Pagi ini Rindi terlampau sibuk, padahal nanti siang dia ada kelas. Tapi sedari pagi dia sibuk memasak karena akan ada konverensi pers dari Stefano. Pihak agensi Stefano mengharuskan melakukan ini supaya skandal itu mereda. Biar semuanya tahu kalau itu bukan skandal, dan nyatanya memang gadis itu sekarang menjadi istrinya.
Rindi yang sama sekali tidak bisa memasak makanan Korea mencari ilmu di youtube, dengan di bantu Stefano yang ternyata pintar memasak akhirnya pekerjaan yang melelahkan itu selesai juga. Disaat itu pula ponsel Fano berdering, setelah memberikan isyarat pada istrinya Fano mengangkat panggilan itu. Stefano menjauh dan menerima panggilan itu, sedangkan Rindi kembali melanjutkan menata makanan di atas meja makan.
Tidak lama Fano kembali dan berdiri di samping Rindi, dia memandang Rindi dengan wajah bingung sekarang. Rindi menyadari kalau suaminya sedang bingung sekarang. Rindi memandang wajah Fano kemudian mengangkat alisnya 1.
"Ada apa?" tanya Rindi ingin tahu.
"Ehm,,,apakah Kau bisa mengambil libur hari ini? Bang Hyuksi bilang Kau harus ikut koferensi pers," ujar Stefano ragu-ragu. Mata Rindi membulat sekarang, bagaimana mungkin dia ikut acara itu. Sedangkan dia sendiri belum pernah berhadapan langsung dengan kamera. Terlihat jelas di wajah Rindi kecemasan serta kebingungan itu.
"Tenanglah! jangan over thingking dulu, Bang Hyuksi-nim sudah ada di bawah. Sebentar lagi dia tiba dan memberikan kita arahan terlebih dahulu, apa yang harus Kau bicarakan dan apa yang tidak boleh Kau bicarakan nantinya Bang Hyuksi-nim yang akan mengaturnya," terang Stefano.
Rindi masih saja bingung dan merasa cemas, tapi tetap saja dia menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Stefano. Yang dia yakini sekarang, dia harus menuruti perkataan suaminya.
***
Rindi berjalan menyusuri koridor kampusnya dengan langkah pelan, sesekali terdengar helaan napasnya yang berat. Rindi bahkan tidak menyadari sedari tadi Victor ada di belakangnya dengan langkah pelan juga mengikuti Rindi. Victor menyadari kalau Rindi sekarang pasti sedang menyiapkan mentalnya bertemu teman-teman sekampusnya. Kemarin konferensi pers Stefano berhasil menampilkan wajah polos Rindi di seluruh penjuru Seoul. Rindi sekarang akan benar-benar syok dan harus menyiapkan mentalnya.
"Ya! Rindi-ya," panggil Nana dari arah belakang Rindi dan Victor. Bukan hanya Rindi yang menoleh, bahkan Victor juga memalingkan kepalanya ke asal suara Nana.
"Oh,,,Victor gangsa." -Dosen- Nana menyapa Victor yang baru dia sadari kalau di belakang Rindi itu dosen seni mereka. Rindi mengerutkan keningnya saat menyadari kehadiran Victor di belakangnya.
"Sejak kapan Kamu di sini?" tanya Rindi bingung.
Seperti sedang di pergoki melakukan kesalahan, Victor terlihat kikuk mengusap belakang kepalanya dengan salah tingkah.
Nana sedang mendengarkan penjelasan Rindi tentang berita kemarin siang. Rindi membenarkan kalau dirinya dan Stefano Chan sudah menikah. Rindi bahkan menceritakan kalau mereka berdua sudah tinggal serumah sekarang. Cerita Rindi terpotong saat Victor datang membawa makanan pesanan Nana dan Rindi tadi.
"Ini makan dulu." Victor menyodorkan masing-masing pesanan mereka lalu kemudian duduk di samping Rindi. Dengan gerakan yang pelan Rindi mengambil makanannya dan mengucapkan terima kasih pada Victor. Sedari tadi pandangan Victor tidak bisa lepas dari ekspresi wajah Rindi. Dia tahu betul Rindi sedang bingung harus bersikap bagaimana sekarang.
"Diketahui banyak orang atas pernikahanmu dan Fano Hyung pasti sulit kan?" tanya Victor pada Rindi.
Tangan Rindi yang sedang akan menyuapkan nasi berhenti lalu Rindi kembali meletakkan sendoknya. Dia memandang Victor sekilas lalu kemudian menganggukkan kepalanya mengiyakan.
"Cepat atau lambat semuanya juga akan tahu, tapi Aku takut ini nantinya akan menjadi masalah baru bagi Chan kalau orang lain tahu dia mengikuti keyakinanku," sahut Rindi benar-benar kehilangan nafsu makannya.
