webnovel

Hari Pernikahan (Part 3)

David berlari melewati para tamu undangan yang menatapnya dengan bingung. Ia terlihat seperti seorang berandalan yang datang ke acara tanpa diundang, walaupun sebenarnya David adalah bintang utama dari acara yang seudah tertunda selama hampir satu jam itu.

"Tuan David, kenapa--"

Ia mengabaikan salah satu direktur perusahaan Stockholm Corporation yang datang dengan isterinya.

David terus berlari, hampir menabrak setiap orang yang dilewatinya dengan tergesa-gesa, hingga ia menemukan orang yang selama ini ia cari-cari dengan penuh kepanikan.

Angeline, wanita itu tersenyum. Seluruh jejak kepedihan seakan hilang dari raut wajah cantiknya. Meskipun tetesan air mata masih membekas di pipinya, tak meredupkan ekspresi penuh kebahagiaannya.

David pun ikut tersenyum. Membuang napas lega dan berjalan perlahan menuju ke arah Angeline. Dan tanpa basa-basi, David memeluk erat tubuh Angeline yang langsung dibalas oleh gadis itu.

Meskipun ribuan pertanyaan masih menghantui benak Angeline, gadis itu lebih memilih untuk tetap diam, sehingga ia bisa merasakan dekapan penuh kehangatan dari lelaki yang ia cintai lebih lama lagi.

David melepaskan pelukannya, mengusap kepala Angeline dengan lembut dan menatap dalam-dalam mata gadis di depannya. "Maaf, aku telah membuatmu menunggu lama."

Angeline hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Melihat bekas air mata di pipi Angeline membuat hati David merasa sakit. Dengan ibu jarinya, David menghapus bekas kepedihan itu dan mengecup kedua mata Angeline untuk sentuhan terakhir.

"Aku tahu, banyak yang ingin kau tanyakan kepadaku. Aku tahu ini terdengar egois, tapi aku minta simpan pertanyaan itu untuk nanti. Karena saat acara pernikahan kita selesai, aku akan menceritakan semua yang belum pernah kau ketahui dariku."

Gadis itu mengangguk mengiyakan permintaan dari David. Sejujurnya, Angeline tidak menganggap permintaan itu egois sama sekali. Karena kehadiran David adalah satu-satunya yang ia harapkan, tidak ada hal lain lagi yang ia butuhkan.

David mendekatkan wajahnya, mengecup kening Angeline dan mengusap kepala gadis itu. "Bisakah kau menunggu sebentar lagi? Aku akan mengganti pakaianku."

Angeline mengangguk pelan. Kali ini gadis itu sudah tidak peduli lagi harus berapa lama ia menunggu, karena dengan kehadiran David, Angeline sudah yakin bahwa lelaki itu tidak akan pergi meninggalkannya.

David berjalan keluar ruangan diikuti beberapa orang yang bertanggung jawab sebagai penata rias pengantin.

Sejujurnya, David tidak pernah memakai riasan apapun selama ia hidup selain sabun pencuci muka dan deodoran untuk mengurangi aroma keringatnya setiap kali ia menjalankan misi yang memproduksi keringat berlebihan, seperti bertarung dengan mafia misalnya.

Setelah memperbaiki penampilannya semaksimal mungkin, David berdiri di atas mimbar, tepat di sebelah orang yang akan memimpin mereka untuk mengucapkan janji suci pernikahan.

Awalnya semua orang yang berada di dalam aula gedung pernikahan itu tidak melepaskan pandangan mereka sedikitpun dengan paket keindahan yang hari ini akan mengakhiri masa lajangnya itu. Ya, David, di manapun dan dalam kondisi apapun selalu bisa menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya, terutama bagi kaum hawa.

Namun kini perhatian mereka terbagi dengan munculnya satu lagi paket keindahan yang berjalan di atas karpet merah dengan gaun putihnya yang sangat anggun.

Riasan wajah yang terkesan natural membuat Angeline semakin bersinar dan lebih menarik perhatian ketimbang gaun seharga empat buah mobil sport yang ia kenakan. Ditambah bentuk tubuh yang memamerkan lekukan indah yang dapat membuat setiap kaum adam yang memperhatikan menelan ludah mereka sendiri secara tidak sadar.

Dan seluruh paket keindahan itu disempurnakan dengan raut wajah cantiknya yang begitu berseri. Senyuman indah dengan sedikit aksen malu-malu itu membuat Angeline tampak seperti seorang putri kerajaan yang berjalan keluar istana untuk pertama kali dalam hidupnya.

Rasa gugup masih saja bergemuruh hebat dalam batin Angeline, namun semua itu seakan hilang dalam sekejap saat gadis itu melihat senyuman hangat dari wajah lelaki yang menunggunya di atas mimbar.

Angeline mengangkat satu tangannya meraih tangan David dan berjalan menaiki tangga mimbar dengan penuh kehati-hatian.

Dan di sinilah, kedua insan yang bertemu dengan cara yang sangat tidak terduga, dengan sifat dan latar belakang kehidupan yang saling bertolak belakang itu akan dipersatukan.

Dalam momen yanng paling sakral,

Yaitu janji pernikahan.

Dada Angeline berdebar kencang saat David menggenggam erat tangannya.

Mereka saling menatap satu sama lain.

Satu persatu mereka mengucapkan janji suci yang akan mengikat mereka dalam suatu ikatan suci, yaitu pernikahan.

David tetap tersenyum melihat Angeline mengucapkan janjinya dengan terbata-bata. Ia megerti perasaan gugup yang dialami gadis itu. Meski air mata Angeline tak henti-hentinya mengalir, tidak mengurangi kecantikan wajahnya sama sekali.

