webnovel

12.12 | END |

WARNING. CERITA INI BISA MEMBUAT ANDA BAPER. CERITA INI JUGA BISA MENYULUT EMOSI ANDA. Namanya Algar Malendra, lelaki humoris yang selalu membuat orang lain tertawa. Masa putih abu-abu adalah masa yang paling ditunggu lelaki itu. Karena biasanya, masa putih abu-abu adalah masa muda yang paling tidak bisa dilupakan. Algar pernah berangan-angan bahwa masa putih abu-abunya akan Indah dan dipenuhi kenangan membahagiakan. Namun, nyatanya tidak. Seorang gadis asing mampu membuyarkan seluruh angan-angan Algar akan masa putih abu-abunya yang Indah. Andara Kyra Meisie, seorang gadis asing yang secara tiba-tiba menarik Algar untuk memasuki kehidupannya. Dengan sosoknya yang misterius, gadis itu mampu menarik perhatian Algar. Semakin Algar mengacuhkan gadis itu, semakin besar pula rasa penasaran lelaki itu. Cerita ini adalah cerita tentang perjalanan panjang seorang Algar malendra untuk menuntaskan rasa penasarannya terhadap sesosok gadis asing nan misterius bernama Andara Kyra Meisie. Namun sayangnya, rasa penasarannya justru menjelma menjadi rasa ingin melindungi. Bagi Algar, Andara begitu spesial. Mampukah Algar melindungi seorang Andara? Apakah bagi Andara, Algar itu spesial? [ PERINGATAN ] MOHON MAAF BILA ADA TYPO, KARENA PENULIS JUGA MANUSIA. JANGAN LUPA BACA, CERITA INI UP SETIAP HARI RABU. ◆ TERIMA KASIH ◆

fsymlia · Teen
Not enough ratings
64 Chs

Story 21 : Kecelakaan.

Ini sudah dua hari sejak insiden pembullyan yang Tasya lakukan pada Andara. Selama itu pula, Tasya tidak lagi menampakkan Batang hidungnya di depan Algar.

Andara izin selama 5 hari untuk masa pemulihannya. Luka di punggungnya cukup parah sehingga menyulitkan perempuan itu untuk bergerak bebas.

Algar menatap arloji yang melingkar manis di pergelangan tangannya, seharusnya jam pelajaran terakhir sudah hampir selesai. Algar berniat menjenguk Andara hari ini.

Hari itu Algar mengantarkan Andara pulang ke rumahnya. Kedatangan Algar awalnya disambut antusias oleh bunda Andara, sayangnya wanita itu langsung terlihat panik ketika mendapati putrinya memejamkan matanya di pelukan Algar.

Algar menjelaskannya dengan tenang agar bunda Andara juga tidak terlalu panik. Algar mengatakan bahwa ini hanya kecelakaan kecil yang tidak disengaja, mungkin benturannya yang terlalu keras. Bunda Andara mengangguk menyetujui ucapan Algar.

Keadaan perempuan itu juga sudah membaik, hanya saja perlu banyak istirahat sehingga Andara mengambil izin selama 5 hari.

Bel pulang berbunyi, bu Shella meninggalkan kelas Algar. Algar merapikan seluruh buku-bukunya dengan cepat. Rio menghampiri meja lelaki itu karena melihat Algar yang sepertinya sangat terburu-buru.

"Kenapa lo? Buru-buru amat," ucapnya. Algar hanya menoleh sekilas kemudian menggendong tas punggungnya.

"Gue ada urusan. Noh, lo dipanggil Siti." Algar menunjuk bagian belakang kelas, Rio dengan cepat menoleh. Rio mengernyitkan dahinya ketika dirinya tidak menemukan siapa pun di sana. Rio menoleh kembali, dan Algar sudah tidak ada di tempatnya tadi.

Rio mengusap dadanya sabar. Memang harus banyak sabar jika memiliki teman seperti Algar, sangat menyulut emosi.

"Dasar bangke!"

♡♡♡

Algar menghentikan mesin motornya tepat di minimarket dekat rumah Andara. Algar berpikir untuk memberikan Andara buah tangan walau sedikit. Algar melihat-lihat deretan buah yang berjejer rapi. Kira-kira Algar harus membeli yang mana, ya?

"Andara suka apel gak, ya?" monolognya seraya mengambil beberapa buah apel untuk dibelinya.

Mata Algar tak sengaja melihat sebuah jepit rambut berwarna pink yang sangat cantik, Algar menyentuh jepit rambut itu. Entah kenapa sepertinya sangat cocok jika dipakai Andara. Algar memutuskan untuk membelinya sepasang, pasti Andara akan sangat cantik jika memakainya.

Algar membalikkan tubuhnya untuk membayar semua belanjaannya, sayangnya lelaki itu tidak bisa melanjutkan langkahnya karena Tasya berada tepat di depannya.

"Lo pasti mau jenguk Andara, ya?" tanyanya pelan. Algar menatap Tasya dengan tatapan datarnya, kemudian melewati perempuan itu tanpa menjawab apa pun. Tasya mengepalkan tangannya.

"Kenapa sih lo selalu nolongin dia?! Kenapa lo ngorbanin pertemanan 5 tahun kita demi dia?!" Algar menoleh ke arah Tasya dan menatap manik perempuan itu.

"Kenapa lo gak tanya sama diri lo sendiri? Lo lupa? Lo yang udah mulai ini semua." Tasya terdiam sejenak.

"Tapi gue ngelakuin semua ini demi lo, kenapa lo selalu ngebela dia?!" Algar tersenyum miring.

