"Farel, boleh tidak aku menemui Estelle sebelum pergi?" tanya Alea yang sedari tadi tengah duduk menatap Farel yang sedang sibuk membuatkan susu untuk Alea.
Sedari tadi pula Alea hanya diperbolehkan mengamati aktivitas Farel tanpa harus turun dari kursi pantry. Bukankah itu gila? Bahkan Farel dengan sengaja mengusir seluruh maid yang tengah beraktifitas di dapur karena Farel hanya ingin berduaan saja dengan Alea.
Farel menghampiri Alea, sembari mengulurkan segelas susu padanya, "Estelle hanya akan membuat mu pusing, sayang." Lantas Farel duduk di samping Alea, menatap rakus wajah cantik gadisnya itu.
"Tapi aku sudah berjanji akan—
"Alea, habiskan susu nya dulu. Setelah itu kau boleh bicara," tukas Farel.
Setelah meminumnya habis tanpa tersisa Alea menatap Farel yang tengah menyunggingkan senyumnya, Alea sempat merasa kebingungan, apa lagi ini?
Lengan kekar Farel terulur, mengusap sudut bibir Alea, membersihkan sisa-sisa air susu, "Berantakan."
Deg!
Lagi dan lagi, jantung Alea berdegup lebih kencang membuatnya hanya mampu membisu tanpa sepatah katapun.
"Katakan sayang," sambung Farel.
Shit! Alea gugup.
"Apa kau ingin bertemu Estelle?" tanyanya.
Alea mengagguk, "I-- iya."
Pria itu tampak terkekeh mendengar jawaban Alea yang tampak terbata-bata.
Cup! Satu kecupan mendarat di bibirnya, "Pergilah."
"Kau serius?!" pekik Alea antusias, Farel mengagguk dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
Grep! Farel mematung kala Alea memeluk tubuh kekarnya, ah— ini tak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Terimakasih Farel!!!"
***
"Estelle! Rupanya kau disini!!" Alea memekik girang sembari menghampiri Estelle.
Gadis yang kerap disapa Estelle itu tampak berbinar melihat kedatangan Alea secara tiba-tiba, "Apa Farel sungguh mengizinkan mu menemuiku!!?"
Alea mengagguk.
"Syukurlah, ku pikir pria es itu akan membawamu kembali tanpa mempertemukan kita terlebih dahulu."
"Pria es?" beo Alea.
Estelle menarik pergelangan tangan Alea, mencoba menghiraukan pertanyaan yang Alea lontarkan.
"Sudahlah, lebih baik kita pergi menemui Ratu dan Raja, mereka pasti senang melihat mu."
Seolah Alea tak diberikan celah untuk memprotes serta memberi penolakan atas apa yang telah diputuskan, Estelle— gadis itu terus menarik Alea menuju sebuah ruangan.
"Kau tau Alea, The Royal Lounge yang hanya memiliki dua kursi saja kini menjadi empat kursi!!"
"Lalu?" tanya Alea bingung, pasalnya tak ada yang salah bukan selagi Ratu atau Raja menginginkannya?
Estelle menghentikan langkahnya, menatap Alea dengan tatapan penuh arti, "Ratu dan Raja hanya menginginkan dua kursi saja, namun setelah kedatangan mu kembali, mereka tiba-tiba ingin menambah dua kursi lagi untuk kau dan Pangeran Farel."
"Kembali? Memangnya aku benar-benar pernah tinggal disini?" Alea semakin di buat bingung. Ia masih belum percaya pada Estelle dan akan apa yang Estelle tunjukan malam itu terlalu mustahil, menurutnya.
Seluruh maid yang berbaris sepanjang lorong membungkukkan tubuhnya begitu rendah, ada rasa tak enak hati kala melihat itu, sepanjang hidup Alea baru kali ini gadis itu melihat ada banyak orang yang bahkan dengan rela menjatuhkan harga dirinya seperti itu, sangat berlebihan. Dan satu hal penting, Alea bukanlah gadis yang gila akan hormat.
"Estelle, mengapa aku jarang melihat pengawal pria disini? Apa pengawal istana berjenis kelamin wanita?" tanya Alea, jujur saja dirinya merasa bingung. Memang dirinya sempat melihat mereka beberapa kali, namun kali ini tidak. Dan lagi, menurut novel-novel yang ia baca tentang istana dan kerajaan. Pasti ada banyak pengawal berjenis kelamin laki-laki.
Mendengar itu, sontak Estelle terkekeh atas apa yang Alea katakan, "Kau salah Alea, di istana ini hampir seluruh pengawal berjenis kelamin laki-laki. Bahkan koki kita pun berjenis kelamin laki-laki. Hanya saja kekasih mu itu sangat posesif, dirinya tak ingin melihat para pria itu menatap mu."
"Ke-- kekasih?"
"Sudahlah, ayo masuk! Aku tak ingin membuat mu pusing, pangeran kutub itu pasti memarahi ku habis-habisan jika terjadi sesuatu padamu."
Pintu yang menjulang tinggi itu terbuka lebar untuk dua gadis cantik yang tampak seumuran.
"Loh?! Dimana Raja Garden dan Ratu Lyorden?" tanya Estelle kala tak menemukan sepasang suami istri yang sedari tadi ia cari.
Salah satu maid datang menghampiri, lagi dan lagi mereka membungkukkan tubuhnya sebelum berbicara, "Ratu dan Raja sedang mengadakan pertemuan bersama rekan mereka, Nona."
Estelle menghembuskan nafasnya kasar, ia pikir dirinya akan membawa kesenangan bagi Ratu dan Raja karena telah membawa seorang gadis yang sangat mereka rindukan.
"Estelle, kau kenapa? Tenang saja, aku sudah sempat bertemu dengan Ratu Lyorden dan Raja Garden." Alea berusaha menenangkan Estelle yang terlihat begitu kesal.
Tiba-tiba saja tatapan Estelle berbinar, "Benarkah? Bagaimana tanggapan mereka?"
"Entahlah, tapi mereka baik."
Mereka memang baik, Alea percaya itu.