webnovel

Seseorang Yang Ku Tunggu-Tunggu

Setelah dua hari berada di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkanku untuk pulang, tetapi itu setelah pemeriksaan hari ini. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa antusiasmeku ketika dokter memberi tahu mengenai hal itu.

Sambil menunggu jadwal pemeriksaan, aku membaca beberapa email yang masuk. Semuanya mengenai pertemuan dan jadwal lain di perusahaan TU. Ketika aku hendak meletakkan kembali ponselku di meja samping tempat tidur, tiba-tiba telepon berdering dengan ID yang kukenal muncul pada layar.

Sambil tersenyum, aku segera menjawab, "Halo, Dokter Jeong, ada apa?"

"Halo, apa kabar, Tuan Park? Aku sudah berbicara dengan dokter yang menangani Anda di sana, dan dia mengatakan bahwa Anda bisa melakukan pemeriksaan siang ini."

Mendengar kabar baik itu, aku menjawab dengan nada ceria, "Benarkah? Terima kasih, dok. Lain kali, aku akan mentraktir Anda makan siang jika Anda punya waktu."

"Tuan Park, Anda adalah pasien saya dan saya harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada Anda. Tapi, tampaknya sebagai seorang dokter, saya terlalu memanjakan Anda. Jadi, saya ingin Anda segera dioperasi untuk membayar saya."

Aku terkekeh pelan saat mendengar kata-kata itu. "Tentu. Saat aku siap, aku akan melakukannya."

Setelah percakapan singkat itu, telepon pun segera terputus.

Jeong Hoon adalah orang yang sangat baik. Berkat dia, aku tidak perlu dirawat intensif di rumah sakit ini setelah ia sedikit bernegosiasi dengan kepala rumah sakit ini. Aku berutang padanya.

Di ruangan yang sunyi ini, seseorang baru saja masuk dan tiba-tiba berseru, "Chunghee!"

Aku pun segera berbalik ke arah pintu dan melihat Go Hyunjae masuk ke kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu, lalu berjalan ke arahku.

Wajahnya tampak cerah dan ia berteriak riang, "Chunghee, kau akhirnya bisa pulang. Huh, aku senang mendengar kau bisa pulang hari ini. Setelah ini, aku tidak ingin tahu, kau tidak bisa pergi ke rumah sakit lain kali. Kau harus menjaga kesehatanmu dan jangan membuatku panik seperti sebelumnya. Berjanjilah padaku untuk tidak mengkhawatirkanmu lagi."

Aku tersenyum. Mendengar kata-kata yang terdengar begitu mengkhawatirkanku itu, aku mengangguk dengan lemah.

Di tengah percakapan kami, terdengar ketukan di pintu, lalu seorang suster masuk dengan membawa kursi roda sambil tersenyum. Sepertinya sudah waktunya untuk pemeriksaan. Aku duduk di kursi roda dan perawat segera membawaku ke ruang tempat dokter berada, sementara Go Hyunjae mengikuti kami di belakang.

Itu tidak jauh dari bangsal. Di ruangan itu, seorang dokter yang bersih dan tampan menyambutku dengan senyuman ramah. Ia mengambil spuit dan ampul. Ia mematahkan ampul, lalu menyedot semua cairan di dalamnya ke dalam spuit. Setelah itu, ia pun siap melakukan injeksi.

Namun, ketika jarum suntik itu baru saja menyentuh kulitku, aku tersentak dan hampir berteriak, "Dokter, akupikir Anda hanya akan memeriksaku?"

Dokter tersenyum ramah sambil menjelaskan, "Benar. Sekarang aku harus memberikan suntikan dan sore ini Anda bisa pulang. Jangan lupa untuk mengontrol kondisi Anda di tempat Dokter Jeong setelah ini, oke?"

Aku terkejut dengan kata-kata itu dan sedikit menurunkan pandanganku. Perkataan itu menegaskan bahwa ia telah mengetahui kondisiku yang sebenarnya.

Ketika dokter itu hendak melakukan injeksi sekali lagi, tanganku bergerak secara refleks. Ia melirikku, masih menunjukkan senyuman ramah. Seolah-olah ia mengetahui apa yang sedang aku pikiran. Ia berkata, "Saya hanya ingin memberi Anda vitamin, Tuan."

Mendengar hal itu, ada kelegaan yang membuatku mengizinkan dia untuk melanjutkan injeksi. Setelah itu, perawat yang sama membawaku kembali ke kamar sebelumnya, lalu melanjutkan pekerjaannya.

