29 Vol. 2 - CH. 2 - Part Two

"Pagi ini, Kembali di temukan kasus yang serupa seperti beberapa hari yang lalu. 1 siswa dari salah satu sekolah di kota, Kembali di temukan tewas dengan luka memar dan beberapa patah tulang. Polisi menyimpulkan kalau pelakunya adalah Bare Fist Satsuji yang berhasil kabur dari penjara seminggu yang lalu..-"

"..Sudah terjadi berbagai macam hal kasus belakangan ini yang di lakukan oleh Satsuji, Seperti Pembunuhan, Pemerkosaan, dan Pencurian. Semua kejahatannya iia lakukan kepada seluruh para siswa-siswi yang duduk di bangku SMA..-"

"..Kepolisian mengingatkan dan meminta kepada seluruh sekolah untuk memulangkan seluruh murid lebih cepat dari jam biasanya dan tidak di adakannya club sekolah apapun. Turnament sekolah dari beberapa club juga akan di tunda untuk sementara waktu demi keamanan para murid. Sekian berita mengenai kasus pembunuhan dari saya, Sekarang lanjut ke-"

Setelah presenter berita itu menyelesaikan membawa berita mengenai kasus pembunuhan, Seseorang dari dalam kamar ku mematikan TV tersebut.

Dia adalah Dokter Agase yang kini menemaniku selema beberapa hari belakangan ini dan juga merawat ku belakangan ini.

Dia menghembuskan nafasnya berat. Kemudian, Dia mengambil piring makanan dan memberikannya kepadaku untuk ku makan.

"Aku sudah tidak bisa menghitung seluruh kasus yang orang itu perbuat. Salah satunya itu pasti termasuk dirimu, Yuna"

Maaf Dok, Tapi aku tidak termasuk dari kasusnya.

Aku sampai sekarang masih berpura-pura kalau aku ini adalah salah satu korban perempuan yang di perkosa oleh Satsuji dan berhasil selamat kepada Dokter Agase dimana dia percaya.

Entah kenapa..

Aku tidak ingin mengakui kalau pelaku sebenarnya adalah Zuka.

Aku hanya..

Tidak tahu mengapa.

Aku berusaha berpindah ke posisi duduk di atas kasur ku dimana Dokter membantu ku. Setelah aku sudah berhasil duduk di atas kasur, Dokter membantu ku makan makanan buatannya dengan cara menyuapi ku.

Jujur, Makanannya sangat enak.

Dia tidak hanya seorang dokter yang jenius namun juga koki yang handal. Sepertinya ini adalah hasil dari menjadi orang yang sangat jenius sepertinya.

Kami tidak berbicara sama sekali, Kami terlalu sibuk untuk menghabisi makanannya. Dokter menyuapi ku dan aku berusaha untuk mengunyah lalu menelannya.

Lalu, Setelah makanan itu habis-

"Terima kasih banyak atas makanannya" Ucap ku merasa berterima kasih atas makanan yang dokter berikan.

Setelah habis, Kami pun mengobrol.

Dokter menaruh piring yang sudah tidak berisi makanan itu ke atas meja.

"Entah kenapa..Kau memang beruntung, Yuna"

"Bagaimana bisa?"

"Seluruh korban Satsuji, Setelah mereka di sakiti, Di perkosa, dan lainnya, Mereka akan segera mati bahkan ada yang di bawa ke rumah sakit namun berakhir dengan kematian. Kau salah satu orang yang beruntung dari semua korbannya"

"Lalu..Kenapa dokter tidak membawa ku ke rumah sakit?"

"Apa kau percaya dengan penanganan mereka? Jujur saja, Dokter tidak percaya. Hanya dokter seorang diri dan beberapa alat medis dan obat dari dokter maka dokter dapat menyelamatkan mu"

"Tidak ragu sih. Sudah dapat di lihat dengan hasil yang dokter berikan padaku"

"Rencananya, Dokter ingin membawa mu ke tempat dokter tapi setelah di pikir-pikir lebih baik tidak usah"

"Aku juga tidak mau. Karena merepotkan"

"Ya, Itu yang dokter pikirkan. Apa kau mau tambah makan lagi?"

