webnovel

Niat Membunuh (Bagian 2)

Editor: Wave Literature

"Tuan Muda Angele." sapa Wade.

"Old Wade, apa yang terjadi? Kau terlihat khawatir." Angele bertanya.

"Tidak ada apa-apa. Saya hanya terlalu sibuk belakangan ini. Selain itu, saya juga sudah tua." Wade menjawab.

"Baiklah, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?" Angele bertanya sebelum memberitahu Wade tentang permintaan ibu Celia, Nyonya Katyusha, untuk menghapus pajak impor buah-buahannya.

"Baiklah, saya bisa menghapus pajak itu, tetapi jumlah buah yang diimpor harus tetap sama." Wade berkata dan tersenyum.

"Iya, terimakasih." Angele ikut tersenyum.

"Sekarang, saya harus kembali memeriksa sesuatu …" kata Wade.

"Baiklah, kau boleh pergi." Selain itu, tidak ada lagi pesan yang ingin Angele sampaikan. Wade berjalan naik tangga dengan terburu-buru. Angele memutuskan untuk tidak bertanya apa yang terjadi.

'Yah, aku akan terus meningkatkan kekuatanku saja. Aku butuh lebih banyak kekuatan. Zero, periksa kondisi tubuhku.' perintah Angele dalam pikirannya.

'Angele Rio: Kekuatan antara 2.1 sampai 2.6, Kecepatan 2.5, Daya tahan 2.2.' lapor Zero.

Rebung Bambu Biru yang dikonsumsinya sangat mujarab. Buktinya, kekuatannya meningkat dari 0.8 ke 2.6. Itulah tingkat maksimal kekuatan yang dapat dicapainya dengan memakan rebung itu. Sekarang, Angele dapat merasakan tubuhnya menolak efek bambu tersebut. Selain itu, ia belum menemukan makanan lain yang bisa menambah kekuatannya.

*********************************************** 

Sepuluh hari kemudian, di teritori Audis.

Hari masih sangat pagi, dan langit terlihat cerah. Sungai jernih mengalir melewati hutan yang hijau dan lebat. Di dalam sungai, terdapat bebatuan beraneka warna yang terlihat sangat cantik. Di sana, sekelompok prajurit sedang membiarkan kudanya minum, sementara sang baron berdiri di bawah naungan pohon dan melihat rute perjalanan mereka. Di samping sang baron, berdiri seorang pria paruh baya dengan rambut yang telah memutih. Di pinggangnya terdapat sebilah pedang perak panjang, dan ekspresinya terlihat santai.

"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini, Chris." ujar sang baron dengan nada santai. "Aku masih ingat ketika kau bertarung di sampingku saat peperangan itu."

"Iya, dan kau selalu berdiri di garis depan. Kau juga telah mengajariku beberapa teknik bertarung. Jika kau tidak menolongku, mungkin aku sudah mati sejak lama," Chris menjawab.

"Tunggu, mengapa kau ada di sini? Kukira kau sedang ada di utara." tanya sang baron.

"Karl, apakah kau mendapat surat dari Dark Emblem?" Chris bertanya kembali, "Itulah alasanku berada di sini. Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu. Ikutlah denganku." kata Chris.

"Baiklah. Sudah lama kita tidak bertemu, kita bisa sekalian mengobrol sebentar." Sang baron berbicara sembari berjalan lebih jauh ke dalam hutan bersama Chris. Mereka berdua dengan cepat menghilang dari pandangan orang-orang lainnya.

"Sepertinya tidak ada orang lain disini, katakan kenapa kau ada di sini." Sang baron berhenti berjalan setelah beberapa lama, dan bertanya dengan suaranya yang berat.

"Karl,,, aku…" Chris terdiam sesaat.

TING!

Tiba-tiba, Chris menarik pedangnya dan menusuknya ke pinggang sang baron, namun serangannya tertangkis oleh sesuatu.

"Chris! Kau!" teriak sang baron. Ia tidak menyangka jika Chris akan menyerangnya. Chris tidak menjawab, dan ia terus menyerang sang baron.

"Pengkhianat!" Dengan sorot mata yang penuh amarah, sang baron mengambil pedang besarnya dari punggungnya.

Di hutan dekat kastil.

Kekecewaan Angele terlihat jelas saat ia berjalan keluar dari hutan bagian dalam dengan membawa busur panjangnya. Sudah keempat kalinya ia berusaha mencari Beruang Gunung Gila. Setelah meningkatkan kekuatannya, ia ingin membalas dendam dengan membunuh beruang itu karena telah melukai ayahnya. Namun, beruang itu tidak terlihat sama sekali, bahkan setelah Angele berusaha memancingnya dengan darah.

