-Z&Z Hotel, Bali - Indonesia | 10.00 AM-
Alea menarik kedua sudut bibirnya, gadis itu merasa begitu senang karena dapat berlibur tanpa merasa terbebani. Dirinya tak lagi merasa tertekan ulah perubahan sikap ayahnya, tak perlu merasa sakit hati karena kehadiran ibu pengganti dan tak perlu merasa benci kala melihat sang kakak tiri yang berperilaku menyebalkan. Alea senang, karena Farel mampu hadir dalam hidupnya, seolah menyelamatkannya dari kesengsaraan.
Sekalipun Alea harus pergi dengan dibuntuti para bodyguard Farel, namun itu semua tak membuat Alea merasa keberatan, Alea jelas tau jika Farel menginginkan yang terbaik untuknya.
Namun, Alea pun memiliki batasannya tersendiri. Seperti sekarang ini, setelah menyelesaikan acara makan di resto handalannya, Alea memilih untuk pergi ke toilet tanpa ingin dibuntuti oleh para bodyguardnya. Yang benar saja, untuk ini Farel pun pasti mengerti.
BRAK!
Alea memungut ponselnya yang terjatuh ke lantai ulah seseorang yang tiba-tiba saja menghantam tubuhnya. Bahkan, bahu Alea masih terasa sangat sakit. Alea pastikan, kesalahan ada pada orang itu, mau bagaimana pun juga Alea tau dan Alea sadar, bukan dirinya yang menyebabkan terjadinya bentrok antara dua orang.
"Woah-- adik tiri ku tercinta," ucapnya tiba-tiba membuat Alea menoleh.
Alea mengernyitkan dahinya bingung, mengapa ada wanita itu di tempat ini? Sungguh, Alea merasa begitu muak, mengapa harus ada Fricila?
"Apa pria yang membeli mu benar-benar menjadikan mu glamor seperti sekarang ini? Atau mungkin kau mencari sampingan di club-club dekat sini? Oh dan mengapa kau ada di hotel mahal ini? Apa kau sedang mendapat job?" cerocos Fricila tanpa henti membuat Alea menatap tajam ke arah Fricila.
"Ku dengar, kau juga berhenti sekolah. Astaga, itu sangatlah tiba-tiba," sambungnya memasang raut wajah menyebalkan.
Alea ingin menjawab apa yang Fricila lontarkan, namun tiba-tiba saja beberapa bodyguard Farel datang menghampiri, "Nona, apa semuanya baik-baik saja?" tanyanya.
Fricila tampak gelagapan sendiri melihat bagaimana seorang bodyguard memanggil Alea dengan embel-embel, 'nona'
Ah, sungguh. Alea di rumahnya saja tidak diperlakukan sespesial itu, apa Alea benar-benar beruntung? Dan apa yang harus Fricila lakukan?
"Ah, perkenalkan. Aku kakak Alea, aku sangat merindukan adik ku," kata Fricila tiba-tiba.
Alea memutar bola matanya malas, mengapa Fricila sangat pintar berakting? Ingin rasanya Alea menampar Fricila dengan tangannya sendiri.
"Nona, apa anda mengenalnya?" tanya bodyguard itu menghiraukan apa yang Fricila katakan.
Alea menggeleng, "Dia orang asing yang membuat ponsel ku terjatuh, mungkin dia tak memiliki uang untuk ganti rugi, bisa urus dia?" Alea balik bertanya pada bodyguard itu.
"Tentu, Nona. Akan saya urus," balas salah seorang bodyguard.
Fricila semakin dibuat bingung, wanita itu diam-diam mengatur langkah mundur secara perlahan, berniat pergi meninggalkan. Salah seorang bodyguard sudah siap untuk mengambil langkah, namun Alea tiba-tiba buka suara, "Biarkan saja! Aku hanya becanda, lagipula itu tak penting." kekeh Alea.
Jujur saja Alea merasa kesal dengan apa yang Fricila katakan padanya, namun mau bagaimana lagi? Dirinya tak memiliki waktu untuk sekedar meladeni wanita seperti Fricila. Biarkan saja Fricila berkata semaunya.
