webnovel

BERBAGAI PERTANYAAN

"Sebenarnya, laki-laki yang akan datang itu siapa? Kenapa Mama mempersiapkan semuanya dengan begitu istimewa? Apakah dia juga akan mendapatkan tempat yang istimewa di rumah kita?" Tanya Arka kepada Azura Mamanya.

Sang Mama kemudian tersenyum, "Kamu itu memang anak yang pintar. Setiap perlakuan istimewa pasti akan diberikan kepada orang yang istimewa. Itu adalah hukum alam yang tidak bisa kita lawan. Dan yang kamu katakan itu semuanya benar."

"Apakah Mama sudah lama mengenal laki-laki tersebut?" tanya Arka kepada Azura lagi.

"Lumayan lama. Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa, Ma. Arka hanya takut jika Mama terjebak pada sesuatu yang Mama tidak mengenalinya."

"Tenang saja, kamu tidak usah khawatir. Mama ini sudah dewasa, sudah banyak makan asam garam. Sudah terlalu banyak pengalaman yang Mama lalui. Jadi kamu tenang saja, Mama pasti akan melakukan yang terbaik."

"Syukurlah kalau begitu, setidaknya Arka tidak usah merasa bingung."

Hingga kemudian saat mereka sedang asyik berbincang, seorang laki-laki datang.

Dia mengenakan kemeja berwarna hitam dan juga celana hitam. Kulit tubuhnya sangat putih. Laki-laki itu tampan dan menawan. Gaya berjalannya mirip seperti seorang yang memang sudah menjadi kaya raya dan memiliki banyak sekali pengalaman.

"Assalamualaikum," sapa laki-laki itu mengucapkan salam sebelum memasuki rumah Azura.

"Waalaikumsalam. Silakan masuk, Yah," kata Azura kepada laki-laki tersebut.

Cara Azura memanggil laki-laki itu membuat Arka dan kakaknya saling berpandangan. Mereka tidak percaya Mamanya sudah sedemikian akrab dengan laki-laki yang baru saja mereka kenal.

"Anak-anak, ayo keluar! Ini tamunya Mama sudah datang," kata Azura kepada anak-anaknya.

Mereka kemudian keluar menjabat tangan laki-laki itu sambil tersenyum. Mereka duduk di sana bersama-sama dengan Azura dan tamunya.

"Perkenalkan, ini Pak Ashraf. Beliau adalah seorang pengusaha terkenal, banyak orang yang sudah mengenali beliau dan bagaimana kiprah beliau selama ini. Kita harus bersyukur karena beliau mau datang ke tempat kita. Biasanya untuk mendapatkan jadwal beliau itu tidak mudah. Kita harus ngantri sampai berhari-hari, berlomba dengan mereka-mereka yang lebih dahulu datang dan memohon pengajuan jadwal untuk bertemu." Azura bercerita panjang lebar kepada anak-anaknya sedangkan anak-anaknya menganggukkan kepala saja.

"Ah, tidak benar juga apa yang dikatakan oleh Mamamu. Itu terlalu berlebihan. Kalau ingin bertemu dengan Ayah, kapan pun kalian bisa bertemu. Kalian tidak perlu membuat jadwal karena bagaimanapun juga, Ayah ini ada untuk kalian."

"Ayah," dalam batin Arka menggumam.

Sejak kapan laki-laki yang baru dikenalnya dan baru saja datang ke rumahnya lalu kemudian dia memberikan label Ayah pada dirinya.

Arka bingung tidak mengetahui sebenarnya perjanjian apa yang sedang terjadi antara sang Mama dengan laki-laki ini. Laki-laki bernama Ashraf itu sudah sedemikian lancar dan lihai, tampak tidak canggung lagi saat berada di rumah mereka. Apakah itu artinya sang Mama pernah mendatangkan laki-laki ini ke rumahnya?"

"Silakan diminum, Yah! Minumannya mumpung masih hangat."

Laki-laki yang bernama Ashraf dan dipanggil 'yah' oleh Azura itu kemudian meminum minuman yang sudah disediakan.

Kemudian mereka pun berbincang-bincang dengan menanyakan tentang berbagai macam pertanyaan tentang sekolah, tentang aktivitas yang saat ini dijalani dan juga tentang banyak hal. Arka juga kakaknya mendengarkan saja sambil sesekali menjawab pertanyaan dari laki-laki tersebut.

Laki-laki itu juga sebenarnya seorang story telling yang baik. Dia bercerita tentang banyak hal di rumah Arka dengan caranya sendiri. Arka hanya diam tidak terlalu banyak menjawab, yang pasti dia merasa sangat heran dengan kejadian yang terjadi di depan matanya hari ini.