Tidak ada yang bisa dilakukan Angele jika beruang itu tidak mau menampakkan diri, jadi dia memutuskan untuk berjalan kembali ke kastil. Sesampainya di sana, dia mengganti pakaiannya dan berjalan ke ruang belajar spesial. Ruangan favoritnya itu terasa tenang dan damai, karena itulah Angele menyukai ruangan itu untuk menghabiskan waktunya.

Jauh di dalam hutan, sang baron tertawa seraya mengangkat pedang besarnya.

"Selamat tinggal, Chris!" Baron Karl berteriak sembari mencoba menyerang.

"Ahhh!" Tiba-tiba, sebuah panah berwarna hijau terbang dari semak-semak dan menusuk mata sang baron. Darah mengucur keluar dan terus menetes ke tanah dari mata yang terluka itu. Rasa sakit dari luka itu membuat sang baron menjatuhkan pedang besarnya.

Chris menggunakan kesempatan itu untuk cepat-cepat berguling jauh dan berdiri. Walaupun sang baron telah terluka parah, Chris mencoba untuk tetap berhati-hati.

"Lisa! Kaukah itu! AHHH!" Sang baron berteriak-teriak seperti orang gila sambil menarik keluar panah itu dari matanya. Darah tumpah keluar dari luka itu dan membasahi rerumputan di bawahnya. Dari semak belukar itu, muncul dua orang. Salah satu dari mereka adalah seorang wanita paruh baya bersenjatakan busur kecil. Ia memakai sebuah cincin di salah satu jarinya.

"Lama tidak bertemu, Rio." Wanita itu terlihat tenang.

Pria yang satu lagi membuat sang baron menjadi semakin kaget.

"Audis... Kau juga?!" Sang baron tidak percaya apa yang baru saja terjadi, namun Audis hanya diam sembari berdiri di samping Lisa.

"Rio, kau berharap terlalu banyak untuk masa depanmu. Kau menginginkan terlalu banyak hal! Semua yang kau lakukan untuk anakmu membuat banyak orang menjadi sengsara!" teriak Chris sambil tertawa.

"Wanita milik anak Ksatria Audis telah disiksa hingga mati di kastilmu. Itu terjadi hanya karena anakmu menginginkan wanita itu. Kau harus membayar semua perbuatanmu!" Chris terus berteriak.

"Tunggu… Kalian menunggu sampai aku ada di tengah perjalanan menuju tambang. Wade juga terlibat dalam semua ini?!" Dengan mata yang masih berdarah, sang baron berdiri.

"Benar, jika tidak menggunakan cara seperti ini, akan ada yang menyadari jika kau telah menghilang. Kau telah membunuh adikku dan ayahku! Ini saatnya kau menerima balasan untuk semua itu!" Lisa berteriak.

Sang baron berhenti berbicara. Dia sedang mengingat semua kenangannya bersama orang-orang di depannya. Wanita yang dicintainya, lelaki yang diselamatkannya, dan petarung muda yang mengidolakannya ingin membunuhnya sekarang.

"Kirin…" Dia juga mengingat orang yang paling dicintainya.

Itu adalah kesempatan bagi ketiga orang tersebut, dan mereka saling memandang sebelum menyerang.

"Serang!" Lisa berteriak.

Ketiga orang tersebut mengambil senjatanya dan mulai menyerang Baron Karl.

"Ayah…" Entah kenapa, perasaan Angele terus mengatakan bahwa ada hal yang terjadi pada ayahnya. Dia baru bertemu dengan ayah barunya setelah bereinkarnasi, namun cinta dari ayahnya sangat terasa. Angele memegang lencana keluarganya, yang berbentuk seekor elang yang terkepung oleh duri-duri tajam.

"Ada yang tidak beres di sini… Tadi, Wade terlihat sangat sibuk, namun Ayah sepertinya tidak mengetahui apapun tentang itu. Ayah memiliki posisi tertinggi di sini, jadi ia seharusnya tahu jika ada yang salah…" Angele merasa bingung, seakan-akan ia melewatkan sesuatu yang penting.

"Apa yang kulewatkan…?" Angele menggumam sembari menatap lencana keluarga itu,

BRAK!

Pintu ruang belajar terbuka. Saat berbalik, Angele melihat Wade berdiri dan tersenyum di depan pintu, bersama dengan empat orang pendekar berbaju zirah lengkap di belakangnya. Suasana ruangan menjadi tegang, tapi Angele tetap duduk sembari meletakkan lencana itu di atas meja.

"Apa yang sedang kau lakukan, Wade?" Angel pun kaget.

Next chapter