webnovel

Malam Kelam

Beberapa jam sebelum Azka dan Chio saling menghubungi satu sama lain...

Azka melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi melintasi jalan raya yang kini tampak sangat sepi dikarenakan saat ini sudah masuk tengah malam di mana sebagian orang sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Ia melajukan kendaraannya itu ke sebuah hunian apartemen mewah yang menjadi tempat tinggal dari korbannya kali ini. Kurang lebih sepuluh menit sudah dirinya berkendara, kini Ia telah sampai di area parkiran bawah tanah gedung apartemen tersebut.

Azka menatap ke arah sekitar, Ia berdecak kesal ketika mengetahui banyaknya penjaga dan juga orang-orang yang berlalu lalang di dalam area lobi. Sangat merepotkan pikirnya. Azka mengambil laptop yang ada di kursi belakang mobilnya, membukanya dan lantas menyalakan laptop tersebut. Ia mengetikkan beberapa kata dan angka dengan cepat pada keyboard laptop, berusaha untuk meretas sistem keamanan gedung tersebut. Deretan-deretan angka dan juga kata kini memenuhi layar laptopnya. Berisi tulisan-tulisan yang mungkin hanya dirinya yang tahu.

Ia menekan tombol enter membuat layar laptopnya itu menampilkan sebuah loading yang cukup lama. Jujur dari semua gedung yang pernah Ia retas baginya gedung apartemen ini memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi, Ia hampir saja kewalahan ketika mencoba meretasnya. Lima menit menunggu akhirnya loading yang ada di layar laptopnya telah selesai digantikan oleh sebuah tanda centang berwarna hijau yag berarti kalau sistem keamanan gedung apartemen itu sudah berhasil diretas dan kini sedang dalam keadaan mati.

Azka mengambil sebuah bahan peledak dari dalam tasnya, membawanya keluar mobil dan menaruh peledak itu di ujung area parkiran. Ia menyalakan bom waktu itu, dan berjalan sejauh mungkin dari tempat bom tersebut.

Duarrr...

Tepat dihitungan ke 60 detik bom itu meledak dengan cukup kencang, membuat beberapa orang yang ada di dalam lobi panik dan berlarian ke arah luar gedung. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang direncanakan oleh Azka. Ia memanfaatkan keadaan tersebut untuk masuk ke dalam apartemen itu tanpa mengundang kecurigaan dari orang-orang. Azka berjalan ke arah lift dan menekan tombol angka lima, pintu lift itu pun akhirnya tertutup dan lift mulai berjalan naik. Suara lift terdengar di indra pendengarannya menandakan bahwa Ia telah sampai di lantai lima.

Pintu lift terbuka dengan lebar, Azka pun berjalan keluar menuju sebuah unit bernomor 456 yang merupakan unit apartemen korbannya. Azka menekan sandi yang diberikan oleh clientnya sebagai sebuah akses masuk ke dalam apartemen itu. Azka berjalan masuk ke dalam, di mana netra matanya langsung di sambut oleh kamar yang dalam keadaan gelap gulita. Azka menyalakan lampu yang ada di sana membuat Ia bisa melihat dengan jelas korbannya yang kini sedang tertidur dengan sangat nyenyak di ranjang tempat tidurnya.

Azka berjalan mendekat ke arah korbannya yang merupakan seorang gadis. Ia memakai masker pelindung, menyemprotkan gas karbon monoksida yang merupakan gas yang paling beracun hingga dapat membuat korbannya mati dengan cepat. Ia berjalan kedalam kamar mandi untuk bersembunyi agar tidak menghirup gas beracun itu. Kurang lebih 30 menit berlalu, Azka berjalan keluar dari dalam kamar mandi dan berjalan ke arah korban untuk memastikan apakah sudah benar-benar mati atau belum.

Azka menyentuh denyut nadi sang gadis yang kini tidak lagi berdenyut, Ia juga menempelkan telinganya ke dada gadis itu untuk memastikan bahwa jantungnya telah berhenti berdetak. Tidak ada satupun detakan di jantung gadis itu yang berarti Ia telah mati. Azka membopong tubuh gadis itu ke arah meja yang ada di ruang tamu dan menaruhnya dalam posisi duduk di lantai dengan menghadap ke meja dan tubuh yang Ia sandarkan ke kaki sofa. Azka membuka tasnya yang di dalamnya terdapat beberapa botol alkohol dan juga obat-obatan. Ia menyusun semuanya dengan sedemikian rupa, Ia juga memecahkan satu botol alkohol hingga pecah berkeping-keping.

Azka mengambil sebuah kepingan kaca dengan ukuran yang cukup besar menarub ke genggaman tangan sang gadis, tangannya menuntun tangan kanan gadis itu untuk menggores-goreng tangan kirinya asal hingga darah keluar dan mengenai lehernya. Azka jugs mengambil pil tidur dalam jumlah yang banyak dan memasukkannya ke dalam mulut sang gadis lalu menyiramnya dengan alkohol hingga semua obat itu masuk ke dalam tubuh korbannya. Selain itu Azka juga mengacak-acak rambut gadis itu hingga tidak teratur, Ia juga memakaikan maskara ke wajah gadis itu dan menyiramnya dengan air hingga membuat maskara itu luntur menghiasi pipinya.

Yah hal ini Ia lakukan untuk menutupi tindak kejahatannya. Orang-orang akan mengira kalau gadis tersebut frustasi dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Setelah semuanya selesai Azka mengambil seluruh barang-barangnya memastikan tidak ada satupun yang tertingga hingga dapat menimbulkan kecurigaan dari polisi. Ia berjalan ke luar, menutup kembali pintu apartement tersebut seraya menyungingkan senyuman yang sangat mengerikan untuk dilihat. Ia mengambil ponsel yang ada di saku celananya mengetikkan beberapa pesan kepada clientnya kalau semuanya sudah beres.

Azka pun berjalan kembali ke arah area parkiran basement apartement di mana mobilnya terparkir. Ia melihat begitu banyak kerumunan orang yang sedang berbincang-bincang atas kejadian peledak yang Ia pasang. Sekali lagi sebuah senyuman evil terlukis di wajah tampannya. Ia masuk ke dalam mobil miliknya dan mulai melajukan mobilnya kembali ke arah rumah tua yang menjadi markas pribadinya di mana aksi kejahatannya bermula di sana.