Menceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Mories Kenny Andrenata. Di usianya yang baru menginjak 6 tahun dia telah kehilangan kedua orang tuanya akibat kecelakaan mobil . Mories kecil saat itu masih belum tau apa dan mengerti apa yang telah menimpa keluarganya. Maryska Lucy Alviano adalah sahabat dari ibu dan ayah mories, setelah mengetahui kecelakaan yang menimpa sahabatnya Maryska merasa terpukul dan melihat mories kecil yang sendirian, ia berinisiatif ingin merawat mories selayaknya anaknya sendri. Mories kecil yang pendiam dan belum mengerti apa-apa dengan senang hati menerima tawaran Maryska, mories tidak tau bahwa kehidupan dimasa depan akan seperti apa yang jelas mories tak ingin hidup Kesepian.
Mories Kenny Andreanata
10 tahun yang lalu telah terjadi kecelakaan mobil tunggal yang telah merenggut nyawa kedua orang tua gadis kecil yang bernama Mories. Saat kedua orang tuanya sedang dikebumikan Mories kecil hanya berdiam diri menatap keramaian, dapat didengarnya isak tangis dari beberapa orang yang tak ia kenali. Sebenarnya ini adalah pemakaman kedua orang tuanya tapi mories kecil terlihat tak bersedih atau menangis sekalipun, ia hanya diam menatap orang sekelilingnya yang menatapnya iba, bahkan beberapa orang ada yang mengelus kepala Mories sembari mengucapkan kata yang mories sendiri tak memahami apa arti kata tersebut.
"Gadis kecil yang malang" kata itulah yang sering diucapkan orang-orang itu sambil mengelus puncak kepala mories.
Dari banyaknya orang yang mengelus kepala mories, ada seorang wanita yang tiba-tiba menghampirinya seraya bersimpuh lalu memeluk tubuh mungilnya. Mories kecil mengenali wanita itu, wanita itu bernama Maryska lucy alviano, beliau adalah sahabat dekat ibu dan ayahnya. Wanita itu terisak lalu mempererat pelukannya, tapi mories tetap diam. Tanpa diketahui Maryska, tangan mungil mories membalas pelukannya lalu menepuk-nepuk pelan punggungnya.
Perlakuan mories kecil membuat Maryska tersentak kaget, perlakuannya persis seperti sahabatnya yang tengah menyemangatinya kala ia sedang bersedih, tepukkan pelan dipunggungnya itu seolah tengah menguatkannya.
"Sudah jelas harusnya aku yang menyemangatinya, tapi saat ini akulah yang ia semangati". Batin maryska seraya tersenyum miris.
"Mories, mau ikut tante?" dilepasnya pelukannya pada mories kecil dan digenggamnya kedua jemari mungil mories.
Mories menatap jemarinya yang digenggam lalu mengangkat pandangannya menatap maryska.
"Ikut tante?" bukannya menjawab mories malah mengulangi ucapan maryska dengan polosnya.
"Iya sayang, mories mau ya ikut dengan tante? Kita akan tinggal bersama dirumah tante meryska dan om Daniel". Ucap maryska dengan lembut.
"Lucas.. Lucia" jawab mories kecil sembari menatap wajah maryska dengan tatapan polos anak kecil penuh harap.
Mendengar nama anak kembarnya disebut membuat Maryska tersenyum.
"Iya sayang, ada lucas dan lucia juga. Mories mau kan tinggal dengan kami?"
Senyuman yang maryska buat membuat Mories terpaku.
"cantik". Batin mories kecil saat itu.
Senyuman yang maryska buat seolah menular pada mories kecil sehingga tanpa sadar Mories kecilpun ikut tersenyum seraya menganggukkan kepalanya dengan semangat. Sesaat ia seperti tengah melupakan bahwa itu adalah hari pemakaman kedua orang tuanya.