webnovel

150 Day

Ketika pendidikan harus berakhir karena sebuah pernikahan, Madu berusaha keras membantah permintaan sang ayah yang ingin dirinya menikah dengan seorang pengusaha yang tidak Madu kenal namun sang ayah malah mengancam jika Madu menolak maka sang ayah akan membunuh sang ibu, mau tak mau Madu mengubur dalam-dalam mimpinya yang ingin menjadi seorang dokter dan terpaksa menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Seorang pengusaha yang paling berpengaruh di area Eropa dan Amerika membangun beberapa anak cabang perusahaan di area Asia yang di mana salah satunya adalah di Indonesia, Atlas memilih Indonesia karena Atlas ingin di lihat oleh seorang wanita yang sangat ia cintai. Atlas berharap wanita itu akan sangat terkejut dan juga merasa bangga karena melihat dirinya sudah menjadi orang yang sukses. "Pria itu pernah mencampakkanmu dan anaknya juga sering membuatmu menderita maka biarkan aku membalas dendam pada kedua ayah dan anak itu untuk dirimu, Sayang." gumam Atlas menatap foto wanita yang sangat ia cintai. "Seratus lima puluh hari sama dengan lima bulan, aku akan membuat hidup mereka menderita hingga tepat di hari ulang tahunmu. Boom! Mereka akan mati." gumamnya lagi.

Sucici · Teen
Not enough ratings
4 Chs

Kecewa

"Apa kau terpaksa datang kemari?" tanya Alex karena sejak tadi Alex perhatikan Madu selalu memasang tampang datar dan bad mood.

Madu yang sekarang tidak seperti biasanya yang selalu cerewet dan tertawa heboh hingga seisi cafe menjadikannya sebagai pusat perhatian mereka.

Melihat tatapan Alex tertuju ke arah Madu, Anya dan Maya ikut menongok ke arah Madu juga.

"Mel, Alex nanya lo tuh." tegur Anya menyenggol bahu Madu hingga yang tadinya pandangan Madu selalu menatap gelas minuman kini langsung mendongak menatap ke arah Alex.

"Gue dengar kok tapi gue enggak mau jawab," ketus Madu membuat Alex mengerutkan dahinya menatap dalam manik mata Madu.

"May I speak privately with Madu?" tanya Alex menatap kedua sahabat Madu secara bergantian.

"Oke," sahut Anya dan mereka berdua hendak berdiri namun tangan Madu menggenggam pergelangan tangan Anya.

"Kalo mau ngomong tinggal ngomong, enggak perlu ngusir mereka segala." sinis Madu sungguh membuat Alex dan kedua sahabatnya merasa ada yang aneh dari Madu.

"Are you mad?" tanya Alex tidak suka melihat tingkah sinis Madu kepadanya, lebih tepatnya Alex merasa sedih karena untuk pertama kalinya Madu berucap sinis seperti sekarang.

"Gue kecewa sama lo," ucap Madu membuat tatapan Alex melemah, entah apa kesalahan Alex hingga Madu merasa kecewa.

"What's wrong with me?" tanya Alex tiba-tiba menggenggam tangan Madu.

"Lo enggak sadar udah bohong sama gue ya, Tuan Alexander Gara Meycrott," sengit Madu mengintimidasi Alex yang tampak kebingungan.

"Kapan aku pernah membohongimu, Madu?" tanya Alex merasa tidak pernah membohongi Madu.

"Udah beberapa kali gue minta bantuan lo buat selesaiin tugas gue yang menumpuk tapi lo selalu bilang 'Maaf Madu, mata pelajaran ini terlalu sulit aku tidak bisa menolongmu. Belajarlah untuk mengerjakan tugasmu sendiri, Oke!' lo ngomong seakan-akan kayak orang bodoh yang enggak bisa bantu orang lain." ucap Madu menjelaskan alasan dirinya kecewa dengan Alex.

"Padahal di rumah tadi, bokap bilang lo selalu dapat nilai sempurna di Harvard University." tambah Madu menarik paksa tangannya dari genggaman Alex.

"Kecewanya gue sama lo. Kenapa lo ngucapin kata janji bakal ada buat gue terus setiap gue minta bantuan apapun sama lo, lo juga janji bakal bantuin gue. Bullshit tahu enggak !!!" sengit Madu penuh rasa kecewa.

"Gue enggak merintah lo buat ngerjain semua tugas-tugas gue tapi gue minta di bantu sama lo, takut banget di manfaatin." dersis Madu menusuk hati Alex.

"Madu ...."

"Ternyata lo masih ragu sahabatan sama kita-kita ya, Lex." ucap Maya.

"Segitu takutnya lo di manfaatin sampai Madu minta bantuan pun lo enggak mau!?" timpal Anya.

"Bukan begitu! Madu dengarin aku ...."

"Sekarang pertanyaannya, lo udah enggak mau sahabatan sama kita lagi?" tanya Madu membuat Alex segera menggapai tangan Madu dan menggenggamnya dengan erat.

"I'm so sorry, Madu." lirih Alex tidak rela jika harus berjauhan dari para sahabat-sahabatnya tapi sesungguhnya Alex lebih tidak rela jika harus berjauhan dari Madu.

"Kenapa Lex? Kenapa lo harus bohong sama gue?" tanya Madu lirih.

"Kenapa lo enggak bilang aja kalo sebenarnya lo enggak mau bantu gue atau lo jujur sama gue kalo sebenarnya lo enggak suka di mintain bantuan sama orang lain termasuk gue." ucap Madu tidak suka jika ada orang yang memberi janji palsu kepadanya.

"Gue ngelakuin itu semua karena gue punya alasan tersendiri, Madu." lirih Alex.

"Apa?" tanya Madu sinis.

"Papaku ...." Alex menggantung perkataannya ketika bayangan masa lalunya datang menghampirinya.

Madu, Anya dan Maya mengerutkan dahi mereka kala melihat mata Alex yang mulai berkaca-kaca, ada apa dengan Alex? Kenapa untuk menjelaskan sebuah alasan, Alex harus menangis segala?

"Gue butuh penjelasan lo bukan air mata lo, Lex!" ucap Madu sungguh membuat kedua sahabatnya kaget karena Madu mulai menunjukkan sifat kejamnya.