webnovel

“Perpisahan”

Di sini, waktu seperti berhenti di awal tahun 2000-an. Semuanya serbamanual, semuanya serba-zaman dulu.

Namun, hal itulah yang membuatku senang dengan kota ini. Kota paling indah, di mana aku bermain sejak kecil dan kini mulai tumbuh dewasa.

"Kenapa kamu melamun, Melati?" tanya Bunga penasaran yang melihatku melamun sambil melihat jalan raya.

Aku memang akhir-akhir ini sering melamun, menatap setiap jengkal kota kelahiranku.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang menikmati kota ini," jawabku.

Bunga tak menjawab, ia hanya mengangguk memberikan sinyal jika ia mengerti.

Besok hari datang, aku melakukan hal serupa, yakni kembali melamun.

"Dari kemarin aku melihat kamu terus melamun, pasti ada yang tidak beres. Ceritakan masalahmu," desak Bunga.

"Meski kamu adalah sahabat dekatku, tak semua bisa aku ungkapkan semua masalahku," jawabku.

Mendengar hal tersebut Bunga justri kian penasaran.

"Kita sudah berteman dari kecil, semua hal tentangmu aku sudah tahu. Kenapa kamu tiba-tiba begini?" ujar Bunga.

Entah kenapa, mendengar hal itu aku malah emosi.

"Jangan campuri urusan orang!"

Aku pun pergi meninggalkan Bunga.

Perbuatanku salah, tetapi emosi itu datang begitu saja.

Bunga yang heran dengan sikapku, tampak juga ikut emosi karena ia merasa disalahkan.

Berawal dari sana, aku dan Bunga tak lagi bertemu. Terhitung, sudah satu minggu aku tak berjumpa dengan Bunga.

Padahal, dalam waktu dekat aku akan pergi, meninggalkan kota yang sejak kecil aku tinggali.

Bunga datang ke rumah, meminta maaf karena sikapnya tempo hari yang seakan kepo dengan masalahku.

"Maafkan aku Melati, aku sadar jika semua hal tak bisa diberi tahu. Maaf, ya."

Aku lantas memeluk Bunga, menangis sejadi-jadinya.

Selain karena aku merasa bersalah, aku juga sadar kalau aku akan meninggalkannya.

Aku pun lalu menceritakan apa yang terjadi. Jika aku akan pindah bersama keluarga ke luar Pulau.

Bunga semula tak menerima karena kita berjanji untuk bersahabat selamanya

"Tak mengapa, jarak hanyalah jarak. Jangan sampai persahabatan kita luntur karena hanya jarak," ungkap Bunga.

Kita pun berpelukan sambil menangis. Dua orang sahabat yang esok hari tak bisa saling jumpa kembali.

***