webnovel

12.12 | END |

WARNING. CERITA INI BISA MEMBUAT ANDA BAPER. CERITA INI JUGA BISA MENYULUT EMOSI ANDA. Namanya Algar Malendra, lelaki humoris yang selalu membuat orang lain tertawa. Masa putih abu-abu adalah masa yang paling ditunggu lelaki itu. Karena biasanya, masa putih abu-abu adalah masa muda yang paling tidak bisa dilupakan. Algar pernah berangan-angan bahwa masa putih abu-abunya akan Indah dan dipenuhi kenangan membahagiakan. Namun, nyatanya tidak. Seorang gadis asing mampu membuyarkan seluruh angan-angan Algar akan masa putih abu-abunya yang Indah. Andara Kyra Meisie, seorang gadis asing yang secara tiba-tiba menarik Algar untuk memasuki kehidupannya. Dengan sosoknya yang misterius, gadis itu mampu menarik perhatian Algar. Semakin Algar mengacuhkan gadis itu, semakin besar pula rasa penasaran lelaki itu. Cerita ini adalah cerita tentang perjalanan panjang seorang Algar malendra untuk menuntaskan rasa penasarannya terhadap sesosok gadis asing nan misterius bernama Andara Kyra Meisie. Namun sayangnya, rasa penasarannya justru menjelma menjadi rasa ingin melindungi. Bagi Algar, Andara begitu spesial. Mampukah Algar melindungi seorang Andara? Apakah bagi Andara, Algar itu spesial? [ PERINGATAN ] MOHON MAAF BILA ADA TYPO, KARENA PENULIS JUGA MANUSIA. JANGAN LUPA BACA, CERITA INI UP SETIAP HARI RABU. ◆ TERIMA KASIH ◆

fsymlia · Teen
Not enough ratings
64 Chs

Story 37 : Penenang Hati.

Andara melangkah menuju halaman belakang rumahnya, perempuan itu masih tidak percaya jika Elvan melakukan semuanya hanya demi membalaskan dendam kematian ibunya.

Apa Elvan akan benar-benar menghancurkan keluarganya? Andara pasti tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aneh sekali, Andara sama sekali tidak mengingat wajah Elvan, padahal mereka sudah bertemu saat berusia 10 tahun.

Tunggu, bukankah artinya dirinya dan Elvan memiliki satu darah yang sama? Yaitu darah ayahnya. Sial, ini terlalu sulit untuk Andara pahami. Masa lalu yang terlalu rumit.

Andara memutuskan untuk mendatangi makam ayahnya. Kalau dipikir-pikir sudah lumayan lama Andara tidak mendatanginya. Andara rindu ayahnya, perempuan itu tidak menyangka jika Elvan masih memiliki ikatan darah dengannya. Jika saja lelaki itu tidak kejam, mungkin Andara sudah menganggapnya abang.

Sesampainya di makam, Andara berjongkok. Andara mengusap nisan ayahnya yang masih terlihat rapi, tidak ada kerusakan sedikit pun.

"Ayah, aku gak ngerti kenapa Elvan harus dendam sama bunda. Aku gak mau bunda kenapa-napa. Syukurlah Elvan masih di penjara saat ini. Aku takut Elvan nyelakain bunda," lirihnya.

"Elvan mau aku, hanya karena dia ingin balas dendam. Aku takut, yah. Gimana kalau keluarga kita benar-benar hancur?" Andara merasakan matanya mulai berkaca-kaca.

Andara menarik napasnya dalam kemudian berdiri dari jongkoknya. Andara harus apa selanjutnya, perempuan itu masih tidak tahu. Sial, Andara membutuhkan Algar sebagai penenangnya.

♡♡♡

Algar menghampiri meja Andara saat bel masuk belum berbunyi, hal itu cukup membuat banyak pasang mata melihat mereka. Andara sangat risih. Belum ada yang tahu jika mereka sudah pacaran, kecuali Rio dan Revan.

"Ngapain sih lo, gak enak banget diliatin," gerutu Andara membuat Algar menaikkan satu alisnya.

"Namanya juga orang punya mata, biarin aja kali." Andara berdecak sebal. Andara melirik Rio dan Revan yang menatapnya dengan tatapan jahil. Andara tidak mengerti kenapa teman-teman Algar sangat bodoh.

Andra diselamatkan dengan berbunyinya bel masuk. Bu Rika langsung memasuki kelasnya karena guru itu terkenal dengan kedisiplinannya. Banyak murid yang sangat sebal dengan bu Rika karena selalu memasuki kelas tepat saat bel berbunyi.

Andara menatap Algar yang terlihat kesal kemudian terkekeh kecil. Apa Andara mengatakan saja semuanya pada Algar? Andara membuang napasnya berat. Yah, dengan begitu mungkin hatinya akan sedikit lega.

Saat jam istirahat, Andara melangkah menuju perpustakaan, tempat yang selalu menjadi pelampiasannya untuk menyendiri, sayangnya lelaki bernama Algar itu selalu menyusulnya.

Andara menghentakkan kakinya kesal.

"Mau sampe mana lo ngikutin gue?" tanya Andara kesal.