"Karena lo salah. Lo pikir gue akan ngebela orang salah? Gue gak akan marah sama lo kalau lo gak salah. Paham?" Algar melanjutkan langkahnya menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

Siapa sangka dirinya akan bertemu dengan Tasya?

Tasya menghapus air matanya yang sempat menetes. Tasya tidak pernah membayangkan hubungannya dengan Algar akan menjadi sejauh ini. Tasya hanya tidak ingin kalah dengan perempuan itu. Bukankah seharusnya Algar membela Tasya dari pada Andara? Tasya mendesah berat.

Mungkin Tasya akan menyerahkan rencana selanjutnya pada Elvan.

Sementara itu, Sesampainya di rumah Andara, Algar langsung mengetuk pintu rumahnya. Bunda Andara membukakan pintu untuk Algar dan langsung mempersilahkan lelaki itu memasuki rumahnya.

Algar melihat Andara yang sedang duduk di sofa seraya menonton televisi. Sepertinya sudah sangat membaik. Bunda Andara menyiapkan minum untuk Algar sementara lelaki itu menghampiri Andara.

"Gimana keadaan lo?" Algar tersenyum kecil kepada Andara.

"Udah baikan, kok. Masih ada nyeri cuma sedikit aja." Algar mengangguk kemudian memberikan sekantung apel pada Andara. Andara menerimanya dengan ragu.

"Makasih ...," ucapnya. Algar menatap Andara sangat lama, membuat gadis itu sedikit gugup dan kebingungan dengan tatapan Algar yang sedikit ... lembut?

"A-apa ... ?" Algar terkekeh kecil.

"Ternyata seorang Andara yang cuek bisa gugup dan manis juga, ya?" Andara memukul lengan Algar kesal, perempuan itu memanyunkan bibirnya. Algar tidak ingin mengalihkan tatapannya dari wajah Andara saat ini, Andara terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

Algar mengulurkan tangannya untuk menyelipkan sebagian rambut Andara ke belakang tellinga sehingga Algar bisa memandang wajah kekasihnya itu dengan bebas. Oh, Algar hampir melupakan sesuatu.

Algar mengambil jepit rambut yang telah dibelinya, lelaki itu memasangkan sepasang jepit rambut pada surai Andara.

"Jepit rambut?" Algar mengangguk.

"Lo jadi lebih cantik," jawab Algar. Andara hanya terdiam meski sebenarnya di dalam hati perempuan itu sedikit merasa senang. Ingat, hanya sedikit.

Bunda Andara kembali dari dapur membawa dua cangkir air putih. Bunda Andara tersenyum pada Algar.

"Terima kasih ya nak Algar, kamu selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Andara. Tante gak tahu lagi mau balas kebaikan kamu dengan cara apa," ucapnya.

"Gak apa-apa, tante. Saya juga punya banyak waktu luang, jadi bisa jenguk Andara. Lagi pula, Andara sekarang udah jadi tanggung jawab saya. Saya akan bertanggung jawab menjaga Andara." Bunda Andara menaikkan satu alisnya.

"Kalian ada hubungan spesial?" Andara menggeleng tegas. Andara tidak ingin bundanya tahu, karena bundanya pasti menentang Andara untuk memiliki hubungan spesial lagi dengan lelaki, mengingat Elvan yang seperti itu.

"Iya," jawab Algar. Andara melotot ke arah Algar, bisa-bisa lelaki itu terkena omelan bundanya.

Berbeda dengan ekspetasi Andara, bundanya justru tertawa kecil. Sejujurnya Andara sedikit lega. Entahlah kenapa bundanya tidak melarang, mungkin karena bundanya percaya dengan Algar.

Andara sendiri juga dangat yakin, Algar adalah lelaki yang sangat baik dan bertanggung jawab. Andara berharap Algar akan selamanya seperti ini dan tidak pernah berubah.

♡♡♡

Algar mencium tangan bunda Andara untuk berpamitan. Sudah 1 jam Algar berada di rumah Andara, kini lelaki itu sedang berpamitan untuk kembali pulang ke rumahnya.

Algar tersenyum pada Andara sebelum lelaki itu menancap gasnya. Algar merasakan sesuatu yang tidak beres dengan motornya.

Algar berniat untuk menghentikan motornya di pinggir jalan. Algar menekan rem pada motornya, sayangnya motornya tidak berjalan lebih lambat. Algar sedikit terkejut namun lelaki itu masih berpikir tenang. Masih memikirkan solusi untuk menghentikan motornya.

Jalan yang dilalui Algar mulai menggelap, Algar masih berusaha menekan rem pada motornya, sayangnya hasilnya nihil. Algar menyipitkan matanya ketika lampu mobil yang mendekat mulai menyorot dirinya. Algar tidak dapat lagi mengontrol motornya, motor itu sudah tidak bisa dihentikan.

Sedetik kemudian Algar merasakan tubuhnya menghantam baja besar itu, lalu terpental. Algar menatap seseorang dengan hoodie biru tuanya secara samar-samar. Algar sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, lelaki itu mulai kehilangan banyak darah.

Pada akhirnya pandangan Algar menjadi gelap.

Entahlah apa yang terjadi selanjutnya.

Kejadian yang Algar lihat terakhir kali adalah seseorang yang keluar dari mobil, seseorang itu memakai hoodie berwarna biru tua. Hanya itu, kemudian Algar kehilangan kesadarannya akibat kehilangan banyak darah.

SAMPAI KETEMU RABU DEPAN. HEHE. JANGAN LUPA DUKUNG AKU TRERUS YA, BIAR MAKIN SEMANGAT AKUNYA.

fsymliacreators' thoughts