Aku boleh bahagia gak sih? Aku hanya pingin tau rasanya bahagia itu kek gimana. Teriak lepas seorang pria di atas gedung. Bani Pria yang ingin merasakan bahagia dan juga ingin merasakan apa itu cinta. Sekian lama bergulat dipercintaan bani selalu saja apes dalam hal yang namanya cinta. Dan seakan seakan dia tidak percaya lagi kalau cinta bisa membuat seseorang bisa bahagia.
Hampir Ribut
Driiinggg (suara jam weker) dengan setengah sadar Bani melihat ke arah jam wekernya
"ahh udah jam 6.20 aku masih aja di tempat tidur bisa-bisa telat lagi ke sekolah." gumam Bani dengan muka yang setengah ngantuk.
Bani langsung bergegas ke kamar mandi. "Hari ini aku gak boleh telat." dengan langsung mengguyur air di kepalnya dan memakai shampoo dan sabun secara bersamaan untuk mempersingkat mandinya, dengan sekali, dua kali bilas dia langsung buru buru keluar dari kamar mandinya. Terdengar suara ketukan dari luar kamar Bani dari bi Ijah.
"mas Bani, di tunggu sama ibu di meja makan"
Bi Ijah adalah asisten rumah tangga yang telah lama mengabdi di keluarga Bani. Sebelum Bani lahir bi ijah sudah bekerja untuk ayah dan bundanya.
"ia.. ia.. tnggu bii. ini baru selesai mandi." Teriak Bani sambil memakai seragam sekolah.
Bani bergegas keluar kamar dan melihat dari lantai dua. Ibunya sementara menyiapkan sarapan berupa roti yang di olesi dengan selai. dia pun langsung bergegas menuju meja makan.
"good morning, bun." Sapa Bani sambil mencium kening bundanya.
"pagi sayang."
Bunda menyodorkan roti kesukaan Bani dan sebuah susu hangat.
"thanks, bun. Eh bun bentar lagi aku mau kuliah. aku pinginya kuliah di sini saja (di kota Makassar)"
"loh, katanya ingin kuliah di Jogja, kok tiba tiba ingin kuliah di sini?"
"aku gak ingin ninggalin bunda sendirian. Ntar kalo aku ke jogja bunda malah sendiri, gak ada temen ngobrol selain aku kan"
Dari dulu Bani berkeinginan melanjutkan studinya di kota istimewa itu. Dia ingin mencari susasana baru dan merasakan gimana rasanya menjadi anak merantau. tapi di sisi lain, Bani tidak ingin meninggalkan bundanya sendirian. Alasannya, ayahnya baru sebulan yang lalu mendapat mutasi ke daerah lain. Dan itu berarti, ia harus rela meninggalkan Bundanya sendirian.
"bunda tidak apa-apa kalau kamu kuliah di jogja, malah bunda senang karena keinginan kamu ingin masuk di salah satu universitas ternama yang ada di kota istimewa itu, kan."
"Lagian masih ada bi Ijah juga dan ayah kamu dua minggu sekali balik ke makassar. jadi bunda gak merasa kesepian klo di tinggalin kamu."
Bani hanya terdiam sembari menyeruput susu yang masih hangat sedikit demi sedikit. Jam udah menunjukan pukul 6.40 pagi. Bani masih saja terdiam dan memikirkan perkataan bundanya itu.
Dia langsung di kagetkan oleh bundanya…
"Ban, kok masih pagi pagi udah menghayal. Tuh, jam udah menunjukan 6.40 ntar telat loh."
Seketika Bani tersadar dari khayalannya. Bergegas, ia buru-buru meminum susu yang masih hangat dengan sekali teguk lalu disusul selembar roti.
"pelan-pelan nanti kamu tersedak" sergah Bundanya
"bun aku brangkat sekolah dulu. oh iya, aku gak bawa mobil" kata Bani sambil merapikan bajunya.
"trus naik apa ke sekolah?" tanya bundanya.
Tiba tiba suara bii ija memanggil Bani dari luar kalo taxi yang di pesan sudah menunggu di depan.
"naik taxi bun" jawab Bani sambil lari.
Perjalanan menuju sekolah, tiba tiba handphone Bani berdering panggilan masuk dari Sansa
"ya sa, ada apa?
" di mana ki? Kok mobilta ndak adami di parkiran sekolah? Jangan jangan ko nda masuk lagi? Tanya Sansa dengan nada sedikit kesel.
Sansa adalah pacar Bani dari mereka kelas 1 SMA. Bani menyatakan cinta ke Sansa pada saat mereka ospek sekolah dlu.
"ededeh, ini mi sa di jalan menuju sekolah, bentar lagi sampe mi. Sudah nah. sa lagi menyetir mobil nanti ndak konsen." Bani langsung mengakhiri pembicaraan dari Sansa.
