webnovel

Ingatan Kemarin dan Keinginan Masa Depan

Pelita di taman kota telah padam. Aku melangkah membelah sepi, helai demi helai ruang bathinku berganti aroma ragu. Desah resah mendorongku untuk bermimpi tentang mimpi yang tak nyata. Senja itu temaram sekejap jari-jari malam singgah dipelataran. Kegelapan adalah biduk sesak menghujam detak jantungku memekikkan panggilan sunyi. Bulir-bulir kuyup mengendap pilu, mengentalkan luka dan menorehkan keluh diri serta mencabik rintih begitu perih. Mengabarkan resah diam-diam tawarkan tembang sumbang. Aku ikhlaskan cinta demi kasih, sebab luka telah ku ubah manjadi jaringan tabah. Aku tak mungkin melenyapkan makna dari kata membunuh arti senyuman dan menghapus namamu dari relung kalbuku. Tapi aku harus berlari membawa kegamangan lalu menumpahkannya pada cawan-cawan kerinduan dan meleburnya di kawah Candradimuka tempat aku mengenang dirimu. Jemari tangan terpaku memegang bolpen menari diatas kertas menuliskan kata-kata. Menggambar jelas perasaan yang baru saja aku temukan ditengah keramaian.

Seiring waktu berlalu halaman demi halaman ku selesaikan dalam waktu panjang dimalam ini. Aku tak merasa bosan, wajahmu menjadi ide ide cemerlang untuk segala tulisanku. Keindahan yg tak terlukis di kanvas putih bersih tapi tertulis diatas lembaran lembaran penuh makna. Siapa kamu sebenarnya ? Mengisi kepala dan hati hingga sesak. Berkeliaran dalam imajinasi yg mungkin hanya ilusi. Terasa indah dan dalam ketika waktu itu tatapan mu menyapa ku. Takku sertai namamu, karena hanya wajahmu yg ku ingat. Namamu akan ku jadikan topik pembicaraan lain ketika kita bertemu. Kesanku adalah senyummu dan alasanku memikirkanmu adalah karrna aku tak tau siapa namamu. Jalan malam kehidupan sepahit kopi, manis dikecap dan pahit ditelan. Tiap kali ku kenang wajahmu dalam dekapan embun dan kabut yang senantiasa memdekap dengan selimut. Namun satu hal yang tak pernah hilang dari ingatan, hanyalah remang ingatan seribu puisi berimaji, melewati batas kesadaran di antara kau dan aku yang mungkin saja saling merindu di dalam baitnya.

Sepatah dua patah kata terlempar begitu manis mengisi kesunyian. Senyum-senyum kiasan membias dalam larik-larik kata yang kini tak pernah kita jumpai. Semua senyummu telah terkunci untuk berkas-berkas bayangan silam. Sedang di palung jiwaku yang terdalam, masih sisakan tetes-tetes guritan lampau yang senantiasa menetaskan cerita yang tak kunjung menguap di bawah terik. Tak tergusur tempat semayam jiwamu, tak jua kerontang di kemarau panjang jiwaku meradang. Mungkin ini kebodohan, namun akan lebih bodoh lagi jika aku memilih kebisuan sebagai jembatan untuk menghubungkan dua jarak bentang ribuan mil dan menyampaikan apa yang sedang aku rasakan. Dan akan terjadi hingga tak ada lagi kata selain penghubung dua buah tebing kekang jiwa yang tak mampu semayamkan rusuk yang pernah hilang di waktu lalu. Aku tak pernah peduli akan jadi apa kata ini nantinya. Namun sebelum semua layak untuk dilupakan, akan lebih baik kuceritakan. Ya cerita kita berdua, tentang perempuan kaca dan pria maya yang telah bertemu semua tali penghubungnya.

