Lu Yihan melihat ekspresi wajah Su Qianci yang berubah dan tersenyum. Sambil memegang seikat besar bunga mawar, pria itu berjalan ke arah wanita itu dengan perlahan. Su Qianci menatap pria itu dan tidak dapat menahan rasa takutnya. Tanpa sadar, dia ingin mundur dan melarikan diri. Namun, ketika dirinya melihat mata Lu Yihan yang dipenuhi kasih sayang mendalam, Su Qianci kehilangan keberanian untuk melakukan itu.
Lu Yihan melangkah semakin mendekat, dan terlihat sebuah senyuman tampan di wajahnya. Dia memandang Su Qianci dan berkata, "Qianqian, kau datang lebih awal."
Ya, Su Qianci berada di sini lebih awal. Jam besar di lantai atas itu menunjukkan bahwa itu baru pukul 7:13. Akan tetapi, Lu Yihan mengenal wanita itu dengan baik dan sudah menduga bahwa Su Qianci akan datang lebih awal.
Dia meletakkan bunga di tangannya ke depan, bertanya, "Haruskah kita makan terlebih dahulu?"
Su Qianci mengulurkan tangannya tetapi tidak mengambil buket bunga tersebut. Tangannya membeku di udara.
Dirinya tiba-tiba memikirkan satu hal pada saat ini: Li Sicheng sepertinya belum pernah memberikan bunga padanya. Menikah dengannya selama setahun, dia telah mengalami semua perhatian dan kehangatan suaminya, tetapi Li Sicheng tidak pernah memberikan bunga padanya.
Su Qianci sedikit tertegun, menatap 99 kuntum mawar merah di hadapannya, tapi dengan segera, dirinya mendongak menatap Lu Yihan. Lu Yihan sedang menatap dirinya dengan mata cerahnya yang berisi kelembutan tak terbatas.
Meletakkan bunga ke telapak tangan Su Qianci, Lu Yihan berjalan tepat di belakang wanita itu dan mendorongnya dengan lembut. Dia berkata, "Aku membuatkan steik dan sup favoritmu. Apakah kau ingin mencobanya?"
Su Qianci didorong dengan lembut oleh pria itu, sambil memegang sebuah buket mawar yang besar, dan dengan segera melihat sebuah meja. Di atas meja makan, terdapat dua buah piring yang tertutup, dan di bagian tengah meja adalah sederetan lilin membentuk bunga yang indah ditutupi dengan kaca putih. Anginnya sedikit kencang, tapi nyala apinya tetap tenang.
Su Qianci didorong ke arah meja tersebut, dan Lu Yihan menarikkan kursinya seperti seorang pria terhormat. "Nona Su, silakan duduk."
Su Qianci menatap wajah tampan pria itu, mengerutkan bibirnya dan berkata, "Yihan …"
"Ssst, duduk dulu." Lu Yihan mendorong wanita itu ke bawah dan berkata, "Apa pun yang ingin kau katakan, katakan setelah makan malam, oke?"
Su Qianci merasa sesak dalam hatinya. Tidak nyaman, entah kenapa terasa tidak nyaman. Seharusnya tidak seperti ini antara dirinya dan Lu Yihan.
Pria itu mengangkat tutup di piringnya, dan steik itu masih panas mengepul. Terlihat jelas bahwa steik itu baru saja dipanggang. Sup yang lezat, hidangan yang sangat lezat, dan makanan ringan yang lezat di depan Su Qianci. Semua hidangan itu adalah favoritnya, tetapi mereka tampak berbeda dari yang biasa dipesannya.
Lu Yihan mengenal wanita itu dengan baik. Mungkin bahkan Li Sicheng pun tidak mengenal Su Qianci sebaik itu.
Su Qianci menyeka tangannya dengan selembar tisu basah, mengambil sendok, dan dengan lembut menyesap sup tersebut. Sangat lezat, sangat enak. Jelas terlihat bahwa Lu Yihan telah berusaha keras untuk memasak semuanya.
Tetapi ….
"Yihan …."
"Qianqian." Lu Yihan menyela perkataan Su Qianci. "Ayo kita makan dulu, oke?"
Lu Yihan merasa takut kalau Su Qianci akan kehilangan nafsu makannya dalam beberapa saat. Dia takut kalau wanita itu tidak akan mau menemui dirinya setelahnya. Hari ini dia memutuskan untuk melakukan hal seperti ini karena dirinya sudah siap. Tindakannya itu akan menjadi salah satu langkah menuju surga. Atau neraka.
Su Qianci menatap pria itu dan berkata, "Aku menganggapmu sebagai seorang sahabat, selalu …."
"Aku tahu." Lu Yihan berdiri dan pergi ke sisi wanita itu. Dia menatap Su Qianci. "Tapi aku tidak menginginkan seorang teman. Aku menginginkan dirimu."