webnovel

Niat Membunuh (Bagian 1)

Editor: Wave Literature

"Walaupun lengan kiriku belum sembuh benar, aku akan baik-baik saja di jalan." Baron Karl berkata sembari menghabiskan supnya, kemudian ia berdiri.

"Aku akan pergi," katanya, "Angele, tetap tinggal di kastil. Jangan keluar sampai aku kembali. Mengerti?" Tatapan sang baron tertuju kepada Angele.

"Iya, Ayah." Angele mengangguk.

"Hmm… Perjalanan ini akan membutuhkan waktu sekitar setengah bulan. Situasi di luar teritori tidak baik. Wade, jaga kastil baik-baik." Sang baron berbalik dan berkata kepada Wade.

"Jangan khawatir, saya akan melindungi kastil dan Tuan Muda Angele selama anda berada di luar sana." Kata Wade.

Sang baron mengangguk dan meninggalkan ruangan. Istri-istri dan anak-anaknya semua berdiri dan membungkuk hormat kepadanya. Setelah suara tapak kakinya tidak lagi terdengar, mereka duduk dan mulai berbincang-bincang, membuat suasana ruang makan menjadi jauh lebih santai.

Angele duduk di kursinya, ekspresinya menunjukkan seakan ia sedang berpikir. Sebenarnya, dia sedang melihat informasi Zero mengenai tubuh sang baron. Informasi berwarna biru itu ditampilkan di depan matanya dengan jelas.

'Karl Rio, telah dianalisa sebanyak 19 kali. Kondisi tubuh: Kekuatan sekitar 2-4, Kecepatan sekitar 3.4, dan Stamina sekitar 3.9. Sehat. Tingkat kekuatan bertambah secara alami.' Zero memberikan laporannya. Angele tersenyum setelah melihat laporan itu. Kondisi 'sehat' menunjukkan bahwa sang baron telah pulih, namun dia menyembunyikan kesembuhan itu karena alasan tertentu.

'Lengan ayah sudah pulih, namun masih berpura-pura sakit. Mungkin dia menyadari sesuatu.' pikir Angele. Setelah mengetahui kenyataannya, sekarang ia merasa lega. Sang baron lebih kuat dari ksatria tingkat atas biasa, dan mungkin juga lebih kuat ketimbang pembunuh bayaran dari Dark Emblem. Namun, pembunuh bayaran seperti Dice adalah ahli pertarungan tersembunyi. Mereka mungkin bisa menang melawan sang baron dalam situasi tertentu.

Angele melanjutkan makan lagi, dan ia memasukkan sepotong ikan ke dalam mulutnya.

"Saya sudah selesai makan. Saudara Angele, tidak perlu terburu-buru." Seorang gadis berambut merah seperti sutra berkata sembari membungkuk hormat kepada Angele.

"Saya juga sudah selesai." Seorang gadis berbaju hitam bernama Chia menyahut dan membungkuk hormat kepada Angele. Kedua gadis itu meninggalkan ruang makan bersama-sama.

Angele mengangguk dan membiarkan mereka pergi. Kedua gadis itu berumur sekitar 11 tahun, dan ibu mereka dahulu adalah pelayan sang baron. Mereka terlihat lumayan imut, dan sang baron menyukai mereka. Ibu mereka bukan lagi pelayan, jadi mereka diperbolehkan duduk di meja bersama sang baron. Walaupun mereka bukan bangsawan yang sesungguhnya, posisi mereka masih lebih tinggi dari keluarga Maggie.

Orang-orang mulai satu-persatu meninggalkan ruang makan setelah selesai. Hanya Angele dan beberapa remaja lain yang tersisa di dalam ruangan itu setelah sepuluh menit. Di antara remaja yang tersisa, Celia juga ada disana, meminum sup putih kental sembari melirik ke arah Angele. Angele meninggalkan meja makan setelah menghabiskan makanannya, namun seseorang menghentikannya sebelum ia sempat keluar dari ruang makan.

"Saudara Angele." Celia memanggil dengan suaranya yang nyaring dan imut.

"Iya?" Angele berbalik dan melihat kepada Celia.

"Kudengar Maggie sering masuk ke ruanganmu belakangan ini…" Celia berjalan mendekati Angele dengan cekatan. Wajah cantiknya memerah.

"Apa ada masalah dengan itu?" tanya Angele. Mereka sama sekali tidak bersentuhan, dan walaupun itu terjadi, tidak ada yang salah dengan melakukan hal seperti itu. Bagi keluarga bangsawan minor, cara terbaik untuk meningkatkan kedudukan mereka adalah membangun hubungan dengan bangsawan yang lebih tinggi kedudukannya.

"Aku sedang berusaha mandi di ruang pemandian, tetapi air disana tidak lancar, jadi aku hanya ingin bertanya apakah aku bisa…" kata Celia dengan lirih. Angele tersenyum, dia tahu apa yang harus dilakukan. Di kastil, orang-orang seperti Angele memiliki kamar mandi sendiri, sementara mereka yang posisinya rendah harus menggunakan ruang pemandian umum. Di pemandian umum itu, ada kamar khusus untuk orang-orang seperti Celia.