Air mata kebahagiaan itu bagaikan permata indah yang menyempurnakan kecantikan Angeline.

Namun beberapa untaian kalimat janji pernikahan yang diucapkan David malah membuat atmosfer tiba-tiba berubah drastis.

"Aku berjanji, berapa banyak pun peluru yang bersarang di tubuhku, selagi aku masih bisa bernapas, maka napas inilah yang akan melindungimu."

Angeline mengerutkan keningnya. Peluru?

"Aku berjanji, bahwa kau adalah satu-satunya tempatku kembali. Walaupun nyawaku tinggal sebatas satu hembusan napas, aku akan tetap kembali padamu."

Semuanya terdiam seribu bahasa. Apa yang diucapkan David terdengar mengerikan, namun juga manis di saat yang bersamaan, layaknya sebuah kontradiksi. Kontradiksi yang indah. Namun tetap saja, terdengar agak mengerikan dan ekstrim.

Walau sebagian orang yang hadir dalam upacara suci itu menganggap bahwa cinta David segitu dalamnya hingga berani mengeluarkan kata-kata ekstrim seperti itu.

"Aku berjanji. Akan merelakan setiap tetes darah yang harus keluar dari tubuhku, berapa banyakpun itu, selama hal itu bisa membuatmu tetap bahagia berada di sisimu."

Tanpa diduga, seorang David Stockholm, Sang Raja Dunia Bawah yang terkenal sadis dan tak kenal ampun meneteskan sebuah air mata. Baik tamu undangan maupun karyawan Stockholm Corporation tidak ada yang menyangka, David yang selalume memancarkan aura penuh wibawa dan juga mengintimidasi setiap pasang mata yang melihat, bisa juga meneteskan air matanya.

"Aku berjanji ... bahwa ini adalah pertama, dan terakhir kalinya ... " David menjeda kalimatnya, membuat semua orang tanpa sadar membuat senua orang menahan napas menunggu David menyelesaikan kalimatnya. "Aku mengucapkan janji seperti ini selama hidupku. Hanya di depan seseorang yang sekarang sedang berdiri di depanku."

Semuanya menghela napas berat. Seketika seluruh ruangan dipenuhi suara tepukan tangan yang sangat meriah. David memberikan mikrofon yang ia pegang kepada lelaki tua yang sedari tadi memimpin mereka mengucapkan janji-janji pernikahan dan melangkah mendekati Angeline, mencoba mengikis jarak mereka hingga sekecil mungkin.

David memegang pinggang Angeline, sementara Angeline menaruh tangannya pada pundak David sambil mendongak.

"Aku mencintaimu." ucap David, membuat air mata yang keluar dari pelupuk mata Angeline semakin deras mengalir. Walaupun begitu, gadis itu tetap tersenyum.

"Aku mencintaimu." balas Angeline.

Sebelum akhirnya suara tepukan tangan jadi semakin meriah saat David dan Angeline mulai membelai bibir satu sama lain dengan tempo yang pelan dan lembut.

Bukan ciuman rakus seperti ingin memuaskan dahaga yang tidak akan pernah terpuaskan, melainkan ciuman lembut penuh kasih sayang dari kedua insan yang saling mencintai.

Saat seluruh pasang mata sedang tertuju pada David dan Angeline yang berada di atas mimbar, seorang wanita bergaun hitam dengan tattoo bunga mawar hitam kecil di punggung bagian atas tersenyum lebar di sudut ruangan, ditemani seorang lelaki yang berdiri di sampingnya.

Lelaki itu mendengus dengan aksen menyebalkan. "Sang dewa yang dulu kukagumi di medan perang, kini menjadi lembek hanya karena seorang wanita."

Wanita di sampingnya tertawa pelan. "Jangan pernah meremehkan wanita. Kalian para pria pada akhirnya juga akan tunduk dan menjadi anjing kehausan di selangkangan wanita."

"Cih ... dasar jalang sialan." rutuk si lelaki yang membuat wanita itu semakin tertawa. "Jika tahu David menjadi lemah seperti ini, aku menjadi kehilangan minat untuk ikut dalam 'perang' ini."

"Sudah kubilang, kau hanya melihat dari sisi luarnya saja."

"Maksudmu?"

"Dia memang terlihat lemah di luar, namun apa kau melihat sorot matanya? Apa kau masih berpikir bahwa David itu lemah setelah melihat sorot mata itu?" ucap si wanita yang membuat si lelaki terdiam, ekspresinya menunjukan ia tidak mau menerima kenyataan, kenyataan bahwa David bukannya menjadi lemah.

Bagi siapapun yang mengenal sosok seorang David Stockholm di Dunia Bawah pasti akan mengerti arti dari sorot mata David. Dalam sekali lihat mereka semua akan tahu, bahwa David yang sekarang adalah sosok yang lebih mengerikan dari sebelumnya.

Sebelumnya, David hanyalah sesosok serigala yang ganas, kejam, brutal, namun kesepian.

Tapi kali ini, serigala itu sudah tidak lagi kesepian.

Karena serigala bengis itu kini memiliki sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Sesuatu yang akan ia jaga apapun taruhannya.

Itulah yang membuat David kini menjadi semakin lebih berbahaya.

Namun, wanita bergaun hitam itu malah tersenyum puas saat menyadari bahwa David menjadi sosok yang lebih berbahaya dari sebelumnya.

"Sempurna ... " ucap si wanita bergaun hitam, membuat lelaki di sebelahnya menoleh. "Perang kali ini akan menjadi semakin menarik."

David tidak menyadari, di balik kebahagiaan yang ia rasakan, ada ancaman besar yang bergerak dalam bayang-bayang, mengintai dalam diam, siap menyerang kapan saja.

Next chapter