webnovel

Kejutan

"Jadi? Kau berusaha menyerangku dengan cara ini?" tanya Arthur menindas dokter Felix dengan intimidasi. Kakinya gemetaran dan keringat terlihat mengkilap di kepala botaknya.

"Ta-tadi adalah kesalahan. Wanita efeknya memang akan seperti itu. Kita akan coba pada pria," Arthur membiarkan saja dokter gila itu merangsak masuk pada bilik kaca dan menyeret seorang pria.

Dorr

Belum sempat dokter itu berbicara, sebuah tembakan bersarang di kaki dokter Felix. Ia segera terjatuh ke lantai dan para bodyguard yang mengira Arthur yang menembak dokter Felix dengan segera melepaskan tembakannya. Dan mata Arthur melihat dengan tatapan terkejut bukan main ketika Earl disana langsung memborgol kedua tangan dokter Felix dan mata hijaunya yang berkilauan itu menatap Arthur dengan santai.

"Lepaskan aku! Kau penghianat Arthur! Kau penghianat!" teriak dokter Felix meronta. Earl dengan segera memasukkan kakinya yang berbalut sepatu boot hitam untuk membungkam mulut dokter itu.

"Halo sayang. Merindukanku?" tanya Earl dengan nada menggoda Arthur tujuh meter di hadapannya tercengang tanpa mampu bergerak. Earl pun menjentikkan sesuatu ke atas meja laboraturium dan membuat Jason menggeram seketika setelah ia membunuh habis bodyguard yang menerobos masuk.

"Ini hadiah dariku," kata Earl begitu senang. Ia menempatkan alat pelacak di atas meja dan tanpa melepaskan pandangan dari Arthur sedikitpun.

Hanya Arthur disana yang tersenyum cerah mendapati Earl dengan segala kesiapannya untuk menangkap Arthur.

"Kau selalu sulit ditebak, sayang,"

Arthur berjalan mendekat ke arah Earl dan seketika terhipnotis dengan Earl disana yang memakai tanktop hitam seperti biasa dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Pundak hingga tulang belikatnya mengkilap terkena sinar lampu dan langsung membuat Arthur menggelengkan kepalanya memuji keindahan tuhan untuk pertama kalinya.

"Aku tidak menyangka kau bisa bermain sampai ke dalam sini," ucap Arthur begitu lembut. Earl pun melepaskan sumpalan kakinya dari mulut dokter Felix.

"Entahlah. Aku ingat, aku pingsan dan saat aku sadar, seseorang membawaku kemari dan memasukkanku ke bilik ini," kata Earl sembari mendudukkan diri di sebuah kursi.

Earl mengatakan jujur ketika ia dibawa masuk ke dalam oleh seseorang. Ketika Earl merasa tubuhnya digendong oleh seseorang, Earl langsung sadar dan tidak bereaksi banyak. Kepalanya masih sangat pusing dan di dalam gendongan kasar pria ia melemparkan Earl ke dalam bilik itu.

"Beruntung tamu penting dokter Felix belum datang. Bisa gawat jika kita kehilangan satu orang lagi. Lagipula, bagaimana wanita ini bisa keluar?"

"Kau pasti tahu, wanita selalu punya cara agar lolos dari jeratan. Mungkin ada beberapa dari kita yang memanfaatkan tubuhnya hingga membiarkannya kabur. Dan sialnya ia malah dimanfaatkan,"

"Dasar wanita bodoh. Ayo pergi,"

Earl pun hanya terbaring disana dengan pria dan juga wanita yang hampir seperti tidak mengenal satu sama lain. Selain pengaruh obat-obatan. Mereka hanya duduk mengenaskan, menatap dengan tatapan kosong dengan mulut terbuka hingga saliva membasahi bajunya. Earl masih terbaring, untuk sementara ia bisa sedikit merileks kan tubuhnya sejenak. Efek dari obat dokter Fei belum bekerja sepenuhnya. Hingga Earl harus ekstra bersabar.

Sembari menunggu Earl pun mendudukkan diri dan seketika bersembunyi diantara orang-orang itu saat suara dari luar terdengar hingga ke telinga Earl. Earl sangat jelas mendengar suara yang sangat dikenalnya. Ketika ia melirik, ternyata itu adalah Arthur. Yaa, Earl menikmati pertunjukan sebentar yang kemudian dengan mulus melancarkan aksinya. Arthur tertegun.

