webnovel

Chio dan Rahasianya

Waktu kuliahnya telah berakhir, Chio dan kedua temannya—Laura dan Albert juga telah berpisah untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Chio kini telah sampai di unit 1241 yang merupakan unit apartment miliknya. Chio memang sudah tidak tinggal bersama dengan Ibunya sejak memasuki masa perkuliahan, ingin lebih memiliki privasi sendiri katanya. Maka dari itu Ibunya membelikan unit apartment ini. Memang tidak terlalu besar namun cukup untuk dirinya sendiri.

Chio memencet tombol password apartemennya seketika pintu apartemen itupun terbuka. Chio berjalan masuk ke dalam, menggantung tas dan juga mantel yang Ia gunakan ke rak gantung yang ada di samping kanan pintu masuk. Ia berjalan ke arah kamar mandi apartemennya untuk membersihkan dirinya karena saat ini tubuhnya terasa sangat lengket membuatnya merasa tidak nyaman. Ia menyalakan air di bathtub memasukan sabun serta aroma terapi varian rasa strawberry yang menjadi kesukaannya. Ia melepaskan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya. Membiarkan tubuhnya yang putih dan mulus tanpa ada satupun bagian yang cacat itu terekspos dengan sempurna.

Chio berjalan masuk ke dalam bathtub yang kini telah terisi penuh oleh air. Aroma yang keluar dari bathtubnya langsung masuk ke indra penciumannya membuatnya merasa lebih tenang. Yah Chio memang sangat suka sekali dengan kegiatan satu ini, berendam di dalam bathtub yang selalu membuat tubuh dan juga pikirannya menjadi lebih rileks setelah beraktivitas seharian penuh. Bisa dibilang berendam di air beraroma terapi sudah menjadi bagian dari gaya hidupnya.

Kurang lebih 30 menit sudah Chio berendam, merasa bosan dengan kegiatannya ini akhirnya Ia bangkit keluar. Tubuhnya yang polos dirinya tutup dengan sebuah bathrobe yang menggantung di belakang pintu kamar mandi. Ia membuka pintu kamar mandi, berjalan keluar menuju tempat tidurnya yang empuk. Ia mendudukkan dirinya di sana, tangannya meraih ponsel pintarnya yang ada di atas tempat tidurnya itu. Membuka layar ponselnya dengan password yang tidak lain adalah hari ulang tahunnya.

Chio sangat terkejut ketika melihat banyaknya percobaan panggilan dari 30 menit yang lalu tepatnya ketika Ia sedang mandi. Notifikasi yang berasal dari seseorang yang sangat Ia tahu; Kak Azka. Ia menatap ke arah jam yang ada di dinding nya. Waktu menunjukkan pukul dua siang, yang berarti di sana pukul 3 malam, yang berarti antara Jakarta dan Chicago berbeda 13 jam. Untuk apa kakaknya menghubunginya di malam hari seperti itu, pikirnya. Chio menekan tombol panggil untuk menghubungkan dirinya dengan kakaknya melalui sebuah panggilan video. Panggilan pertama gagal tidak ada satupun jawaban yang Ia dapatkan dari sang kakak, begitu juga dengan panggilan kedua yang sama-sama belum ada balasan.

Tidak pantang menyerah Chio mencoba menghibungi kakaknya itu. Ia kini merasa sangat khawatir takut hal-hal yang tidak Ia inginkan terjadi. Tepat di panggilan ketiganya ini lah akhirnya panggilan video terhubung dengan kakaknya. Ia bisa melihat dengan jelas kakaknya yang sedang dalam keadaan telanjang dada membuat dadanya yang sangat bidang serta otot-otot tricep dan bicep di tangannya terlihat dengan jelas membuat kakaknya ini tampak sangat seksi dimatanya. Chio bingung mereka kembar tapi secara fisik banyak perbedaan, Kak Azka tinggi sedangkan Chio pendek, Kak Azka punya badan yang kekar sedangkan Chio badannya mungil kecil. Tanpa sadar Chio terus menatap ke arah tubuh polos sang kakak, ketika sadar Ia mengedipkan matanya dengan cepat berusaha untuk fokus. Netra matanya tanpa sengaja melihat beberapa bercak darah di area leher kakaknya membuat dirinya sangat panik.

"Ih Kakak itu lehernya kenapa kayak ada bekas darah?" Azka yang mendengar ucapan dari adiknya itu lantas buru-buru mengelap area lehernya.

Ia berpikir sejenak mencari sebuah alasan yang masuk akal. "hmm... tadi kakak abis motong ayam. Iya motong ayam," ucapnya dengan asal.