Go Hyunjae mengupas kulit apel, memotongnya kecil-kecil, lalu menawarkannya kepadaku.

"Senior, apa kau tidak bekerja hari ini?" sambil bertanya, aku mengambil sepotong apel dan memakannya.

Ia terkekeh kecil. "Apa yang kau bicarakan? Ini waktu istirahat."

Aku tertegun sejenak dan berpikir bahwa ia menggunakan waktu istirahatnya hanya untuk datang menemuiku. Ia benar-benar orang yang baik.

Go Hyunjae menghabiskan waktu istirahatnya di tempat ini. Kami membicarakan banyak hal mengenai Festival Mawar yang diadakan di Jungnang kemarin. Ia menunjukkan beberapa foto dan video yang ia ambil ketika ia berada di sana. Melihat kegembiraan itu juga membuatku menyesali diri sendiri.

Namun, selain itu juga terdapat penyesalan karena waktu tidak dapat diprediksi dan tidak dapat disalahkan, sehingga perencanaan tidak selalu berjalan mulus.

Sore harinya, Go Hyunjae kembali ke perusahaan beberapa jam yang lalu. Ketika dokter mengatakan bahwa aku dapat pulang sore ini, aku mulai mengemasi barang-barangku dan membersihkan tempat tidur sebelum meninggalkan tempat ini.

Saat aku hendak membuang Azalea kering yang berada di atas meja, ada panggilan masuk dari Daehyun dan aku pun segera menjawabnya, "Halo?"

Tanpa basa-basi, ia bertanya, "Aku dengar kau sudah bisa pulang sore ini. Jadi, kapan kau akan keluar dari rumah sakit?" Suaranya yang dalam terdengar di saluran yang berbeda.

Ini adalah panggilan ketiga Daehyun dalam sehari. Mengambil napas dalam-dalam, aku menjawab, "Sekarang. Aku sudah membereskan semuanya."

"Apa? Sekarang? Tapi, aku tidak bisa menjemputmu sore ini. Apa aku perlu seseorang untuk mengantarmu pulang?"

Mendengar kata-kata itu, aku menyentuh dahi sambil berkata, "Daehyun, jangan perlakukan aku seolah-olah aku selalu bergantung padamu seperti bayi. Kau orang yang sibuk. Kau punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Aku bisa pulang dengan taksi. Sekarang, fokus saja pada pekerjaanmu, dan Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, aku akan menutup teleponnya."

Daehyun tidak memberikan komentar apa pun dan menyetujuinya, lalu aku pun segera menutup telepon. Setelah itu, aku meninggalkan rumah sakit ini, menunggu taksi beberapa menit di pinggir jalan. Tidak butuh waktu lama hingga taksi terparkir di hadapanku dan mengantarkanku ke apartemen.

Dalam perjalanan, aku tertidur di sepanjang jalan, hingga supir taksi itu membangunkanku saat kami telah tiba.

Setelah memberikan beberapa won (Won Korea) kepada supir taksi itu, aku naik ke lantai apartemenku dengan menggunakan lift dan segera masuk ke dalam tempatku.

Suasana ruangan ini tidak berubah sama sekali. Yang ada hanya kesunyian dan redupnya cahaya lampu. Kesuraman ini hanyalah penantian tanpa akhir, tetapi lebih baik daripada berada di rumah sakit sendirian.

Ketika jam 9 malam, aku berbaring di tempat tidur untuk beristirahat. Namun, sebelum memejamkan mata, suara pintu yang terbuka, bersamaan dengan suara langkah kaki memelan yang terdengar menyelinap di ruang tamu mengganggu konsentrasiku. Aku segera bangun untuk memeriksa siapa orang itu.

Saat menyalakan lampu, sosok pria yang berdiri di tengah ruangan membuatku seketika membeku kaget.

"Chunghee, kau belum tidur?"

Suaranya yang berat dan dalam mencerminkan keintiman yang kuat di ruangan ini. Sudah lama sejak pertemuan ini.

Mendengar suaranya setelah sekian lama sepertinya membuatku akan menangis karena kebahagiaan dan kesakitan dalam pengkhianatan.

Ia mengamatiku beberapa saat sebelum ia berbicara dengan cemas, "Chunghee, kau telah bekerja terlalu banyak. Jangan memaksakan diri. Lihatlah dirimu, kamu pucat."

Next chapter