"Kamar mand---

Andara menempeleng kepala Algar membuat lelaki itu menjerit kesakitan. Pukulan Andara tidak main-main.

"Belom selesai ngomong udah dipukul aja," keluh Algar. Andara melipat kedua tangannya di depan dada.

"Percuma gue dengerin sampe selesai, gak berfaedah." Kedua duduk di bangku perpustakaan. Sangat sunyi, seperti biasanya. Jarang ada siswa yang ke perpustakaan saat jam istirahat, mereka lebih memilih pergi ke kantin.

"Btw, kemarin gimana?" Andara menundukkan wajahnya.

"Ternyata bunda emang nyembunyiin semuanya. Kemarin bunda udah cerita semuanya." Algar tersenyum kecil.

"Kalau emang cerita itu berat untuk lo ceritain ke gue, lo gak perlu cerita. Tenang aja." Andara menggeleng kecil.

"Gue mau lo tau ini, mungkin dengan gue cerita ke lo hati gue akan sedikit lega." Algar mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Andara. Andara menatap tangan mereka dengan salah tingkah. Dasar laki-laki penggoda yang satu ini.

"Gue siap denger semua cerita lo. Gue akan jadi temen curhat lo, temen cerita lo, dan temen hidup lo."

Andara berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan kata-kata Algar barusan. Apa maksudnya teman hidup, coba? Huft.

Andara membuang napasnya kasar kemudian mulai menceritakan semuanya pada Algar. Ada beberapa bagian yang cukup membuat Algar tertegun. Algar juga menanyakan beberapa hal, khususnya tentang Elvan dan Abian, ayahnya.

Algar mengangguk paham setelah Andara menceritakan semuanya. Algar mengusap punggung perempuan itu.

"Lo masih inget janji gue, kan? Gue akam terus ada di samping lo, jadi tenang aja, gue pasti akan jagain lo." Andara tersenyum kecil. Seperti yang Andara bilang sebelumnya, hatinya sedikit lega.

Algar, lelaki penenangnya. Andara tidak mengerti, semakin lama Andara merasa selalu tenang saat di sisi Algar. Andara merasa semakin menyukai lelaki itu. Astaga bisa gawat jika Andara benar-benar menyukai Algar. Algar itu menyebalkan! Sudah, itu saja.

"Lo gak mau ngomong baik-baik sama Elvan?" Andara menaikkan satu alisnya.

"Maksud lo?"

"Dari cerita lo barusan, kita simpulkan kalau Elvan itu masih ada ikatan darah sama lo. Gue yakin kalau lo ngomong baik-baik dia pasti bisa berubah." Andara terdiam.

"Gue gak yakin. Hasrat balas dendam dia terlalu gila sampe dia gak peduli walaupun dia bunuh orang, itu terlalu susah buat dirubah," jawab Andara.

Algar tersenyum kecil.

"Gue gak akan maksa lo. Gue akan dukung apa pun keputusan lo." Andara mengangguk kecil.

Padahal mereka baru saja menjalin hubungan spesial dan itu pun secara tiba-tiba, tapi sikap Algar pada Andara sudah seperti orang yang benar-benar sedang jatuh cinta. Selalu meindungi dan menjaga Andara, selalu mendukung perempuan tu, selalu memotivasi dan menjadi penenangnya. Andara sangat bersyukur, masih ada orang baik di sekitarnya.

"Oh, iya, Resta ngundang kita ke pesta ulang tahunnya," ucap Algar tiba-tiba membuat Andara menaikkan kedua alisnya.

"Kita? Dia ngundang lo juga emangnya?" Algar menatap Andara sinis.

"Kalau dia gak ngundang gue, ngapain juga gue bilang 'kita' oon! Dia bilang ke gue dan nyuruh gue nyampein ini ke lo juga." Andara hanya ber'oh' ria. Memangnya Resta dan Algar sudah kenal dekat? Sejak kapan?

"Lo jemput gue, ya?" Algar terdiam dengan pertanyaan Andara barusan. Tumben sekali meminta Algar untuk menjemputnya.

"Tumben banget, biasanya juga mang ojek." Andara menatap Algar datar.

"Kalau gak mau ya udah!" sewotnya hampir saja meninggalkan Algar, kalau saja lelaki itu tidak menahan pergelangan tangan Andara.

"Iya, iya, gue jemput lo." Andara tersenyum kemudian memberikan Algar 'wink'.

"Gitu, dong." Andara berjalan keluar perpustakaan meninggalkan Algar. Algar masih terdiam di tempatnya. Apa itu benar-benar Andara? Melakukan wink? Astaga, manis sekali.

Algar merasakan dadanya yang berdegub sangat kencang, sepertinya Algar benar-benar menyukai perempuan itu. Semakin hari tingkah Andara semakin berubah. Perempuan itu mulai kembali tersenyum dan melakukan hal-hal yang bisa membuat jentungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Jika Andara terus melakukan serangan dadakan seperti itu, Algar tidak akan kuat. Sangat manis. Itu pasti kejadian sangat langka, hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkan wink Andara.

Algar memegang dadanya. Sial, separah ini kah jatuh cinta?

Andara, benar-benar perempuan yang sangat menarik, bukan? Algar tidak akan melepaskannya begitu saja.