"Tidak. Tidak perlu. Itu sudah cukup"

"Baiklah. Dokter akan ke bawah untuk mencuci piring. Apa kau ingin menonton TV? Walaupun jam segini sedang tidak ada yang menarik sih"

"Tidak. Aku ingin tidur saja. Lagi pula sudah mulai malam"

"Baiklah. Kalau begitu-"

Dari luar kamar kamar ku dimana pintunya terbuka lebar, Anjing ku, Shirou, masuk kedalam dengan sangat cepat. Dia langsung mendekati ku dengan wajahnya yang sedih.

"Sepertinya Shirou juga merasa sedih, Yuna"

"Ya. Keliatannya begitu"

Shirou naik ke atas kasur ku dan tidur di sebelah ku menemani ku.

"Kelihatannya Shirou ingin tidur dengan mu"

"Setidaknya aku memiliki teman untuk menemani ku tidur hari ini. Siapa tahu bisa menangkal mimpi buruk"

"Mm, Bagus kalau begitu. Kalau begitu-"

Dokter berdiri dari duduknya, Mengambil piring dan bergegeas turun ke lantai satu.

"Dokter akan mencuci piring setelah itu menonton TV di bawah. Shirou sudah menemani mu jadi tidak apa 'kan jika dokter tidak menemani mu?"

"Tidak. Tidak apa"

"Mengerti. Dan kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa kau tinggal panggil saja dengan cara berteriak atau yang lainnya"

"Tenang saja Dok, Aku tidak apa"

"Aku harap begitu. Kalau begitu, Selamat beristirahat"

"Ya. Dokter juga"

Dokter meninggalkan kamar ku dan menutup pintu rapat-rapat.

........

Dokter Agase berhenti sejenak belum meninggalkan depan pintu kamar Yuna. Dia kemudian berbicara kepada dirinya sendiri dengan pelan-

"Kenapa mental mu bisa begitu kuat, Yuna?"

Dokter kemudian langsung turun ke lantai pertama dan menuju dapur untuk mencuci piring.

Setelah mencuci piring, Dokter Agase langsung menuju ruang TV untuk menonton TV. Dia duduk di atas sofa dan menyalakan TV tersebut mencari saluran apa saja yang menarik dan layak untuk di tonton.

Di tengah-tengah dia menonton TV, Handphonenya berbunyi menandakan adanya telepon masuk.

Dokter Agase langsung mengambil Handphonenya dan mengangkat telepon masuk tersebut.

"Shikishima, Ada apa?"

"Sore Dokter~ Apa dokter masih di rumah Yuna sekarang?"

"Tentu saja. Sudah seminggu aku menginap di rumah Yuna menjaganya. Kadang aku pulang sih untuk mengambil beberapa barang dan lainnya"

"Ohh, Baiklah. Omong-omong, Bagaimana keadaannya?"

"Yuna. Seperti biasa, Mentalnya kuat entah bagaimana, Juga penyembuhannya lumayan cepat, Namun dia belum dapat bergerak banyak, Makan pun juga sudah lebih mending ketimbang kemarin-marin"

"Syukurlah kalau begitu"

"Kapan kau ingin berkunjung?"

"Secepatnya. Rencananya maunya dari kemarin, Tapi kasus si bajingan Satsuji ini sangat menjengkelkan. Dia memberikan kami tugas tambahan yang sangat merepotkan. Sekarang sudah ada hampir 2 kasus dari dua orang yang berbeda"

"Semangat, Shikishima"

"Haha, Mendengar sorakan semangat dari pria tua seperti mu terasa sedikit menggelikan~"

"Ha ha ha, Memangnya tidak boleh aku berlaga sedikit lebih muda?~"

"Tolong lihat umur mu, Dok. Umur kita hanya berbeda 10 tahun dan kau lebih tua dari ku"

"Aku bahkan tidak merasakan kalau aku sudah berumur 50 tahun. Aku masih merasa masih seperti diriku di umur 30 tahun"

"Oh ohhhh, Jiwa muda memang menyemangati hidup kita di umur kita yang tua ini ya"

"Ha ha ha, Kau yang bilang"

"Omong-omong, Dok"

"Ya?"

"Aku akan menyempatkan diri secepatnya datang menjenguk Yuna, Kemungkinan aku tidak sendiri"

"Hmmm? Kau ingin membawa teman polisi mu?"

"Ya, Dia seorang pemula namun sangat menjanjikan. Sekarang dia menjadi bawahan ku, Lebih tepatnya aku di tunjuk oleh kepala kepolisian untuk mengurus dan mengajari anak ini. Merepotkan namun juga cukup mengasyikan"

"Apanya yang asik dalam mengurus seorang pemula?"