Keluarga Rio memastikan bangsawan yang posisinya tinggi bisa mandi dengan nyaman. Bangsawan posisi rendah seperti Celia hanya bisa mandi di kamar khusus pada ruang pemandian umum, sementara sang baron, Audis, dan Angele memiliki kamar mandi privat dengan pelayan yang memastikan ketersediaan air hangat untuk mereka. Sedikit sulit bagi para pelayan untuk membuat air tetap hangat, jadi hanya sedikit bangsawan tingkat tinggi yang bisa menikmati mandinya.

Namun, Celia tidak ingin sekedar mandi. Dia ingin mandi bersama Angele. Angele melihat ke arah Celia. Rambut panjangnya, dipadukan dengan gaun merah yang dikenakannya, membuat Celia terlihat ramah dan cantik. Mungkin tubuh Celia tidak seksi seperti Maggie, namun dia masih sangat imut. Angele menatap kulit putih Celia, dan mencium bau wangi parfumnya.

"Baiklah. Aku juga ingin membersihkan debu dari tubuhku." Sangat jelas bahwa Angele terpesona dengan Celia jika dilihat dari senyumnya. Celia memeluk Angele, dan Angele dapat melihat dengan jelas wajahnya yang memerah. Beberapa gadis di ruangan itu terlihat cemburu, sementara beberapa lelaki meremehkan Celia. Namun, semuanya tetap mencoba mempertahankan kontak mata dengan Angele karena tidak ada yang ingin mencari masalah.

"Ayo." Angele berkata sembari memegang pundak Celia.

"O…oke." jawab Celia.

Angele tahu Celia menginginkan sesuatu darinya, jadi ia memutuskan untuk mengambil kesempatan ini. Dia sebenarnya tidak ingin berhubungan seks dengan Celia, namun ia tetap ingin bersenang-senang. Dia menghindari hubungan seks karena ingin memastikan tubuhnya berkembang dengan baik.

Bersama-sama, keduanya meninggalkan ruang makan dan berjalan menyeberangi lapangan berlatih sampai ke kamar Angele. Kamar mandi privat Angele ada di kamarnya, jadi ia meminta para pelayannya, kecuali Cecilia, untuk meninggalkan kamarnya,

Angele mengarahkan Celia ke kamar mandinya. Kamar mandi itu mirip dengan kamar mandi biasa di bumi, hanya saja tanpa toilet. Lantainya terbuat dari bebatuan dengan berbagai bentuk, dan seluruh ruangannya menjadi berwarna abu-abu karena itu. Di sebuah gantungan yang terbuat dari batu, ada beberapa handuk putih tergantung di sana.

Pada akhirnya, Angele mandi sendirian karena ia takut kehilangan kendali jika mandi bersama Celia, jadi ia menyuruh Celia menunggu di luar. Lagipula, Celia telah mengatakan keinginannya.

Satu jam kemudian

Setelah merasa segar, Angele berjalan keluar dari kamar mandi. Celia masih menunggu di luar dengan tenang.

"Aku akan menyuruh Wade memberikan permintaanmu," katanya, "istirahatlah."

"Um… Baiklah…" Celia menjawab tanpa melihat ke arah Angele.

"Maggie!" Angele berteriak. Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara tapak kaki pelayannya.

"Iya, Tuan Muda." jawab Maggie.

"Antarkan Nona Celia kembali ke kamarnya. Kembalilah lewat lapangan berlatih." perintah Angele.

"Baik." Pelayan itu menjawab seraya meninggalkan ruangan bersama Celia.

Dengan membawa Celia melewati lapangan berlatih, orang-orang akan tahu jika Angele telah 'meniduri' Celia. Di sana biasanya banyak orang, dan pasti ada seseorang yang akan menyebar gosip. Jika itu terjadi, Celia bisa naik ke posisi yang lebih tinggi di kastil.

"Karena aku sudah berjanji padanya, lebih baik kulakukan sekarang." kata Angele sambil tersenyum. Sembari menggelengkan kepalanya, dia berjalan turun tangga dari lantai 4 ke lantai 3. Ia berharap jika Wade akan ada disana agar ia bisa memberitahunya permintaan Celia.

Angele berjalan ke ruangan Wade dan mengetuk pintunya, namun tidak ada jawaban. Tiba-tiba, saat akan pergi meninggalkan tempat itu, ia mendengar suara orang berbicara dari luar jendela. Mendengar suara itu, Angele memelankan suara langkah kakinya dan mendekati jendela. Ternyata, suara itu berasal dari bawah.

"… Benarkah itu? tanya Wade. Namun, Angele tidak sempat mendengar apa yang pertama dikatakannya .

"Iya, Tuan." kata seorang pengawal.

Angele melihat Wade berbincang-bincang dengan seorang pengawal dari lubang kecil di sisi jendela. Namun, Angele sedikit terlambat dan pembicaraan mereka telah selesai. Wade terlihat khawatir akan sesuatu, namun kedua pengawal di sisinya tetap berdiri tanpa suara.

"Kalian boleh pergi sekarang." Wade berkata sembari menghela nafas.

"Baik, tuan." Keduanya menjawab dan segera pergi.

Wade berdiri di pojok ruangan itu selama beberapa saat dan pergi setelah lagi-lagi menghela nafas. Angele melihatnya berjalan ke arah bagian kamar tidur.

'Wade akan memberitahuku jika ada adalah tentang sesuatu yang harus kuketahui. Pasti aku tidak bisa membantunya saat ini.' pikir Angele. Kemudian, ia berjalan kembali turun melalui tangga.

Angele bertemu dengan Wade seketika setelah sampai ke lantai 1.

Next chapter