"Nona, saya permisi sebentar," ucap salah seorang bodyguard yang dapat Alea angguki. Setelah salah satu bodyguard itu pergi, Alea kembali berjalan meninggalkan area dekat toilet, mengingat perkataan Fricila membuatnya merasa muak dan menghilangkan niat awalnya.
Ah, jika saja Alea tau Fricila ada di Bali, mungkin dirinya tak akan pergi ke Bali. Dirinya pasti memilih pergi ke Italia, London, Paris dan masih banyak lagi. Namun mau bagaimana pun juga nasi sudah menjadi bubur, tak bisa Alea memutar waktu. Sekalipun Farel dapat mengabulkan permintaannya detik ini juga untuk berpindah tempat, tetap saja itu semua tak mungkin, Alea tak ingin mempersulit keadaan.
"Nona, Tuan ingin bicara." Salah seorang bodyguard menghentikan langkah Alea. Alea melirik bodyguard yang sempat pergi untuk menerima panggilan. Setelah berpikir beberapa saat, Alea akhirnya menerima uluran ponsel itu.
"Hall—
"Sayang, mengapa ponselmu mati! Apa semuanya baik-baik saja?" tukas Farel disebrang sana membuat Alea terkekeh dibuatnya. Oh ayolah, ini belum dua puluh empat jam namun Farel sudah begitu mengkhawatirkannya.
"Ponsel ku jatuh," adu Alea pada Farel, Alea hanya ingin tau apa reaksi yang akan Farel berikan padanya.
Beberapa saat Farel terdiam, hingga akhirnya, "Apa semuanya baik-baik saja?" ulang Farel. Mungkin Farel tau Alea tak seceroboh itu untuk menjatuhkan ponselnya, Farel pikir ada sesuatu yang memang tengah Alea hadapi.
Belum sempat Alea menjawab, Farel sudah lebih dulu buka suara, "Aku akan ke Bali hari ini juga." putus Farel tanpa meminta persetujuan dari Alea.
Alea menganga tak percaya, "Bukankah masih ada hal yang harus diselesai—
"Semuanya sudah selesai, tetaplah di hotel dan jangan mengusir bodyguardku, sayang." Lagi-lagi Farel memotong ujarannya membuat Alea berdecak kesal. Mengapa Farel ini?
"Tuan Arles yang terhormat, aku tidak mengusirnya! Aku ingin pergi ke toilet, apa kau rela membiarkan para bodyguard mu itu membuntuti ku hingga ke toilet!?" tanya Alea merasa kesal. Kali ini Alea tak ingin mengalah, toh memang benar bukan? Jika para bodyguard itu tak mungkin ikut menuju toilet bersamanya.
"Setidaknya biarkan mereka menunggu di depan pintu," balas Farel masih tak ingin mengalah.
Alea menghembuskan nafasnya kasar, "Baiklah kau menang." Hanya saja, Alea tak ingin terus memperdebatkan sesuatu yang bahkan hanya akan membuang waktu bersenang-senangnya. Bayangkan saja, Fricila sudah berhasil merusak moodnya, tak mungkin bukan Farel ikut merusak moodnya? Bulan hal yang Alea harapkan.
"Kalo begitu, ku tutup telponnya. Tunggu aku sayang," ucapnya pada akhirnya.
Alea tak menjawab, gadis itu langsung menekan tombol merah pada layar ponselnya. Masa bodo jika nanti Farel akan marah padanya, dirinya pun bisa marah, bukan hanya Farel.
Setelah memberikan ponsel itu kembali, Alea berjalan meninggalkan mereka semua menuju lift yang berada di dekatnya. Entahlah, ia merasa mood nya hancur seketika. Dimulai dari Fricila, bodyguardnya yang mengadu pada Farel hingga Farel yang— ah entahlah. Dia memang tak menyebalkan, namun tetap saja Alea sedang dalam keadaan begitu sensitif pada apa yang menimpanya.