"Lumayan banyak. Contohnya melihat ekspresinya yang belum terbiasa, Kecerobohan yang tidak di sengaja dan wajah polos seorang pemula itu yang kami nikmati sebagai seorang senior"

"Kau seharusnya membantunya berkembang bukannya menertawakannya"

"Hahahahaha~ Seorang polisi gila seperti ku juga memerlukan kesenangan, Dok"

"Ha ha ha, Aku juga. Kapan terakhir aku beristirahat ya?"

"Aku yang seharusnya menanyakan hal itu"

Mereka berdua pun tertawa bersama di panggilan telpon mereka.

..........

Aneh.

Aku tidak seperti biasanya.

Apa ini?

Ada apa ini?

Aku tidak tahu perasaan aneh apa ini.

Rasanya aku pernah merasakan perasaan aneh ini.

Namun sudah sangat lama sampai aku sulit untuk mengingatnya.

Ini bukan pertama dan kedua kalinya..

Mungkin yang ketiga kalinya.

Ini juga, Dari sekian lama, Aku tidak merasakan "Bosan".

Sudah seminggu aku tidak membunuh atau menyakiti seseorang dan aku merasakan kalau aku..

Tidak menginginkannya.

Aku tidak ingin menyakiti seseorang atau bahkan membunuh mereka.

Aku tidak tahu mengapa.

Aku juga tidak kebingungan akan hal ini. Mungkin sekarang aku memang terlihat bingung, Namun aku juga tidak terlalu memikirkannya.

Aku sudah di siksa oleh Zuka seminggu yang lalu tapi kenapa aku tidak kesal dan marah kepadanya?

Zuka dan teman-temannya adalah target ku selanjutnya yang sudah ku incar dan ku rencanakan. Aku sudah memikirkan berbagai macam metode untuk membunuh mereka dan juga cara agar aku tidak di incar dan di curigai.

Aku sudah berhasil membunuh Hide Himawari dan sekarang tinggal 5 lagi.

Tapi kenapa..

Aku merasa tidak ingin melakukannya.

Aku tidak ingin membunuh Zuka dan teman-temannya.

Dalam diriku mengatakan kalau aku tidak perlu melakukannya dan juga dalam diriku mengatakan kalau "Aku akan segera tahu kebenarannya".

Apa maksud itu semua?

Aku bahkan tidak dapat mengetahui isi hati ku sendiri.

Aku bahkan tidak dapat mempercayai diriku sendiri.

Tidak seperti biasanya.

Aku tidak pernah seperti ini.

Aku selalu yakin akan keputusan dan tindakan ku lalu kenapa sekarang malah seperti ini? Kenapa aku merasa ragu dan merasa kalau tindakan yang ku perbuat salah?

Aku tidak mau perasaan ini!

Aku ingin terus membunuh dan menyakiti seseorang!

Jika tidak demikian maka aku tidak bisa menyembuhkan rasa bosan ku..

Dan aku tidak akan pernah bisa untuk..

Mengisi hati ku yang kosong.

Aku terbaring di atas kasur memikirkan itu semua di temani oleh Shirou yang tertidur pulas di samping ku.

Aku mengelus bulunya yang lembut dengan pelan sambil menatap ke atas langit-langit atap rumah ku.

Mata ku terbuka dengan lemas merasakan kalau rasa ngantuk sudah menyerang ku. Aku masih belum mau tidur dan aku masih ingin berusaha mencari jawaban atas perasaan dan keadaan ku sekarang ini.

Tapi..

Lama-kelamaan, Aku benar-benar mengantuk.

Mau sekuat apapun aku berusaha agar tetap terbangun, Rasa ngantuk yang berat terus menyerang mataku dan terus memaksa mataku untuk tertutup dengan perlahan.

Aku pun akhirnya menyerah melawan rasa ngantuk ini. Aku membiarkan rasa ngantuk ini menghantui ku sepenuhnya dan merasuki diriku sepenuhnya sampai aku tidak sadarkan diri dan tertidur dengan sangat pulas di atas kasur ku.

Namun..

Sebelum aku menutup mata ku dan tertidur..

Aku menyebutkan sebuah nama..

Nama seorang perempuan yang entah kenapa ku sebut namanya..