Chio bingung dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya. "Hah? ngapain motong ayam malem-malem di sana jam 3 malem kan,"

Azka menggaruk tengkuk belakangnya yang sama sekali tidak gatal. "Iya tadi ayamnya berisik mulu ganggu tetangga jadi kakak potong aja. Udah lupain aja nggak penting."

Chio menganggukan kepalanya, mulutnya membentuk sebuah huruf O yang besar. Bagi Azka, Ia sangat bingung ini adiknya yang polos apa nyerempet bego? gampang banget buat dibohongin. Tapi tidak apa Azka justru merasa sangat bersyukur atas kepolosan adiknya itu.

"Kakak kenapa tadi nelpon Chio, Chio lagi mandi tau kakak ganggu aja deh Chio sebel," Chio memanyunkan bibirnya membuat Azka merasa sangat gemas dengan tingkah laku adiknya itu.

"Ehee... maafin kakak yah, kakak tadi mau Tanya gimana ujian kamu tadi? kamu bilang hari ini ujian kan?" Chio menganggukan kepalanya.

"Iya kak tadi Chio ujian. Tapi... hiks... Chio nggak bisa jawab. Chio nggak suka mata Kuliah Hukum Perdata," ucap Chio, matanya kini mulai berair tanda-tanda ingin menangis.

"Eh... jangan nangis, Chio jangan nangis yah sayang. Adik kakak kalo nangis imutnya ilang loh." Azka berupaya semaksimal mungkin yang menting adik kesayangannya itu tidak menangis. "Hiks... Chio nggak imut. Chio ganteng." bahkan sedang menangis saja masih sempat-sempatnya protes.

"Iya-iya Chio yang paling ganteng. Yaudah sekarang Kakak mau tanya deh. Chio belajar nggak buat ujian tadi," Tanya Azka ke pemuda mungil itu yang dibalas dengan sebuah anggukan saja. Chio mengusap air matanya. "Nah yaudah berarti Chio udah berusaha sesuai kemampuan Chio. Jadi udah yah nggak usah mikirin hasilnya, sekarang Chio makan eskrim aja gih sana ada kan?" lanjutnya.

Chio menganggukan kepalanya. "Ada, tapi... tapi Chio takut nggak lulus mata kuliahnya." Azka hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia lupa kalau adik kesayangannya ini sedari kecil sudah penuh dengan ambisius baginya semua hal harus sempurna. "Kan bisa ngulang lagi Chio, udah nggak usah sedih."

"Chio nggak mau ngulang, nanti Chio lulusnya telat terus... Hiks... nanti Chio nggak bisa ketemu sama kakak," ujar nya air matanya yang semula telah reda kini kembali deras.

"Cupcupcup... udah-udah kita pasti bakalan ketemu kok, sesuai janji kita dulu. Chio percayakan sama kakak?" Chio menganggukan kepalanya kembali mengusap air matanya yang terus terjun bebas membasahi area pipinya.

"Yaudah sekarang mendingan Chio tidur dulu gih sana istirahat tidur siang. Kakak juga mau tidur udah ngantuk soalnya," ujar Azka, Ia menguap menandakan bahwa dirinya bener-bener mengantuk.

"Yaudah Chio pamit yah Kak. Jangan dibiasain begadang ah, Chio nggak suka. Nanti kalo kakak sakit gimana? nanti Chio khawatir."

"Iya-iya sttt... udah diem kamu jangan cerewet nanti kakak nggak bisa tidur malahan. Chio juga jaga kesehatan." Chio menganggukan kepalanya dengan senyum manis terpancar di wajah imutnya. "Bye-bye Chio nanti kalo itu kakak telpon lagi," lanjutnya.

"Pye-pye kakak. luv you," Chio melambaikan tangannya ke arah kamera dan membuat love sign dengan jarinya. Panggilan Video itu pun terputus. Chio menaruh ponsel pintarnya di atas nakas yang ada di samping ranjangnya. Ia berdiri dari tempat tidurnya, berjalan ke arah lemari pakaian. mengambil kaus dan juga celana pendek dan memakai pakaiannya itu. Ia menggantungkan bathrobe yang telah Ia pakai tadi ke hanger yang kosong.

Setelah semuanya telah selesai, Chio berjalan kembali ke arah ranjang tempat tidurnya. Membaringkan tubuhnya yang lelah ke kasur empuknya, menatap ke arah langit-langit kamar membuat dirinya semakin lama semakin mengantuk. Tidak tahan lagi menahan rasa kantuk, Chio menutup matanya membiarkan mimpi indah menemani tidurnya kali ini.