Seketika aku mengingat kejadian lampau antara aku dan dia yang pernah saling bertukar rasa. Mengungkap kata yang katanya adalah cinta. Meskupun aku tak yakin dengan kata itu, karena tak pernah ada penjelasan pasti untuk memahaminya. Aku dan kamu menjadi dekat, bagai tanaman yang meminta pupuk untuknya bertumbuh. Kita ciptakan rasa yang indah sehingga mampu kita kenang. Bisakah kau jelaskan mengapa cinta bisa bertumbuh? Karena aku tak paham bagaimana itu terjadi. Mereka yang juga adalah saksi dari sejarah kita pun akan bertanya permulaan dari sebuah cerita yanh kita buat saat ini. Tidak sedikit juga yang meragukan kisah ini sehingga mereka mengujinya.

Malam itu, rembulan menyajikan cuplikan hangat perihal kita yang dulu bersama. Kita dan antologi rasa yang membelenggu kuat. Saling tarik menarik layaknya magnet, seolah tak ada penghalang yang menjadikan sekat di antara kita. Seumpama danau, aku seperti itu dengan kau seperti air yang menjadikanku muara, tempatmu mengalir. Pada malam itu, hembusan angin membuat ku memiliki kesempatan, kesempatan untuk bisa memelukmu, memeluk tubuh seseorang yang telah membuatku bermimpi perihal masa depan dengannya. Memberikan kebahagian yang indah didalam hati hingga lupa bahwa aku pernah tersakiti.

Tuhan selalu mempunyai andil untuk membuat hidup menjadi lebih sempurna, meski terkadang tanpa kita sadari. Itu sebabnya intuisi selalu menjadi awal dalam ingin yang panjang bagi setiap orang yang punya mimpi dalam hidupnya. Kau tau sebagaimana pun hal yang telah ku lalui denganmu, hingga sering membuatku jatuh. Tapi harapan yang telah kita bangun bersama tanpa sengaja itulah yang menjadi sebab untuk menguatkanku. Intuisiku selalu mengarah kepadamu. Membuatku yakin dalam jauh ataupun dekat. Kau tetap akan bisa aku gapai dengan mudahnya. Percayalah bahwa harapanku padamu nyata, bukan sekadar menanti dalam sudut ruangan ataupun ikut lebam sebab sebuah kebodohan.

Puas aku bernostalgia dengan kenangan masa lalu. Kemudian aku menginginkan masa depan. Aku sadar tak mampu ku lalui kehidupan ini sendiri, bahkan membayangkannya pun tak sebaik ketika dulu aku bermimpi. Tapi aku masih meragukan perihal hati, karena mereka selalu bercerita tentang patah hati yang sulit diobati. Aku sempat merasakan hal itu dan mengingatnya dikala sepi. Tapi aku berusaha untuk tidak hanyut dalam ilusi yang tak bertepi. Bertemu denganmu adalah hal yang tak aku kuasai. Mungkin Tuhan sudah merencanakan hal ini. Tapi aku tak mau menjangkau jauh sebuah ekspektasi. Aku hanya bersandar berharap kita bisa berbagi hati.

Aku pernah mencinta seseorang, tapi aku ditinggalkan. Aku hanya ingin memiliki pasangan yang tak hanya bisa berucap, tapi pandai membuktikan. Aku lugu dalam percintaan, aku tak bisa bersandiwara hanya untuk diperharikan. Aku terlalu jujur dengan hati, mungkin itu yang membuatku mudah patah hati. Tapi aku tak ingin terlarut dengan itu. Aku tak ingin kembali pada masa itu. Aku ingin melangkah maju dengan hati yang ku percayai. Sampai nanti kamu ada di sisi, aku akan menanti walau senja terus berganti.

Apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Dalam pertemuan tanpa perbincangan kala itu. Apakah kamu dan mereka juga menginginkan hal yang sama? Aku memikirkan masa depan bersama orang yang ku sayang. Apakah patah hati bisa diobati? Mereka pembual pun menyarankan untuk menikmati. Katanya waktu bisa mengobati? Tapi kenapa cinta selalu jadi topik utama dalam hal menyakiti. Aku hanya berharap kau datang suatu hari nanti dan kita berbincang perihal hati. Mungkin aku akan menjadi pilihanmu untuk menambatkan hati atau hanya aku yang bersedia menjadi tempat singgah ketika kau letih.

Tak ada yg berkuasa atas hati selain tuhan. Jika Ia menginginkan maka Ia akan bertindak. - Fian Afiansyah