"Kalian bersekongkol untuk mengecohku! Kalian bajingan! Aku akan membuatmu menjadi kelinci percobaanku Arthur! Aku akan membelah kepalamu dan mengganti otakmu dengan otak kera! Aku bersumpah! Aku-"

"Berisik! Sumpal mulutnya. Kepalaku bertambah pusing mendengar ocehannya," seketika Arthur menendang perut dokter Felix dan ia pingsan secara alami. Cara praktis Arthur. Ia tidak ingin menyentuhkan kulitnya untuk mengurusi orang gila sepertinya.

Arthur menatap lembut Earl yang memainkan komputer dokter Felix. Ia dengan segera mencoba menghubungi Tom dan Duke di kantor pusat. Dan menangkap ikan besar di dalam ruang bawah tanah ini. Arthur pun berjalan mendekat ke arah Earl. Seperti hal-hal yang menggairahkan Arthur di waktu yang tidak tepat. Ia meraih kepala Earl dan mengelusnya penuh kasih sayang. Ada rasa bangga dalam diri Arthur terhadap Earl, saat Earl selalu membuatnya selalu tidak bisa berkata-kata dengan segala kejutan yang diberikannya.

"Well, sepertinya pasukanku akan tiba belakangan. Mereka juga tidak bisa menunggu lebih lama," ucap Earl sembari berdiri dan memasukkan tubuh dokter Felix ke dalam bilik untuk menyembunyikannya sesaat sebelum timnya datang membawa bala bantuan.

Arthur tentu saja hanya diam dan mengekori Earl seperti indungnya dan takut terpisah jauh dari indungnya. Jason entah pergi kemana meninggalkan Arthur. Lagipula Jason yakin Arthur akan mengusirnya ketika mereka tengah berdua.

Baru saja Earl memunguti pistol dan peluru dari beberapa bodyguard, sekumpulan orang idiot menembaki Earl dan Arthur dengan membabi buta, yang tentu saja tuan muda Arthur membereskannya selagi Earl masih dengan acara pungut memungutnya. Matanya dengan genit melirik ke arah Arthur.

"Terima kasih, sayang. Ku berikan satu kartu keberuntunganku," Earl melempar satu pistol pada Arthur. Arthur tidak bisa merespon dengan biasa, ia pun tersenyum mesra, membalas Earl.

"Tentu. Sama-sama sayang," Earl memutar matanya malas. Sama sekali tidak bisa mengajak Arthur bercanda.

Earl berhenti sejenak di depan pintu dan memasang telinga dengan baik. Dari jauh ia masih bisa mendengar langkah sepatu menggema di sepanjang lorong utama. Matanya pun dengan tajam melihat beberapa karyawan lab meringkuk di bawah meja, bersembunyi dan tidak berani kabur karena insiden berdarah di ruang utama dokter Felix. Kemudian Earl membawa tubuhnya berlari ke lorong sebelah kiri dan bertemu dengan bilik kosong. Arthur masih mengikuti Earl.

"Apakah aku sebelumnya sudah mengatakan, kau sexy hari ini, sayang?" Goda Arthur. Ia tidak tahan jika tidak berdebat dengan Earl ketika kondisi dirinya menaruh banyak minat untuk membuat Earl sedikit melirik padanya. Earl tersenyum sinis menatap Arthur.

"Menyesal baru tahu sekarang?" Arthur pun tertawa kecil sembari berlari memperhatikan bokong Earl di depannya yang benar-benar tercetak bulat namun pas. Arthur menggelengkan kepala. Hampir hilang akal sehatnya karena bokong Earl. Ia pun tersenyum usil.

"Apakah hari ini renda biru muda lagi?"

Demi tuhan, Earl mendengar Arthur bertanya tentang celana dalamnya. Dengan refleks yang mengagumkan Earl berbalik dan menembakkan pistol pada Arthur. Seketika Earl yang hilang akal.

"BRENGSEK! Tutup mulut kotormu, Arthur! Demi tuhan, kau harus mati hari ini!"maki Earl membabi buta.

Dengan kuat Earl menyeruduk Arthur seperti banteng dan berakhir tubuhnya terpental ke belakang hingga Earl menggila. Menduduki Arthur dan menghajarnya.

"Astaga Earl. Hahahaha," tawa Arthur menggema di lorong itu.

.

.

.

To be continued

Next chapter