Di atas jembatan tertinggi di kota A, seorang pemuda tampan sedang berdiri menyendiri di atas tiang pegangan jembatan di tengah malam, tepatnya pukul 02.31 subuh. Pria itu berdiri dengan berlinang air mata, dia terlihat sangat kesepian dan putus asa. Tidak ada suara tangis atau isak tangis yang keluar dari dirinya, yang terdengar hanyalah suara deruk napas dan kesunyian malam.
Air matanya jatuh mengalir seperti derasnya sungai yang berada di bawah jembatan tempat ia berpijak saat ini. Entah apa yang pria itu ingin lakukan di jembatan pada jam begitu.
"Apa yang bisa aku lakukan," Ucap pria tersebut pada dirinya sendiri, "aku kesepian ... Aku sangat kesepian." Isak tangis mulai terdengar dari pria itu. Mata pria itu bengkak dan sembab, wajahnya terlihat sangat pucat, penampilannya sangat kacau berantakan dan pria itu juga terlihat sangat lemah dan terlihat tidak berdaya.
Jika pria itu berjalan di keramaian, orang-orang akan melihat dan berpikir dia adalah orang gila.
Setelah beberapa saat pria itu berdiri di atas tiang pegangan jembatan, kini ia mulai menutup kedua matanya dan merentangkan kedua tangannya seakan tengah menikmati angin malam. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran pria itu(?) Dan tiba-tiba saja dia membuang dirinya secara suka rela dari jembatan.
Pria itu mengakhiri hidupnya dengan cara terjun dari atas jembatan yang sangat tinggi.
Byurr...
Suara gemercikan air yang cukup besar di bawah jembatan.
Pria itu jatuh kedalam air sungai yang sangatlah dalam, tubuhnya perlahan tertarik kebawah seperti magnet dan semakin jatuh tenggelam. Mata pria itu masih dalam keadaan terbuka di dalam air sungai yang dingin itu.
Jika kalian melihat matanya, terlihat kosong dan putus asa.
"Jika suatu hari, Tuhan memberiku izin untuk terlahir kembali ... Aku ingin terlahir menjadi lawan jenismu, agar kamu bisa menerimaku selalu berada di sisimu."
"Dan suatu saat nanti, dimanapun kamu berada ... Aku berjanji ... Aku akan menemukan kamu kambali."
Pria itupun mulau menutup matanya perlahan.
*
*
*
*
Di bulan September tahun 2015. Itu adalah bulan dan tahun di mana pertama kali aku bertemu dengannya.
Pada saat itu kami berdua masih menjadi orang yang sama-sama asing, tidak saling mengenal satu sama lain, walaupun kami berdiri berhimpitan bersama orang banyak dengan jarak 3 Cm.
Terkadang jika kami berdua tidak sengaja bertabrakan dijalan, yah seperti orang asing lainya, akan mengatakan Maaf aku tidak sengaja, dan kami berdua hanya sibuk dengan urusan kami masing-masing.
Tapi...
Pada tahun dan bulan itulah aku sudah mulai memperhatikannya. Mulai dari cara berbicaranya, jalan, makanan apa yang sering dia makan setiap hari di kantin dan masih banyak lagi.
Jujur saja, aku bukan seorang pria yang lari dari jalurnya. Tapi entah mengapa, sejak pertama kali aku melihatnya, dengan sekali pandangan saja dia dapat membuatku terseret jauh dan memasuki garis waspada dalam hidupku.
Ini sangat buruk, aku tidak dapat kembali lagi menjadi diriku yang sebelumnya.
Oh tidak, aku hampir saja lupa hal yang sangat penting.
Namanya...
Siapa yang tidak tahu dengan namanya?
Hanya orang-orang yang sudah tidak waras saja yang tidak mengetahui namanya.
Zhu Zheng, itulah namanya. Dia sangat terkenal di Universitas F dengan kepribadiannya yang kalem dan tidak lupa pula di dukung dengan parasnya yang cantik dan manis.
Zhu Zheng adalah seorang pria dan bukan wanita atau waria (banci).
