Putra terus me-rimming lubang sarang belutku, hingga tubuh ini kelojotan seperti terkena tegangan listrik yang tinggi. Setiap jilatan lidahnya seolah menghantarkan aliran kenikmatan yang luar biasa, hingga membuat mataku jadi merem melek secara otomatis.
''AAAACKKKHHH! ...'' Suara jeritan dan desahanku tertahan karena aku takut rancauan ini terdengar hingga keluar kamar. Aku terpaksa menggigit bibirku untuk mengurangi suara desahanku yang terdengar liar dan binal.
''OUGGKKKHHHH! ...'' Putra membalurkan minyak pelicin di rongga-rongga anusku. Kemudian dengan nakal, jari-jarinya menyelusup ke dalam lubang itu. UUUHHH ... seperti ada vibration pump yang mengorek liang dubur ini saat jari-jari itu berputar-putar lincah menerobos dinding-dinding goa basahku, hingga tercipta rangsangan yang mampu menggetarkan kalbu.
Putra mendekap tubuhku dengan manja, lalu dengan sedikit kasar dia membanting tubuh bugil ini ke atas kasur. Dia membentangkan tubuh seksiku, hingga aku terlihat seperti seekor induk kecebong yang ngangkang dengan kondisi rudal pertempuran yang tegak berdiri seperti Tugu Monas. Kontol dan boolku serentak kedat-kedut seolah tak sabar untuk bertempur.

Putra tersenyum genit melihat kemolekan tubuhku yang tergolek pasrah seperti boneka pemuas nafsu. Dengan gesit ia meraih sebuah kondom dan merobek bungkusnya menggunakan gigi taring, lalu ia memasangkan karet pengaman tersebut ke seluruh batang kontolnya.
Putra tersenyum lagi sembari mengganjalkan sebuah bantal di area pinggulku, sehingga bokongku sedikit terangkat dan lubang boolku bisa terlihat jelas dan mudah untuk mengeksplornya. Usai mengatur posisi tubuhku sesuai dengan kemauannya, kemudian tanpa banyak tingkah lagi, laki-laki berbadan sekal ini langsung mengarahkan senjata persenggamannya untuk menelusup ke dalam goa lendirku. Dan sejurus berikutnya, Jleb! Burung kebanggaan Putra masuk di sangkar basahku.
''AAAACCKKHHH! ...'' Aku tak tahan untuk menjerit karena merasa sangat kesakitan. Entahlah, jeritanku ini terdengar atau tidak. Aku berharap sih, tidak!
Putra mengecup lembut bibirku dan kecupannya ini mampu membiusku untuk bersikap lebih tenang. Kemudian perlahan laki-laki berwajah perpaduan Jawa-Sunda ini menggoyang pantatnya maju mundur seirama dengan keluar masuk kontolnya di mulut duburku. Rasa sakit dan perih itu perlahan sirna dan berubah menjadi rasa nikmat yang tak terkira. Dan aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Hanya tubuhku yang nampak bergetar dan menggelinjang tak karuan setiap kali kontol Putra menyodok-nyodok dalam, hingga mentok di titik prostat. Sodokan mantapnya seperti tendangan bola yang mampu mengoyak jaring-jaring gawang hingga tersobek-sobek. Gol-gol indah itulah yang mampu menciptakan kenikamatan yang amazing dan unbelievable baik untuk diriku maupun untuk diri Putra.

Malam ini aku dan Putra benar-benar terbawa terbang ke negeri nirwana untuk meraih puncak-puncak asmara. Puncak di mana kesenangan batiniah tercipta. Dan, dari puncak itulah kami berdua seolah terjun bebas, lalu meluncur keras menuju jurang kesyahduan dengan jeritan melodi persenggamaan yang memecah keheningan malam.
''OUGH ... AACKH ... AACKH ... AAAAACCCKKKKHHHH! ...'' Putra terus melancarkan aksi-aksi sensualnya. Menunjukkan gaya entotan yang super hot. Tubuhnya naik turun selaras dengan tusukan demi tusukan kontolnya yang menggesek dinding-dinding boolku. UUUHHH ... aku jadi tidak tahan. Aku meraih kontolku sendiri dan perlahan mengocok-ngocoknya. Semakin lama gerakan kocokannya semakin cepat dan semakin kuat, hingga aku merasakan ada aliran kenikmatan yang menjalar deras dari kedua biji pelerku, lalu naik hingga di ubun-ubun kepala kontolku.
Di sisi lain Putra juga semakin gencar melancarkan serangan brutalnya, hingga tubuhnya menegang dahsyat dan cengraman tangannya di tubuhku terasa sangat kuat. Lalu sejurus berikutnya ...
''AAAAAAAAAAACCCCKKKKKHHHHHH!!!!! ... '' Aku dan Putra bebarengan memuncratkan magma putih nan hangat dari kontol kami masing-masing. Crooot ... Crooot ... Crooot ... pejuh kami tumpah ruah seirama dengan menjagungnya bulir-bulir keringat yang membasahi tubuh.
Cairan spermaku membanjiri perut dan tanganku, sementara sperma Putra masih tertampung di ujung kondom.
Putra masih membiarkan kontolnya menancap di lubang boolku. Tubuhnya melemas dan roboh di atas tubuhku. Kami berpelukan dan berciuman mesra untuk menikmati sisa-sisa betapa indahnya ritual seksual sejenis ini.
Pertarungan ini benar-benar membuat kondisi sprei dan kasur menjadi berantakan, porak poranda seperti kapal pecah. Namun, aku tidak peduli yang penting aku dan Putra sama-sama merasa lemas dan juga PUAS.