Bukankah Mamanya adalah seorang yang pendiam dan tidak pernah keluar kamar lalu sejak kapan Mama mengenal laki-laki bernama Ashraf itu? Apakah selama ini Mama memang sudah sering berbincang-bincang kepada laki-laki tersebut?

Arka mencoba bermediasi dengan perasaannya sendiri, dia tidak ingin menyangka hal yang tidak-tidak tentang Mamanya.

Arka tahu saat ini bahwa sang Mama sedang bahagia. Itu tampak sekali dari raut wajahnya yang berseri-seri. Mamanya juga menghidangkan banyak sekali kue di depan Ashraf dan juga Arka serta kakak kandungnya.

Hingga kemudian pertanyaan pun dihentikan karena Ashraf harus segera pergi dari rumah mereka. Ada banyak pekerjaan yang menunggu Ashraf saat ini

"Kalau begitu, aku pamit dulu, ya," kata Ashraf kepada Arka, Azura juga kakak dari Arka.

"Kenapa terburu-buru, Yah?" tanya Azura kepada laki-laki tersebut.

Azura masih saja menggunakan panggilan kata 'yah' di dalam kalimatnya. Hal itu membuat Arka menjadi sedikit tidak nyaman. Kenapa Mama tidak memanggil laki-laki itu dengan panggilan biasa saja. Memanggil nama atau memanggil profesinya? Mengapa harus membubuhkan kata 'yah' disetiap kalimat langsung yang disampaikan kepada laki-laki itu.

Apakah sang Mama benar-benar jatuh cinta? Apakah Mama tidak ingat bagaimana sakitnya saat dia menjadi janda dan kemudian ditinggalkan sendirian?

Harusnya sang Mama lebih bijak dan mengerti tidak hanya asal menuruti egonya saja.

Laki-laki yang bernama Ashraf itu kemudian berdiri pertanda bahwa dia benar-benar akan pamit dari rumah Azura. Arka dan kakak kandungnya berdiri juga. Mereka menjabat erat tangan Ashraf.

Kemudian Ashraf benar-benar pergi dari rumah mereka menuju halaman depan.

Wajah Azura berseri-seri setelah kedatangan Ashraf. Dia merasa begitu dicintai, tetapi hal itu berbeda dengan apa yang ditampakkan oleh Arka dan juga kakaknya. Mereka berdua sepertinya tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh Azura pagi ini.

Azura juga tidak mengerti alasannya apa? Mengapa mereka menjadi tidak nyaman saat bertemu dengan Ashraf? Bukankah mereka telah lama tidak memiliki ayah? Apakah salah bila seorang ibu kemudian ingin menikah lagi?

"Ma." Panggil Arka kepada Azura

"Iya, ada apa Arka?"

"Laki-laki tadi itu kekasih Mama, ya?" tanya Arka berusaha menguliti apa yang ada di dalam hati Azura.

"Kalau iya, kenapa dan kalau tidak juga kenapa?" tanya Azura kepada Arka

"Mama jangan berteka-teki dengan Arka. Arka bertanya yang sesungguhnya, Apakah laki-laki tersebut adalah kekasih Mama? Kenapa Mama tadi memanggilnya dengan sebutan 'yah' dikalimat yang Mama sampaikan kepadanya."

"Arka hanya ingin tahu kebenaran saja, Ma. Jika memang itu adalah kekasih Mama, Arka tidak akan melarang yang penting Mama bahagia."

Azura bingung. Kepalanya terasa pusing mendengar apa yang disampaikan oleh Arka.

Selama ini Arka tidak pernah terlalu banyak bertanya apalagi melawan setiap kehendak Mamanya. Dia adalah anak yang baik, sopan dan penurut. Tetapi dia memang lebih ekstrem dalam menyampaikan pendapat daripada saudaranya yang lain.

"Kalau Mama memang tidak ingin menjawab, tidak apa-apa. Arka tidak akan memaksa tetapi yang pasti Arka sangat ingin Mama memberitahu Arka tentang siapa laki-laki itu sebenarnya di hati Mama? Bukankah selama ini Mama tidak pernah keluar dari rumah? Lantas kapan Mama berkenalkan dan juga memikirkan tentang dirinya?"

Arka berbicara di kamar Mamanya. Ada duka di dalam hatinya yang berusaha dia salurkan. Namun duka itu tertata, tidak tertangkap oleh Azura sehingga membuat Arka dan Azura menjadi sedikit berbeda.