"Zuka..."

Aku pun tertidur dengan pulas di atas kasur begitu saja.

.

.

.

.

.

.

Malam hari yang sudah sangat larut.

Aku tertidur dengan pulas dengan lampu kamar tidur ku yang di matikan. Shirou tertidur dengan pulas juga di sebelah ku.

Kami tertidur dengan sangat pulas di atas kasur tidak menghiraukan berbagai macam hal.

Lalu..

Dari arah pintu kamar ku, Pintunya terbuka dengan sangat perlahan.

Entah bagaimana, Aku, Yang tertidur sangat pulas dapat mendengarnya dan menyadarinya.

Aku yang berhasil mendengar dan menyadari kalau ada yang membuka pintu dari luar kamarku, Terbangun dari tidur ku dan mencoba untuk membuka mata ku pelan.

Rasanya sangat sulit dan sangat berat hanya untuk berusaha membuka kedua mataku. Namun lama-kelamaan aku berhasil membuka mataku.

Pintu kamar ku pun akhirnya terbuka sangat lebar. Biasanya di saat pintu kamar ku terbuka, Akan masuk cahaya lampu dari luar, Tapi kenapa tidak ada cahaya yang masuk sama sekali.

Kenapa semuanya gelap?

Aku kesulitan untuk melihat apa-apa.

Aku tidak dapat melihat dengan jelas apa yang ada di sekitar ku dan siapa yang baru saja datang masuk ke dalam kamar ku.

Mungkin karena aku juga baru saja terbangun dan masih sangat sulit untuk dapat melihat.

Di tambah juga dengan satu mata seperti ini akan sangat sulit untuk melihat.

Lalu..

Aku mulai mendengar langkah kaki yang berjalan ke arah ku dengan sangat pelan namun suara itu sangat jelas dapat ku dengar.

"Hmmm? Dokter?"

Aku berasumsi kalau yang datang adalah Dokter Agase yang merawat ku dengan cara menyebut namanya sambil bertanya-tanya.

STEP!

Langkah kaki itu dapat terdengar kembali.

"Dokter? Apa itu anda?"

Aku mencoba memanggil Dokter dan bertanya akan identitasnya, Namun dia tidak menjawab.

STEP!

Langkah kaki itu kembali terdengar dan juga semakin dekat.

"...Dok? T-Tolong..Jika itu anda..Aku mohon jangan menakut-nakuti ku seperti ini"

Aku bermohon kepada seseorang yang datang itu dengan nada yang lembut seperti memita belas kasihan.

STEP!

Lagi, Suara langkah kakinya kembali terdengar dengan sangat jelas juga sepertinya dia sudah semakin dekat.

"...Dok???"

Aku menjadi semakin ketakutan.

STEP!

Semakin dekat. Suara langkah kaki itu menjadi semakin dekat.

Aku masih berusaha melihat ke arah pintu kamar ku tapi aku masih tidak dapat melihat dengan sangat jelas akibat kamar ku yang sangat gelap.

STEP!

Suara itu menjadi semakin dekat dan sepertinya hanya dalam beberapa langkah lagi orang itu akan sampai kepadaku.

STEP!

Kembali terdengar dan menjadi lebih semakin dekat.

Aku pun kembali merasa takut dan juga tubuh ku mulai bergemetar dan dari wajahku aku mengeluarkan keringat dingin merasa sangat takut.

STEP!

"....Dok? Tolonglah?"

Aku masih berasumsi kalau itu adalah dokter yang datang kepadaku.

Aku melihat ke arah Shirou yang masih tertidur dengan sangat pulas tidak merasakan keberadaan seseorang yang datang.

STEP!

Langkah terakhirnya.

Itu adalah langkah terakhirnya dimana aku sangat yakin kalau dia pasti sudah sampai di dekat ku dan pasti sekarang dia sudah berada di hadapan ku.

Seandainya aku dapat melihat dengan jelas, Aku pasti sudah tahu siapa dia.

Namun..

Lama-kelamaan..Aku dapat melihat dengan jelas siapa yang berada di depan ku.

Aku masih terbaring lemas di atas kasur dan aku merasakan kalau aku tidak bisa menggerakkan tubuh ku. Bahkan menggerakkan kepala saja rasanya sangat sulit. Aku juga tidak dapat merasakan seluruh anggota tubuh ku.