Aku lupa mengatakan pada kalian aku Resa berada di tahun pertama di Universitas F. Entah takdir atau apa, aku mengambil jurusan yang sama dengan Zhu Zheng yaitu jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Bukan saja itu, kami berada di tahun yang sama, kelas yang sama, dan bahkan kami berdua selalu duduk bersama.
Lebih tepatnya, aku yang selalu mengambil posisi duduk berdekatan dengannya.
Walaupun aku selalu duduk bersebelahan dengannya di mata kuliah apapun, tapi hal itu tidak memungkinkan aku bisa dekat dengannya.
Walaupun terkadang aku selalu beralasan kalau pulpenku hilang dan sengaja meminjam padanya, tetap saja hal itu juga tidak bisa membuat aku bisa dekat dengannya.
Tapi aku bahagia bisa berbicara langsung dengannya, meskipun dia tidak pernah berbicara denganku dan hanya menganggapku orang asing yang sekedar numpang lewat.
Hari ini aku memiliki jadwal kuliah dari pukul 8 pagi sampai pukul 6 sore, cukup lama. Tapi aku sangat bahagia, semakin lama kami pulang maka semakin lama waktuku untuk memandangnya.
.
.
.
.
"Tian." Panggilku pada Zhu Zheng yang kini sedang membolak balik bukunya.
Aku berjalan santai dan duduk di sampingnya. Yah seperti hari-hari biasa.
"Kamu baru tiba?" Tanya dia padaku.
"Umm. Apa kamu sudah sarapan?"
Zhu Zheng memiliki kebiasaan yaitu tidak pernah sarapan pagi, jadi aku selalu membuat sarapan pagi untuknya. Tapi dengan sedikit alasan bahwa aku membuat sarapan pagi terlalu berlebihan. Jadi itulah kesempatanku untuk membagi makanan buatanku dengannya.
Zheng, "Apa kamu membawa sesuatu untuku lagi?"
Karena sudah terbiasa dengan apa yang selalu aku lakukan setiap pagi, terkadang Zhu Zheng akan terbiasa dan refleks menanyakan makanan buatanku.
"Ia." Jawabku sambil mengangguk dan kemudian aku membuka ranselku dan mengambil kotak makanan berwarna Biru padanya.
Dia mengambilnya dan membuka tutupnya.
Dan terlihatlah Senwic isi daging sapi yang aku buat pagi tadi.
"Kamu sangat kaya." Ucapnya sambil melihat senwic buatanku.
"Maksudmu?" Tanyaku bingung .
Zhu Zheng mengoyang-goyangkan tangan kanan yang memegang senwic ke arahku dan kemudian dia berkata,
"Harga daging sapi sangat mahal di pasar maupun di super market. Walaupun aku tidak tahu pasti berapa harganya..."
Zhu Zheng menatapku. Jujur saja aku sangat guguk jika dia menatapku, kalian juga pasti merasakan hal yang sama jika di tatap oleh orang yang kalian sukai secara diam-diam.
"Kenapa tidak membuat senwic isi telur atau sosis saja(!) Telur serak harganya kurang lebih 47 ribu dan kamu bisah mendapatkan 30 butir telur. Dan sosis, aku kurang tahu berapa harga sosis di pasaran, tapi harga sosis sonice yang aku lihat di super market dekat kampus setoples 20 ribu."
Jelasnya panjang lebar padaku. Jujur saja aku melongo menatapnya, dia seperti ibu rumah tangga yang sangat perhitungan.
Sebenarnya ini merupakan pandangan biasa di mataku, Zhu Zheng sangat sederhana di mataku.
Dia bukan tipe orang yang pelit dan perhitungan, hanya saja dia tidak mau uangku habis karena membuat sarapan pagi padanya.
Sebenarnya dia ingin membayar harga sarapan pagi yang aku buat padanya setiap hari, tapi aku selalu menolaknya mentah-mentah.
"Widih pagi ini sarapan senwic, kebetulan bangat aku belum sarapan. Tian, bagi dong senwic nya"
Ini yang paling tidak aku suka.
An selalu saja menggangguku. Jujur saja aku sangat membenci An, bagaimana tidak, aku merasa Zhu Zheng sangat perduli dan perhatian padanya.
Sampai membuatku merasa sangat kesal.
.
.
.
Bersambung