"Chan? Kau memanggil, Fano Hyung Chan? Dia tidak keberatan?" tanya Victor merasa heran dengan panggilan Rindi pada Stefano. Dengan wajah polos, Rindi menganggukkan kepalanya mengiyakan. Victor menyadari sesuatu sekarang, dia kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengulum senyum. Sedangkan Nana semakin tidak paham dengan apa yang mereka berdua bicarakan sekarang.
"Kau harus percaya dengan apa yang, Fano Hyung lakukan. Dia bukan orang yang ceroboh dalam mengambil keputusan. Sekarang Kau hanya harus menyiapkan mental bajamu sebagai istri orang yang terkenal," ujar Victor lagi.
Nana sekarang memahami perkataan Victor dan menanggapi dengan anggukan kepala sambil memandang Airin. Dia ikut menguatkan sahabatnya itu, walaupun sebenarnya isi kepalanya sedang memberontak ingin tahu apa yang membuat Rindi begitu mencemaskan pernikahannya.
***
Stefano sedang berdiri di depan pintu saat Rindi masuk, Rindi baru saja pulang mengantar berkas terjemahan ke kantor Jay. Kening Rindi mengkerut bingung melihat suaminya berdiri seperti sedang menunggunya sekarang.
"Apa yang Kau lakukan di sini?" tanya Rindi.
Stefano seperti sedang di pergoki oleh istrinya, kepalanya kemudian menggeleng cepat.
"Kau pulang dengan siapa? ada yang ingin Aku bicarakan denganmu," ucap Stefano kemudian menyeret tangan Rindi untuk masuk dan mendudukannya di sofa coklat miliknya. Rindi memandang Fano dengan kening mengkerut.
"Ada apa?" tanya Rindi mengbaikan pertanyaan Stefano karena rasa ingin tahunya.
Stefano tidak langsung menjawab, dia memandang istrinya terlebih dulu. Dia ingin memastikan kalau Rindi tidak akan terkejut dengan apa yang akan dia katakan sekarang.
"Chan? ada apa? jangan membuatku takut seperti ini. Apa konferensi pers kemarin berakibat tidak baik pada pekerjaanmu?" tanya Rindi mulai tidak sabar karena Fano sedari tadi hanya diam saja.
Kening Fano sekarang yang beralih mengkerut bingung, kenapa Rindi bisa berpikir seperti itu. Dia kemudian memegang kedua tangan Rindi, dia ingin memberikan ketenangan terlebih dulu pada istrinya itu.
"Bukan itu, tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku. Tapi ini tentang kuliahmu, apa Kau bisa kuliah secara daring saja di rumah? ini semua demi kenyamananmu, tapi Kau harus pindah universitas," ucap Stefano kemudian.
Mata Rindi membulat sekarang, bagaimana bisa dia pindah universitas. Kalau itu terjadi dia harus mengembalikan akomodasi dan uang kuliahnya selama ini. Dari mana Rindi mendapatkan uang itu, tabungannya tidak akan cukup. Sedangkan kalau harus memintanya pada paman dan bibinya, Rindi tidak akan tega. Rindi diam saja memandang Stefano, lagi-lagi pilihan sulit harus Rindi buat sekarang.
"Rin? jangan diam saja, bagaimana bisa kan? Orang-orang akan banyak berkomentar tentang pernikahan kita. Menurut Bang Hyuksi ceo, Kau tidak akan bisa tenang dalam beberapa waktu dekat ini. Lebih baik Kau turuti perkataanku, eo?" ucap Fano lagi meyakinkan Rindi. Tetap saja mendengar perkataan Fano itu bukan hal yang mudah untuk Rindi.
"Apa yang harus Aku lakukan sekarang," batin Rindi sambil terus memandang Stefano dengan wajah bingung.
Melihat Rindi sepertinya keberatan ekspresi wajah Stefano berubah sekarang. Dia kemudian menghela napas dan memalingkan pandangannya ke depan.
"Baiklah, kalau memang Kau keberatan. Tapi kalau ada apa-apa di kampusmu ataupun di manapun Kau berada. Jangan pernah menyembunyikannya dariku," ujar Stefano mengingatkan dengan nada tegas.
Ketakutan Stefano dengan Victor itu sama, mereka sama-sama takut kalau Rindi nantinya tidak siap mental mendapat perlakuan dari orang di sekitarnya yang mengetahui pernikahan mereka.
Setelah berkata seperti itu Stefano lalu pergi meninggalkan Rindi yang masih duduk di sofa sambil memandang Stefano. Rindi bingung sekilas Stefano seperti mengkhawatirkan dirinya, tapi hati kecil Rindi berkata ini semua hanya untuk karir Stefano yang terancam. Rindi menghela napas pendek lalu menyandarkan badannya ke sofa.
***