Walaupun kamar ku sangat gelap akibat tidak adanya cahaya yang menerangi, Entah kenapa di kegelapan ini, Pengelihatan ku menjadi semakin membaik. Aku perlahan demi perlahan dapat melihat siapa yang baru saja datang.

Aku tidak dapat melihat di kegelapan dan pengelihatan ku sekarang yang semakin jelas sama seperti seseorang yang melihat di dalam kegelapan hanya dengan di bantu dengan sebuah senter kecil.

Di saat aku mulai bisa melihat dengan jelas siapa yang berada di depan ku, Mata ku mulai menjadi buram sama seperti seseorang yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Aneh..

Tadi saat aku baru saja terbangun dari tidur ku pengelihatan ku tidak buram seperti ini.

Masih buram dan tidak jelas. Aku masih kesulitan untuk melihat ke arah seseorang yang baru saja datang itu.

Anehnya..

Kenapa dia tidak melakukan apa-apa?

Dia tidak berbicara atau yang lainnya kepadaku.

Siapa dia ini?

Akhirnya..

Setelah aku berusaha untuk memfokuskan pengelihatan ku dan keburaman di mataku berhasil hilang, Aku pun mulai dapat melihat lumayan jelas di tengah kegelapan seperti ini ke arah orang yang baru saja datang tersebut.

"....Dok?"

Aku masih berasumsi kalau Dokter Agase lah yang datang.

Tapi aneh..

Saat aku melihat tubuhnya, Dia sama sekali tidak bundar atau gendut, Justru dia terlihat sangat ramping seperti seorang remaja perempuan.

Aku melihat kedua tanganya berada di sebelahnya lurus dan panjang tidak bergerak. Tangannya memang sangat mirip dengan tangan seorang remaja perempuan.

Di saat aku melihat kebawah, Dia memakai rok pendek persis seperti rok sekolah ku.

Saat di lihat dengan sangat jelas, Dia memang memakai seragam sekolah yang sedikit sama dengan ku hanya berbeda modelnya.

Siapa dia ini?

Apa salah seorang dari sekolah ku yang berkunjung pada malam hari?

Aku bahkan tidak memiliki satu pun teman.

Lalu kenapa ada seseorang dari sekolah yang menjengukku?

Siapa dia ini?

Aku masih terus berusaha untuk melihat ke arahnya.

Aku menajamkan mataku dan pengelihatanku lebih tajam lagi agar aku dapat melihat siapa orang ini.

Aku mencoba melihat ke arahnya mulai dari bagian bawah sampai wajahnya.

Rok pendek sekolah yang serupa dengan ku.

Baju seragam sekolah ku yang sedikit berbeda modelnya.

Lengan yang panjang tidak memegang apa-apa.

Dia memang seorang perempuan dan bukan Dokter Agase.

Lalu..

Saat aku melihat kebagian atas..

Aku dapat melihat rambut merah yang panjang dan berantakan.

Aku...

Kelihatannya mengenal siapa dia.

Tapi aku masih belum begitu yakin.

Lalu saat aku melihat ke arah wajahnya.

"EH!!!"

Aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat.

Rambut merah yang panjang dan berantakan, Mata biru yang melihat dan menatap ku dengan sangat tajam, Mulut yang tertutup rapat namun dari wajahnya dapat terlihat jelas kalau dia benar-benar tidak menyukai ku.

"Z...Z...Z...ZU...!?!?!?"

Dia adalah seseorang yang sangat ku takuti namun juga entah kenapa sangat ku kagumi.

Dia tidak lain dan tidak bukan adalah-

"ZUKA?!?!?!?"

Aku sangat terkejut dan berteriak sangat keras meneriakan namanya di hadapannya.

Aku berkeringat dingin sangat deras yang keluar dari wajah ku, Tubuh ku sangat bergemetar, Aku tidak dapat menelan ludah ku yang tertumpuk di dalam mulutku, Tubuhku bahkan tidak dapat di gerakan.

Dan aku...

Entah kenapa..

Tidak dapat berteriak.

Sebelumnya aku dapat berteriak dengan sangat kencang dan keras. Bahkan saat memanggil namanya saja aku berteriak dengan sangat keras.

Apa yang terjadi?

Aku menjadi lumpuh dalam seketika.

Aku melihat ke arah Shirou dan Shirou masih terlihat tertidur dengan sangat pulas tidak merasakan kehadiran Zuka sama sekali.