***
Sesampainya di area sekolah, Bani melihat segerombolan siswa pada berlarian menuju pagar sekolah, Bani berharap kali ini dia gak bakalan telat.
"pak aku turun di sini." sambil menyodorkan uang ke sopir taxi.
Bani berlari menuju gerbang Sekolah. Langkahnya berhenti tepat di Pos satpam,
"ahh… telat lagi telat lagi." Gerutu Bani. Ia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 07:05.
Dari kejauhan ada yang memanggil nama Bani. ternyata itu guru piket yang jaga.
"Bani putra, kamu lagi kamu lagi. Kok kamu sering terlambat! Kamu udah kelas 3 masih aja gak berubah!" Kata guru piket sambil menjewer telinga Bani. Bani hanya diam tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.
"sekarang kamu lari 8 kali putaran. habis itu langsung masuk kelas" perintah guru piket.
Dengan bergegas, Bani langsung berlari di lapangan basket diikuti siswa lainnya. baru 2 kali putaran, Bani melihat situasi untuk segera kabur dari hukuman.
Bani melihat guru piket lagi menghukum siswa telat yang baru datang. Dengan cepat Bani langsung kabur menuju ke kelasnya.
Dari kejauhan Sansa melihat Bani yang sedang berlarian di selasar sekolah. Sansa memanggil Bani, tetapi ia terus berlari dan hanya mengangkat tanganya.
***
Hari itu Sansa terlihat beda dari biasanya. dia mencepol rambutnya ala seperti pramugari, dengan style putih abu abu dan rok selutut yang lumayan ketat mengikuti lekukan tubuhnya.
"untung aja jam pertama gurunya belum masuk" gumam Bani dalam hati.
Dengan berjalan pelan, Bani masuk ke dalam kelasnya dan menuju ke arah bangkunya dengan nafas tidak beraturan. Mungkin sisa sehabis menjalani hukuman gara-gara terlambat yang membuat ia sedikit ngos-ngosan. Serasa habis lari marathon dengan jarak 11 km.
Bel jam pertama berbunyi. setiap hari Bani mengikuti jam pelajaran hanya bermodalkan semangat. Bani tipe siswa yang gak betah dalam kelas. Menurutnya, sekolah hanya formalitas untuknya.
Selsai sudah jam sekolah, bunyi bel pulang sekolah berbunyi. Bani langsung keluar kelas menuju tongkrongan warung pak Diman, dalam perjalanan terdengar suara Sansa dari jauh memannggil namanya dengan keras.
"yes, pasti berantem lagi, nih." Gerutu Bani. Bani berpikir demikian karena seharian mereka berdua gak saling ketemu. Sansa langsung mnuju ke arah Bani
" Dari mana ki seharian? Tanya Sansa sambil menatap tajam.
"Ndak kemana mana, cuman dalam kelas ji" jawab Bani dengan nada pelan agar Sansa gak bertanya yang aneh aneh dan sambil menggandeng tangan Sansa.
"sekarang mau kemana ki? Tnya Sansa, Sansa menduga pasti Bani akan pergi ke warung pak diman untuk ngerokok dstu.
"ke warung pak diman" jawab Bani.
"apa lagi ko mo bikin di situ.?"
" nda adaji cuman duduk nongkrong disitu."
"pasti ko mau merokok lagi. kalo begitu saya ikut ke warung pak Diman" Jawab Sansa dengan medesak pingin ikutan.
"kalo begitu saya nda jadi ke warung, langsung pulangmi saja."
Bani langsung memberhentikan taxi yang lewat.
"loh kok naik taxi, mobilmu mana? Kau suruh saya naik taxi?"
Dengan cepat Bani menjawab "saya nda bawa mobil, tadi juga ke sekolah pake taxi" Bani lngsung masuk ke dalam taxi. Bani melihat Sansa yang masih berdiri di luar.
"ayo masuk, buat apalagi di luar?" kata Bani dengan jutek.
Sansa pun langsung bergegas masuk.
***
Di dalam perjalanan mereka berdua saling diam tanpa ada sekata patah pun yang keluar. Seolah-olah seperti lagi marahan besar. Bani sibuk mengutak ngatik handphonenya, sedangkan Sansa hanya terdiam sambil melihat ke arah luar jendela. Tidak biasanya Bani bersikap cueki kepada Sansa. Mungkin karena merasa dicuekin, Sansa langsung mencairkan suasana dengan tingkah lakunya yang tidak jelas. ia merebut HPnya bani.
"ban, kita mampir makan dulu nah." kata Sansa dengan penuh harapan agar Bani mengiyakan permintaanya.
"sebentar sore atau malam mi saja,
"ededeh saya maunya sekarang. Mumpung kita lagi bareng juga kan"
"nanti saja nah, lagian saya juga belum terlalu lapar."
Bani lagi mempersiapkan sesuatu untuk Sansa. Dia ingin memberikan sesuatu kepada pacarnya itu.