Pavilliun mewah. Jungkook tidak menyangka bahwa dirinya bisa menempati salah satu bagian dari mansion milik orang seterpandang keluarga Kim. Dia hanya bersyukur mengingat kuas takdir yang ia rasa tidaklah terlalu jahat padanya.
Jungkook telah hampir dua jam menghabiskan waktunya dibalik jendela yang terbiarkan terbuka dengan tirai yang tersingkap. Beberapa kali beterbangan karena angin malam semakin gencar merangsek memaksa masuk kedalam kamarnya. Tak peduli angin yang semakin garang menggigit kulitnya yang seputih susu itu dengan hawa dingin. Jungkook masih setia dengan pemandangan langit pekat tanpa bintang diluar jendela.
Duduk dikursi kayu dengan sandaran kayu bermotif garuda, dengan pakaian seadanya, hanya sebuah kaos tipis berwarna hitam polos yang dipadukan dengan ripped jeans berwarna senada. Rambut yang masih sedikit basah tanpa polesan apapun, sisir atau pomade? Tidak sama sekali. Tatapannya nanar menengadah, sesekali memejam saat dinginnya bertambah tajam. Posisi kakinya nyaman dengan agak terbuka, dengan kedua tangan yang dia biarkan bersilang didepan dada.
Pakaian Jungkook memang tidak jauh-jauh dari 3 warna yang dominan pada mode dark dan moon. Hitam, putih, abu-abu. Sehingga tak jarang juga mendapat bisikan tetangga katanya dia tak punya baju karena ayahnya yang miskin. Padahal bukan seperti itu, pun dia memiliki banyak sekali baju dikamarnya. Entah bisa bagaimana ayahnya memiliki banyak uang untuk membelikannya barang-barang dan baju-baju mahal seperti itu. Tapi itu dulu, tidak dengan sekarang setelah ia mengerti semua faktanya, yang ternyata dia adalah bagian dari Kim yang sengaja dihilangkan. Itu mungkin saja berarti semua fasilitas yang dia dapatkan selama ini adalah dari keluarga Kim.
Menit berikutnya Jungkook terkesiap, menyadari bahwa ponsel yang sedang dia charger bergetar beberapa kali. Jungkook pun mau tidak mau harus beranjak dari sana, berjalan menghampiri nakas dan mengambil ponselnya yang terus bergetar.
Jungkook mengamati, bahwa ternyata yang menghubunginya adalah kekasihnya. Park Sewon. Ada apa dia menghubunginya malam-malam. Tepat sedetik Jungkook hendak menekan ikon hijau untuk menjawabnya, panggilan itu sudah lebih dulu berakhir. Namun atensinya mendadak bukan panggilan yang berakhir itu, namun kepada dua pesan baru yang membuatnya ingin segera membukanya.
[Park Sewon]
Jung. Jika kau tidak datang, mungkin bisa jadi ini yang terakhir. Kau terlalu sibuk dengan duniamu yang sekarang, kau bahkan tidak menghiraukanku seharian ini. Aku muak Jung.
[Park Sewon]
Aku tunggu sampai jam 11. Sirkuit balap lajur Abel Red International III.
Detik berikutnya adalah Jungkook yang langsung mencabut charger yang terhubung ke ponselnya. Berlarian menyambar kunci mobil dan jaket leather nya yang juga berwarna hitam. Jaket yang sama dengan yang siang harinya dia pakai. Pun sekarang Jungkook sudah keluar dari pintu pavilliun, menguncinya dan menuju garasi mobil yang memang berada tidak jauh dari pavilliunnya.
Jungkook tentu saja mencintai Park Sewon. Jika tidak mencintainya, tidak mungkin Jungkook menjadikannya kekasih. Dia gadis yang cantik, namun sedikit serampangan. Dan salah satu faktor ketertarikannya juga adalah karena gadis Park itu lebih tua dari Jungkook satu tahun. Gadis sederhana yang tidak pernah berlaku untuk memaksakan dirinya menjadi cantik, sedangkan Jungkook suka yang alami. Sewon juga adalah gadis yang terlalu sempurna bagi Jungkook, meskipun serampangan dan selalu blak-blakan seperti tadi, tapi Sewon adalah gadis dengan isi kepala yang menurut Jungkook sangatlah bisa diandalkan. Pintar dan mungkin picik beberapa persen. Tapi tetap saja hanya Sewon lah yang selalu menarik bagi Jungkook. Jujur saja Jungkook belum pernah meniduri Sewon meskipun dia selalu ingin melakukannya. Perihal itu, kemungkinan besar bahwa Jungkook merasa bahwa rasa cintanya bukan hanya sekedar ingin mengais kepuasan, tapi lebih kepada dia yang selalu ingin melindungi dan menjadi yang paling Sewon inginkan.