Aku merinding ketakutan dan berkeringat dingin ketakutan.

Mata ku terbuka dengan sangat lebar begitu juga mulutku yang ternganga merasa terkejut dan ketakutan.

Aku tidak bisa bergerak untuk melindungi diriku, Bahkan menutup mata saja tidak bisa.

Lalu..

Dari tangan kanan Zuka, Entah bagaimana tiba-tiba terdapat pemukul baseball di tangan kanannya.

Aku berpikir dengan panik dari dalam pikiran ku mengatakan "Sebelumnya tidak ada!?".

Aku masih melihat pemukul baseball itu dengan sangat terkejut dan..

Aku dapat melihat kalau pemukul baseball itu lama-kelamaan di angkat dengan pelan oleh Zuka ke atas.

Aku mengikuti gerakaanya. Dengan perlahan, Aku mengikuti pergerakan pemukul baseball yang di angkat dengan pelan oleh Zuka ke atas sampai aku dapat melihat kalau pemukul baseball itu terangkat sangat tinggi di atas udara.

Aku rasa aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mata ku terbuka semakin lebar sambil mengucapkan "EH!" di dalam pikiran ku.

Zuka memegang pemukul baseball itu dengan kedua tangannya dan dari genggamannya dapat ku katakan kalau dia mengumpulkan seluruh tenaganya bersiap untuk memukul ku dengan pemukul baseball itu dengan sekuat tenaga.

"Tidak!"

Ucap ku di dalam pikiran ku merasa takut.

Genggaman Zuka di pemukul baseball itu menjadi semakin kuat.

"Jangan!"

Aku menjadi semakin takut dan sangat tidak siap untuk kejadian selanjtnya.

Lalu..

Dengan sekuat tenaga, Zuka mengayunkan pemukul baseball itu ke arah wajah ku dimana aku berteriak ketakutan mengatakan-

"TIDAAAAAAKKKKKK!!!!!!!!!"

BAM!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku pun terbangun dari mimpi buruk ku.

Mimpi...

Hanya mimpi...

Apa benar itu tadi hanya mimpi?

Sepertinya aku baru saja berteriak dengan sangat kencang barusan.

Mata ku terbuka dengan sangat lebar begitu juga mulutku.

Wajahku berkeringat dingin dengan sangat deras dan tubuh ku sangat bergemetar tidak karuan.

Jantungku berdetak dengan sangat kencang sampai-sampai aku dapat mendengar detak jantung ku dengan sangat jelas.

Dan juga...

Kamar ku tidak gelap sama sekali. Di sini cukup terang, Sangat terang beda dengan sebelumnya. Sepertinya benar yang tadi itu memang hanyalah sebuah mimpi buruk.

Lalu, Shirou terbangun dari tidurnya dan dari wajahnya tergambarkan kalau dia sangat terkejut dan sangat panik akibat mendengarku berteriak sangat kencang dimana dia langsung mengeluskan kepalanya ke wajahku dimana aku mebalas dengan pelan "Tidak apa. Aku tidak apa" kepadanya.

Lalu..

Dari luar kamar ku-

Aku dapat mendengar langkah kaki yang bergegas dengan cepat dengan cara berlari menuju ke kamar ku.

Lalu, Dari depan pintu kamar ku, Pintu kamar ku terbuka dengan sangat cepat dan datanglah seorang pria tua yang sangat ku kenal sambil berteriak-

"YUNA ADA APA?!"

Dia adalah Dokter Agase.

"...Dok..Ter..?"

Walaupun aku tahu Dokter Agase yang datang, Aku masih bertanya-tanya mengenai apa benar dokter yang datang tidak seperti dalam mimpi ku barusan.

Dokter pun langsung mendekati ku dengan sangat cepat.

"YUNA! ADA APA?! APA TERJADI SESUATU?! APA ADA BAGIAN TUBUH MU YANG MERASA SAKIT?! APA MATA MU BAIK-BAIK SAJA?! KATAKAN PADAKU!"

Dokter bertanya sambil berteriak kepadaku dengan wajahnya yang benar-benar panik.

Aku hanya dapat membalasnya dengan pelan mengatakan-

"T-Tidak..Aku tidak apa, Dok"

"JANGAN BERUSAHA UNTUK BERBOHONG! KATAKAN YANG SEBENARNYA!"

