Untuk 17++ "Jadi Botita itu yang elegan jangan kayak Botol Kecap dicrot sana dicrot sini ... Enek tau!" Aku tidak menggubris celotehnya.
Aku tersenyum, menatap cermin yang memantulkan bayanganku. Wajah innocent-ku terlukis jelas di sana. Alis cetar membahana bagai alis Shin Chan, hitam dan tebal. Mata sipit seperti orang Asia Timur. Rambut poni miring ala tokoh 'Pete' dalam serial Boyslover Thailand yang bertajuk 'Love By Chance'. Kesan unyu juga terlihat saat aku tersenyum melebarkan bibir ranumku dan sedikit memamerkan gigi kelinciku. Aku menarik gemas pipiku yang terlalu chubby. Walau terlihat cute, tapi aku jadi seperti botie-botie lenjeh. Namun, aku menyukai apa yang ada pada diriku. Lebih dan kurang tetap aku mensyukurinya.
Thom
''Thomas!'' seru Emak dengan suara cemprengnya menyebut namaku, ''handphone-nya bunyi, tuh!'' lanjutnya.
''Iya ... Mak!'' sahutku sembari menyemprotkan parfum ke sekujur tubuh idealku, tidak gemuk dan tidak juga kurus. Tidak berotot, tetapi tidak juga lembek. Aku juga tidak tinggi, tetapi tidak pendek-pendek amat. Sedang-sedang saja!
''Angkatlah, Thom! Berisik Emak mendengarnya!'' Emak mencabut gadget-ku dari colokan charger-nya dan membawakannya masuk ke kamarku.
''Emak lagi konsen nonton Sinetron India, nih!'' kata Emak lagi sembari menaruh HP itu di tanganku.
''Iya, Mak!'' Aku nyengir sambil melirik ke layar smartphone-ku, ada sebuah nama tercetak di sana. Edo calling ... ''terima kasih, Mak!'' tambahku, namun Emak tidak menggubris dan langsung ngeloyor ke ruang keluarga untuk nongkrongin layar TV kembali.
Well, aku pun segera mengangkat panggilan telepon dari Edo, salah satu teman karibku.
''Hallo!'' sapaku.
''Thom ... lo ada di mana? Udah jalan belum?'' sahut Edo dari balik telepon selulernya.
''Nih, lagi dendong, bentar lagi mau OTW!'' balasku.
''Ya elah, pakai dendong segala kayak mau nge-lenong aja!'' timpal Edo ketus.
''Hellowww ... kita 'kan mau jelong-jelong, masa' tampil dengan muka kusut kayak baju habis dijemur 'kan bisa nurunin harga pasaran gue, Neng!''
''Hehehe ...'' Edo terdengar cengengesan saja.
''Siapa tahu di sono ada cowok-cowok kece, 'kan bisa kita godain siapa tahu ada yang nyantol ... Cuss bungkus deh!''
''Hahaha ... dasar botol gatel!''
''Anjayyy ... maklumlah gue udah lama men-jendes, jadi sawah gue udah kering kerontang, Cyiin ... butuh semprotan manjah buat ngebecekin, hahaha!''
''Hahaha ... ya, dah terserah lo, jangan pakai lama, yes! Gue udah nunggu nih, di tempat biasa!''
''Okay deh ... bawel iiihhh!''
Tut ... tut ... tut ... sambungan telepon terputus.
Aku menghela nafas panjang, lalu tanpa banyak cingcong lagi aku segera cuss ... pergi menghampiri teman laki-laki yang doyan batangan juga itu, hehehe ... sama sih, kayak aku!
''Mak ... Thom mau pergi!'' seruku setengah berteriak.
''Ya, hati-hati Thom!'' sahut Emak dari ruang tengah.
''Assalamualaikum!''
''Waalaikumsalam!''
Dan tak lama kemudian, ngeng! ... bersama motor kesayanganku, aku melenggang menyusuri jalanan aspal menuju tempat di mana Edo sudah nangkring menunggu kedatanganku. Dengan hati yang riang, aku menerobos udara sore yang masih memancarkan gelombang panas matahari senja. Hari ini bersama Edo, aku berencana mau nonton film terbaru yang sedang tayang di bioskop. Entahlah, film genre apa yang akan kami tonton. Apakah horor, komedi atau romantis? Apa pun filmnya yang penting bisa menghibur kami.
Setelah menghabiskan waktu kira-kira 15 menit, akhirnya aku tiba di tempat, di mana Edo ber-standby.
''Thom!'' Edo melambaikan tangannya menyambut kehadiranku. Wajah cerahnya nampak jelas tersorot sinar senja. Kulitnya putih, tapi putihan aku, dikit. Alisnya melengkung seperti bulan sabit, rapi semacam karya sulaman, matanya bulat terang berwana kecoklatan seperti mata kucing. Hidungnya lumayan mancung, mancung ke dalam. Dan bibirnya merona berkilau seperti bibir lonte, Ooopsss! Edo memang Pretty Boy yang cucok marucok tapi manly act walaupun terkadang agak-agak ngondeka tunggal ika, hehehe ...
Edo
''Hai ... Edo re mi fa sol!'' sahutku sembari mendekatinya.
''Ulala ... tampilan lo cetar, seperti Princess Syahrini kecebur got!'' timpal Edo sembari memperhatikan aku dengan seksama.
''Anyinnngggg!'' Aku menabok bahunya yang rada gempal.
''Hahaha ...'' Edo tertawa ngakak.
''Buruan yuk, Neng, kita Cusss!'' kataku.
''Tunggu, Thom!'' timpal Edo.
''Nunggu apa lagi, sih?''
''Gue nungguin Radit.''
''Hah ... Jadi lo ngajak BF?''
''Iyes ...'' Edo mengangguk sambil meringis.
''Capcay deh!'' Aku menepok jidat.
''Hehehe ...'' Edo hanya nyengir kuda.