banyak hal karena hanya ada dua hal yang harus ia kuasai. Pertama, menjadi kejam dan kedua, memikat hati pria.

Next chapter