"S-Sungguh. Aku tidak apa"

"Benar kah?"

"I-Iya..."

Aku mengangguk meng-iya kan.

Dokter Agase pun mereda dan menjadi tenang setelah berusaha percaya dengan perkataan ku.

"Hmm..Baiklah kalau kau bilang begitu. Jadi, Apa hanya sebuah mimpi buruk?"

"Ya. Kurasa begitu"

"Hmm..Mental mu boleh saja kuat tapi kau tetap tidak bisa lari dari mimpi buruk, Yuna. Bisa ku bilang itu sebuah Trauma"

"M...."

Dokter menarik nafasnya dalam lalu membuangnya di udara.

"Yuna..Kau memang membutuhkan istirahat lebih dan juga..Jika kau membutuhkan teman bicara untuk menghilangkan rasa takut dan trauma mu itu..Kau bisa berbicara dengan ku"

"Tidak..Aku tidak apa. Aku-"

"Jangan selalu berusaha untuk bilang 'Aku baik-baik saja' terus-menerus, Yuna!"

"...M-Maaf"

"Yuna. Tolong jangan terus-menerus berusaha sok kuat begitu. Tidak apa jika kau ingin menangis. Ada kalanya dan ada waktunya dimana seseorang akan lebih memilih untuk menangis ketimbang sok kuat dan ada kalanya juga seseorang akan menyerah pada waktunya di saat dia tahu kalau dia sudah merasa lelah"

"...."

"Kau juga pasti akan seperti itu, Yuna. Ada kalanya kau tidak akan melakukan hal yang biasanya kau lakukan walau aku tidak tahu apa itu. Ada kalanya kau akan berhenti dan merasa lelah. Akan ada kalanya kau tidak akan berlaga sok kuat lagi"

".....Aku.."

"Hmmmm..Kalau begitu, Bagaimana jika aku menemani mu di sini? Aku akan begadang sambil menonton TV di kamar mu jika kau tidak keberatan"

"...Aku..Sepertinya untuk malam ini saja tidak apa"

"...Baiklah. Tolong bilang kepada ku jika suara TVnya terlalu kencang"

"Dokter?!"

"Ada apa?"

"Apa..Dokter benar-benar ingin begadang?"

"Ya. Setidaknya aku dapat menjaga mu dari sini. Ini dapat membantu mu terasa lebih terjaga"

"....Baiklah. Aku tidak keberatan kalau begitu"

"Mmmm...Aku mengerti. Kalau begitu, Dokter akan mengambil makanan yang dokter baru saja beli untuk mu dan untuk ku"

"Tapi..Aku tidak lapar"

"Isi dulu perut mu setelah mimpi buruk mu itu. Kau membutuhkannya"

"...Baiklah"

"Kalau begitu, Aku akan segera kembali"

Dokter pun pergi keluar dari kamar kembali ke lantai satu untuk mengambil makanan yang baru saja dia beli untuk ku dan untuknya.

Berada di kamar sendirian lagi dan hanya di temani oleh Shirou membuat ku mengingat kembali mimpi buruk ku barusan.

Kenapa aku..Bisa bermimpi buruk?

Dan kenapa harus dia?

Aku tahu kalau hampir setiap hari aku bermimpi buruk tapi tidak ada satu pun mimpi-mimpi itu yang membuat ku takut dan terbangun seperti barusan.

Ini pertama kalinya untuk ku.

Lagi dan lagi..

Yang pertama kalinya untuk ku.

Belakangan ini segala macam hal yang biasanya sudah biasa bagi ku menjadi tidak biasa.

Tidak ada rasa ingin membunuh.

Tidak ada rasa ingin menyakiti.

Bahkan tidak ada rasa benci dan dendam.

Aku merasa..Seperti sesuatu sudah mulai berhasil terisi kembali.

Tapi..

Apa yang membuatnya seperti itu.

Aku rasa belakangan ini tidak ada yang membuat ku senang.

Tidak ada yang membuat ku merasa aman dan nyaman.

Lalu apa penyebabnya?

Apakah ini hanya masih berupa pertanda saja?

Aku tidak tahu..

Tapi sepertinya aku harus mulai mengakuinya..

Sepertinya..

Setelah sekian lama..

Hati ku..

Mulai terisi kembali.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tapi..

Aku sama sekali tidak paham.

avataravatar
Next chapter