Namun malam ini nampaknya semuanya tidak berjalan baik. Pekerjaan yang selalu menguras waktunya adalah salah satu penyebab Sewon akhirnya menelfonnya dengan tidak santai dan mengiriminya pesan yang terlampau membuat isi kepala Jungkook melanglang buana hingga ke kemungkinan terburuk. Menyebalkan! Tapi cukup membuat Jungkook kelabakan sendiri. Seperti ini contohnya, dia bahkan sama sekali tidak menghiraukan saat ada beberapa kali getar ponsel disakunya. Awalnya dia kira itu adalah Sewon, dan ia tidak perlu mengangkatnya, ia hanya perlu datang ke sirkuit sebelum jam 11, jika dia masih ingin Sewon tidak pergi darinya.
Getar ponsel tanpa dering yang masih terus berlanjut, bahkan saat dia sudah berada dibalik kemudi, merasakan hingga perutnya ikut bergetar karena terlalu banyak panggilan masuk yang membuat ingin membuang saja benda kotak pipih itu. Tapi yang dilakukan Jungkook adalah mengeluarkan ponselnya, melihat siapa nama yang tertera disana. Dan di detik berikutnya seketika irisnya melebar, menggeser ikon hijau dengan terburu-buru, lalu menyapa gadis dibalik teleponnya yang kini sudah dia tempelkan ditelinga kanannya.
"Jung, kau mau kemana?" Kata pertama yang Jungkook dengar bahkan saat dia belum menyapa atau menanyakan perihal kenapa gadis Kim yang berada di mansion yang sama dengannya itu menelfon dirinya selarut ini. Apa mungkin gadis itu tahu bahwa Jungkook akan pergi?
"Ada apa noona? Bagaimana noona bisa tahu?"
"Apa itu penting sekarang?"
"Aku ikut, Jungkook. Dan aku tidak menerima penolakan."
"Noona, aku hanya pergi sebentar."
"Aku hanya ingin ikut, apa aku terlalu menyusahkan untukmu?"
Sukses. Perdebatan yang membuat sebagian hatinya teriris begitu perih. Tentu Jungkook tidak pernah merasa bahwa noona nya itu menyusahkannya. Bahkan ia sangat senang saat ia bisa dekat sekali dengan noona yang baru ia temui meskipun ada beberapa fakta yang menyatakan bahwa dirinya adalah satu rumpun dengan noona nya. Bahwa keduanya memang kakak adik yang sengaja dipisahkan. Meskipun ia tahu fakta itu dengan sangat baik, tapi sampai sekarang Jungkook masih belum mengerti motivasi apa yang membuat keluarga Kim menyembunyikan fakta bahwa mereka memiliki dua orang pewaris.
"Baiklah jika noona memaksa. Turunlah dan aku menunggumu di pintu utama." Dan panggilan pun berakhir dari pihak Jungkook terlebih dahulu.
Pada akhirnya memang Jungkook tidak pernah bisa menolak permintaan gadis mana pun yang dia sayangi, terutama gadis bernama Kim Yerin itu. Mengejutkan mengingat Jungkook baru saja mengenal noona nya beberapa hari, meskipun ia tahu fakta itu sejak setahun belakangan, tapi tetap saja ia rasa ikatan saudara yang tidak terlihat itu sudah mengikat keduanya bahkan semenjak ia belum mengerti apapun. Kenyataan bahwa Jungkook menyayangi noona nya bahkan disaat sekarang Yerin tidak mengetahui apapun tentang hidupnya. Tentang dirinya yang memiliki marga yang sama dengan Jungkook dan darah yang sama mengalir dari hulu yang sama, Kim Daehyun. Ayah mereka yang sekarang sudah berada di surga sana.
"Aku tidak tahu akan sampai kapan bisa menyembunyikan semuanya darimu. Untuk saat ini, aku hanya ingin membuat noona tersenyum."
~~~